SUKABUMIUPDATE.com – Sebuah video yang memperlihatkan seorang bocah perempuan berkerudung lusuh sedang memulung di Kota Sukabumi, Jawa Barat, viral di media sosial Instagram. Bocah tersebut diketahui mengumpulkan botol bekas demi membantu biaya perawatan ibunya yang sedang sakit.
Video yang diunggah akun Instagram @reykingsss itu, hingga Jumat (2/5/2025), telah ditonton lebih dari 1,7 juta kali, mendapatkan 125 ribu tanda suka, 4.794 komentar, dan telah dibagikan sebanyak 7.078 kali.
Dalam video tersebut, percakapan antara bocah dan perekam mengundang perhatian netizen. Dengan wajah yang menggemaskan, serta kerap melempar senyum yang manis, sang bocah mampu menjawab pertanyaan dengan lugas, terutama untuk anak seusianya.
Selain itu, netizen juga dibuat terharu dengan cerita sang bocah, bahwa alasan di balik aktivitas membantu ayahnya memulung rongsokan itu untuk membantu pembiayaan ibunya yang sedang sakit.
Berdasarkan penelusuran, bocah tersebut bernama Siti Julaeha (7 tahun), anak bungsu dari pasangan Khoerudin (52) dan Selvilalita (42). Mereka tinggal di rumah kontrakan di Kampung Cijangkar RT 01/01, Kelurahan Nanggeleng, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi.
Baca Juga: 13 Titik Jadi Sasaran, Warga Tipar Sukabumi Siaga usai Diteror Pembakaran Beruntun
Kepada sukabumiupdate.com, Khoerudin menceritakan bahwa putrinya itu mulai membantunya mengumpulkan botol bekas sejak sekitar satu tahun lalu, tepatnya ketika istrinya jatuh sakit akibat penyakit tuberkulosis (TBC).
Menurut Khoerudin, Siti tidak setiap hari turun ke jalan untuk memulung, melainkan hanya sesekali, terutama saat di rumah tidak ada makanan.
“Mamahnya sakit TB (tuberkulosis) ada 1 tahun. Dia ikut mencari rongsokan, sejak ibunya sakit. Dia gak tiap hari keluar, cuman selangan doang, ibaratnya kalau keluar lagi gak punya buat makan apapun, baru dia ikut,“ ujar Khoerudin di kontrakannya ditemani Siti dan Istrinya pada Jumat (2/5/2025).
Dari hasil memulung, kata Khoerudin, anaknya bisa memperoleh sekitar Rp20 ribu per hari, meski tidak dilakukan secara rutin.
“Nyarinya kadang ke alun-alun, Lapdek (Lapang Merdeka), sampai ke Abadi, kadang muter di sekitar Kota Sukabumi. Yang dicari itu botol air mineral, kaleng bekas. Dapatnya paling 20 ribu sehari,” jelasnya.
Khoerudin menegaskan, ia tidak pernah memaksa anaknya untuk memulung. Justru, keinginan itu datang dari Siti sendiri karena ingin membantu ibunya yang sedang sakit.
“Dia ikut nyari rongsok katanya buat bantu merawat mamah yang di rumah sedang sakit,” ujarnya.
Siti bersama kedua orang tuanya. | Foto: SU/Asep Awaludin
Mengenai pendidikan, Khoerudin menyampaikan bahwa Siti sempat bersekolah, namun harus berhenti ketika sang ibu jatuh sakit, karena tidak ada yang mengurusnya.
“Siti ini usianya baru 7 tahun, ya yang kemarin dia disekolahin gara gara mamahnya sakit dia gak itu (sekolah lagi) karena gak keurus itu masalahnya. Kata dianya mau sekolah lagi kalau udah samen dia mau sekolah lagi,“ tutur Khoerudin.
“Baru kelas satu, ini gara garanya dia (ibunya) sakit, kalau gak sakit mah gak bakalan keluar, gak bakalan dia ikut nyari rongsokan, cuman gara gara dia sakit mamahnya,” tambahnya.
Ia juga menyebut bahwa Siti adalah anak yang cerdas dan punya semangat belajar tinggi.
“Memang cerdas dia, katanya juga mau sekolah, mau jadi apa tujuannya dia, kalau dia tercapai, dia punya cita-cita jadi dokter, tadi pengen jadi chef (juru masak) katanya,” ungkap Khoerudin.
Meski hidup dalam keterbatasan sebagai pemulung, Khoerudin tetap berharap agar anaknya bisa kembali bersekolah dan meraih cita-citanya.
“Tetep kalau saya pengen Siti sekolah, tapi sekarang lagi diurus dulu surat-suratnya, saya masih di Kabupaten belum pindah ke kota,” pungkas Khoerudin yang masih ber-KTP warga Kadudampit.