SUKABUMIUPDATE.com – Upaya pencegahan kekerasan terhadap anak, perundungan (bullying), tindak pidana perdagangan orang (TPPO), dan perkawinan anak terus menjadi perhatian serius berbagai pihak di Kabupaten Sukabumi.
Pada Selasa (29/7/2025), SMPN 1 Kebonpedes dan SMPN 1 Warungkiara menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan edukasi terpadu yang melibatkan berbagai elemen, termasuk Forum Barudak Sukabumi (FORBUMI), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), serta unsur aparat setempat.
Kegiatan ini menyasar ratusan siswa kelas 7 hingga 9, yang menjadi kelompok usia rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi. Dalam pelaksanaannya, para pemateri menyampaikan isu-isu yang relevan dengan pendekatan edukatif dan dialogis, sehingga peserta didik dapat memahami serta mengenali bentuk-bentuk kekerasan maupun ancaman lain yang bisa terjadi di lingkungan mereka.
Baca Juga: FORBUMI Suarakan Hak Anak dalam Festival Budaya Anak Pesisir di Ciracap Sukabumi
Ketua FORBUMI, Wafa Fadilah, mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi langkah penting dalam membangun kesadaran sejak dini kepada anak-anak agar mereka tidak hanya mampu melindungi diri, tapi juga berani bersuara saat mengalami atau menyaksikan kekerasan.
“Edukasi seperti ini sangat penting diberikan kepada anak-anak sekolah. Mereka harus tahu bahwa ada hak yang melekat pada diri mereka sebagai anak, termasuk hak untuk hidup aman, terbebas dari kekerasan, dan tidak dinikahkan secara dini,” ujar Wafa kepada sukabumiupdate.com, Selasa (5/8/2025).
Ia juga menegaskan pentingnya sinergi lintas lembaga untuk menjawab kompleksitas persoalan kekerasan terhadap anak yang kian beragam. “Kami di FORBUMI sangat mengapresiasi kehadiran DP3A, P2TP2A, dan unsur aparat desa dalam kegiatan ini. Kolaborasi seperti inilah yang memperkuat sistem perlindungan anak di daerah,” lanjutnya.
Kegiatan berlangsung kondusif dan interaktif. Para siswa tampak antusias mengikuti sesi demi sesi, termasuk saat diberikan simulasi atau studi kasus ringan yang membuka ruang diskusi bersama. Tak hanya menambah wawasan, kegiatan ini juga menjadi sarana penyadaran kolektif agar lingkungan sekolah menjadi ruang yang aman dan ramah anak. (adv)