SUKABUMIUPDATE.com - Asma merupakan salah satu gangguan pernapasan kronis yang dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Meskipun penyakit ini tidak menular, asma bisa berdampak besar pada kualitas hidup anak karena menyebabkan kesulitan bernapas dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Mengetahui penyebab, gejala, serta cara penanganannya sejak dini sangat penting agar orang tua dapat membantu anak mengendalikan penyakit ini dengan baik.
Mengenali Pemicu Asma pada Anak
Penanganan asma pada anak tidak semudah orang dewasa, karena pemicu asma pada anak bisa sangat bervariasi.
Baca Juga: 15 Contoh Sisindiran Sunda Lucu yang Bikin Ngakak dan Kena di Hati
Beberapa faktor yang sering menjadi penyebab meliputi genetik, lingkungan, dan alergi. Jika salah satu orang tua memiliki riwayat asma, kemungkinan anak juga akan mewarisinya.
Selain faktor keturunan, lingkungan juga berperan besar. Paparan debu, asap rokok, bulu hewan, udara dingin, atau cuaca yang terlalu panas dapat memicu peradangan pada saluran pernapasan anak. Di sisi lain, infeksi virus pada sistem pernapasan bagian atas juga sering menjadi penyebab kambuhnya asma.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan lingkungan rumah dan menjauhkan anak dari pemicu potensial seperti asap rokok adalah langkah awal yang sangat penting untuk mencegah kekambuhan.
Ciri-Ciri Asma pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Gejala asma pada anak sering kali mirip dengan gangguan pernapasan lain, sehingga orang tua perlu lebih jeli dalam mengenalinya. Beberapa tanda yang umum antara lain:
Baca Juga: Rahasia Wajah Bebas Kilap: 7 Cara Tepat Merawat Kulit Berminyak Agar Tetap Sehat dan Segar
- Batuk yang tak kunjung sembuh, terutama di malam hari atau setelah beraktivitas.
- Napas berbunyi seperti siulan (mengi) saat menghembuskan napas.
- Anak tampak mudah lelah dan sulit bernapas panjang.
- Dada terasa sesak atau tertekan.
Dalam kasus yang lebih berat, anak dapat mengalami gejala serius seperti napas tersengal, sulit berbicara, berkeringat berlebihan tanpa sebab, atau perut terlihat mengempis saat bernapas. Jika kondisi ini muncul, segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat.
Proses Diagnosis Asma pada Anak
Menetapkan diagnosis asma pada anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun, bukan hal yang mudah. Hal ini karena anak kecil belum mampu mengikuti instruksi pemeriksaan secara penuh.
Dokter biasanya akan mengumpulkan informasi dari orang tua mengenai riwayat gejala, kebiasaan, dan faktor lingkungan anak.
Untuk anak berusia di atas lima tahun, dokter dapat melakukan pemeriksaan dengan alat spirometer, yang mengukur kapasitas dan fungsi paru-paru anak. Pemeriksaan ini membantu menentukan sejauh mana asma mempengaruhi sistem pernapasan dan seberapa baik paru-paru anak bekerja.
Cara Menangani Asma pada Anak
Penanganan asma membutuhkan kerja sama antara orang tua, anak, dan dokter. Dokter akan membuat rencana pengelolaan asma (asthma action plan) yang berisi jenis obat, dosis, waktu pemberian, dan langkah darurat jika gejala kambuh.
Terdapat dua jenis utama pengobatan asma:
1. Obat pengendali jangka panjang (controller) – seperti kortikosteroid inhalasi, yang membantu mengurangi peradangan di saluran pernapasan dan mencegah serangan kambuh.
2. Obat pereda cepat (reliever) – seperti inhaler darurat, yang digunakan saat anak mengalami sesak napas mendadak untuk membuka saluran udara dengan cepat.
Untuk anak kecil atau bayi, obat biasanya diberikan menggunakan nebulizer atau inhaler dengan spacer, agar obat dapat mencapai paru-paru dengan efektif.
Jika asma dipicu oleh alergi, dokter mungkin akan merujuk ke spesialis alergi anak untuk memberikan obat tambahan yang sesuai.
Selain pengobatan medis, gaya hidup sehat juga berperan penting. Pastikan anak mendapatkan istirahat cukup, tetap aktif secara fisik tanpa berlebihan, serta menghindari paparan debu dan polusi.
Baca Juga: Mengapa Sulit Tidur Bisa Terjadi? Kenali Penyebab dan Cara Efektif untuk Mengatasinya
Asma pada anak memang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, namun gejalanya bisa dikontrol dengan perawatan yang tepat. Dengan mengenali pemicu, memahami tanda-tandanya, serta mengikuti saran dokter, anak dapat tumbuh dengan sehat dan tetap aktif seperti anak-anak lain.
Sumber: mayoclinic





