SUKABUMIUPDATE.com - Protein dikenal sebagai “building block of life” alias zat pembangun kehidupan. Tak heran, banyak orang mengandalkan diet tinggi protein untuk menurunkan berat badan, membentuk otot, hingga menjaga energi. Namun, tahukah kamu bahwa konsumsi protein yang berlebihan juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan?
Meski kekurangan protein sangat jarang terjadi, terutama di negara seperti Amerika Serikat, kelebihan protein justru semakin umum karena tren diet tinggi protein seperti keto dan Atkins. Rata-rata pria di AS mengonsumsi sekitar 97 gram protein per hari dan wanita 69 gram, jauh di atas kebutuhan normal orang dewasa yang hanya 40–50 gram, menurut Dr. David Buchin, direktur bedah bariatrik di Huntington Hospital.
Lalu, apa yang terjadi jika tubuh kelebihan asupan protein? Berikut tujuh efek samping yang perlu kamu waspadai:
1. Dehidrasi
Mengkonsumsi protein berlebih bisa menyebabkan dehidrasi, meskipun kamu tetap minum air dalam jumlah cukup. Mengapa? Karena protein mengandung nitrogen, dan saat tubuh berusaha membuang kelebihan nitrogen melalui urin, cairan tubuh pun ikut terbuang. Akibatnya, kamu merasa lebih sering haus, lemas, atau pusing.
Baca Juga: Sudah Maksimal Tapi Masih Gagal? Kenali Bentuk Tubuhmu untuk OOTD yang Lebih Pas!
2. Sakit Kepala dan Kelelahan
Dampak lanjutan dari dehidrasi adalah sakit kepala dan kelelahan. Terlebih lagi, diet tinggi protein biasanya sangat rendah karbohidrat sehingga tubuh masuk dalam kondisi ketosis di mana tubuh membakar lemak sebagai bahan bakar, bukan gula. Akibatnya, kamu bisa merasa sangat lemas karena cadangan gula dalam tubuh habis terbakar.
3. Bau Mulut
Pernah mencium bau mulut seperti buah busuk dari seseorang yang sedang diet tinggi protein? Itu adalah tanda keto breath, hasil dari terbentuknya senyawa keton seperti aseton saat tubuh berada dalam keadaan ketosis. Selain itu, dua asam amino yang mengandung sulfur dalam protein (sistein dan metionin) dapat dimetabolisme oleh bakteri mulut menjadi gas berbau tidak sedap.
4. Konstipasi (Sembelit)
Sering makan daging, telur, dan produk tinggi protein lainnya tetapi jarang mengkonsumsi sayur dan biji-bijian? Kombinasi ini bisa menyebabkan sembelit karena kurangnya serat. Selain itu, dehidrasi yang menyertai konsumsi protein tinggi juga memperparah kondisi ini. Serat dan cairan sangat penting untuk menjaga pencernaan tetap lancar.
Baca Juga: Dari Teh Hijau ke Teh Jahe: Ini 7 Jenis Teh yang Kaya Manfaat untuk Kesehatan Tubuh dan Pikiran
5. Diare
Tidak hanya sembelit, beberapa orang justru mengalami diare akibat konsumsi protein berlebih, terutama jika sumbernya berasal dari produk susu (seperti whey protein) yang mengandung laktosa. Selain itu, banyak makanan tinggi protein juga mengandung lemak tinggi, seperti daging merah atau keju, yang dapat memicu diare.
6. Kenaikan Berat Badan
Ironisnya, diet tinggi protein yang bertujuan untuk menurunkan berat badan justru bisa menyebabkan kenaikan berat badan jika tidak dikontrol. Protein berlebih akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Terutama jika asupannya berasal dari makanan tinggi kalori seperti daging berlemak, gorengan, atau produk susu penuh lemak.
7. Batu Ginjal
Konsumsi protein hewani yang berlebihan dapat meningkatkan kadar asam urat dan menurunkan kadar sitrat dalam urin dua faktor utama terbentuknya batu ginjal. Selain itu, protein tinggi juga meningkatkan pengeluaran kalsium dalam urin yang bisa memicu pengkristalan. Untuk orang dengan riwayat masalah ginjal, diet tinggi protein bisa memperburuk kondisi.
Baca Juga: 6 Solusi Alami Meredakan Hidung Tersumbat Tanpa Obat yang Bisa Anda Coba di Rumah
Berapa Banyak Protein yang Dibutuhkan Tubuh?
Kebutuhan protein setiap orang berbeda tergantung usia, berat badan, dan tingkat aktivitas. Secara umum, anjuran konsumsi protein adalah:
- 0,8 gram per kilogram berat badan per hari untuk orang dewasa biasa
- 1,2–1,7 gram per kilogram berat badan untuk atlet atau orang yang rutin olahraga berat
Contohnya, orang dengan berat 63 kg (sekitar 140 pon) membutuhkan sekitar 50–60 gram protein per hari. Batas aman konsumsi harian menurut Harvard Health Publishing adalah maksimal 2 gram per kilogram berat badan.
Lebih dari 35% asupan kalori harian dari protein dianggap berlebihan dan bisa memicu gangguan kesehatan jangka panjang seperti kerusakan ginjal, penyakit jantung, hingga gangguan tulang.
Protein memang penting, tetapi konsumsi berlebihan bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan mulai dari dehidrasi, masalah pencernaan, hingga risiko penyakit ginjal. Alih-alih mengikuti tren diet ekstrem, lebih baik konsumsi protein secukupnya dan imbangi dengan karbohidrat kompleks, lemak sehat, dan serat dari buah dan sayur.
Jika kamu mengalami gejala seperti kelelahan, konstipasi, atau bau mulut saat menjalani diet tinggi protein, bisa jadi tubuhmu memberi sinyal bahwa ada yang berlebihan.
Baca Juga: Mengapa Tahi Lalat Berbulu? Penyebab, Tanda, dan Cara Menanganinya
Sumber: livestrong