Hujan Es Melanda Sukabumi Fenomena Langka di Awal Musim Hujan 2025, Begini Kajian Science-nya!

Sukabumiupdate.com
Rabu 08 Okt 2025, 10:53 WIB
Hujan Es Melanda Sukabumi Fenomena Langka di Awal Musim Hujan 2025, Begini Kajian Science-nya!

Fenomena hujan es dapat dijelaskan dari sudut pandang ilmu fisika atmosfer, khususnya mengenai pembentukan awan Cumulonimbus yang tinggi dan tebal. (Gambar Ilustrasi: ChatGPt)

SUKABUMIUPDATE.com - Pada awal Oktober 2025, khususnya tanggal 5 Oktober, wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengalami fenomena cuaca ekstrem berupa hujan es disertai hujan deras dan angin kencang.

Kejadian ini berlangsung sekitar pukul 17.00-17.30 WIB, menjadikan sejumlah kecamatan seperti Bojonggenteng, Kalapanunggal, Parakansalak, Parungkuda, dan Lengkong mengalami dampak kerusakan yang cukup signifikan, meskipun tanpa menimbulkan korban jiwa.

Fenomena ini diawali oleh kondisi atmosfer yang tidak stabil di wilayah pegunungan Sukabumi, yang dipicu oleh kelembapan udara tinggi dan pengangkatan udara lembap secara cepat.

Uap air yang terdorong naik bertemu dengan suhu di lapisan atas atmosfer yang berada jauh di bawah titik beku, sehingga terbentuklah kristal es di dalam awan Cumulonimbus (Cb). Kristal-kristal ini kemudian bergabung membentuk butiran es yang semakin besar ketika bergerak naik turun dalam awan akibat arus udara vertikal.

Akibat dari proses tersebut, hujan es dengan ukuran butiran sebesar kelereng hingga bola pingpong turun di Sukabumi. Hujan es lebat ini disertai hembusan angin kencang mencapai lebih dari 40 km/jam, memperparah dampak di lapangan.

Di Kecamatan Bojonggenteng, lebih dari 50 rumah mengalami kerusakan dengan tingkat bervariasi, dari ringan hingga berat, serta satu mushala hancur total. Pohon-pohon tumbang di beberapa titik menutupi akses jalan, menghambat mobilitas warga dan petugas tanggap darurat.

Baca Juga: Hidup di Tengah Orang Negatif/Toxic? Ini 5 Cara Tetap Tenang dan Waras

Baca Juga: Kelanjutan Kasus TPPO Gadis Sukabumi ke China: Kuasa Hukum Soroti Minimnya Informasi dari Polda Jabar

Fenomena hujan es dapat dijelaskan dari sudut pandang ilmu fisika atmosfer, khususnya mengenai pembentukan awan Cumulonimbus yang tinggi dan tebal. Ketika udara hangat dan lembap naik dengan cepat ke lapisan atmosfer yang sangat dingin, uap air dalam awan berubah menjadi titik air super dingin dan kemudian membeku menjadi kristal es.

Kristal es ini berkembang membesar melalui tumbukan dengan partikel air dingin lain di dalam awan. Arus udara yang kuat membuat butiran es terus berputar naik turun sehingga ukurannya semakin besar sebelum akhirnya jatuh ke tanah sebagai hujan es. Proses ini terjadi dalam kondisi atmosfer yang tidak stabil dengan suhu yang turun drastis di ketinggian dan kelembapan tinggi, ciri khas musim pancaroba khususnya di daerah pegunungan seperti Sukabumi.

Hujan es terjadi di Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi. Selasa (7/10/2025)Hujan es terjadi di Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi. Selasa (7/10/2025)

Penjelasan Fenomena Hujan Es di Sukabumi

Fenomena hujan es ini merupakan kejadian yang langka namun bukan hal yang mustahil di daerah pegunungan seperti Sukabumi, terutama dalam masa pancaroba yang menandai pergantian dari musim kemarau ke musim hujan dengan curah hujan tinggi. BMKG memprediksi bahwa hingga akhir Oktober 2025, Sukabumi dan wilayah selatan Jawa Barat akan tetap berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat disertai risiko hujan es dan angin kencang.

Penting bagi masyarakat untuk waspada, menghindari berteduh di bawah pohon atau bangunan rapuh selama hujan dan angin kencang, serta selalu memantau informasi cuaca terbaru dari BMKG. Kondisi atmosfer yang sangat dinamis di daerah ini memerlukan kesiapsiagaan yang tinggi agar dampak kerusakan dan risiko bagi keselamatan bisa diminimalkan secara optimal. Sekarang, mari kita bahas secara lebih teknis tentang proses fisika hujan es dan prediksi BMKG.

Baca Juga: Indonesia Punya Kunci Rahasia Sustainable Fashion Ala Paris Fashion Week 2025 Womenswear SS26

Baca Juga: Puluhan Rumah Rusak, Hujan Es dan Angin Kencang Terjang Jampangtengah Sukabumi

Proses Fisika Hujan Es

  1. Pembentukan Awan Cumulonimbus (Cb):
    • Udara panas dan lembap di permukaan bumi naik karena konveksi atau dorongan topografi (pegunungan).
    • Udara ini mendingin seiring naik ke atmosfer, dan ketika mencapai titik embun, uap air mengembun menjadi butiran air di awan.
  2. Pembentukan Kristal Es:
    • Di ketinggian yang lebih tinggi, suhu jatuh di bawah 0°C, sehingga butiran air di awan membeku menjadi kristal es kecil.
    • Kristal es ini kemudian tertarik oleh arus udara naik dan turun di dalam awan yang menyebabkan mereka bertabrakan dan bergabung menjadi butiran es yang lebih besar (hail stones).
  3. Pergerakan Butiran Es di Dalam Awan:
    • Butiran es yang terbentuk terus berputar di dalam awan, naik ketika arus udara naik kuat, dan turun ketika beratnya melebihi kemampuan angin naik menahan.
    • Proses ini membuat butiran es bertambah besar seiring waktu.
  4. Turunnya Hujan Es ke Permukaan:
    • Ketika butiran es terlalu berat, mereka jatuh menembus lapisan udara yang lebih hangat ke permukaan bumi sebagai hujan es.

Perbedaan proses terjadinya antara hujan es dan embun upas yang juga sering kita saksikan di kawasan Dieng setiap tahunnya, terletak pada proses pembentukan dan bentuk fisiknya. Hujan es terbentuk dari kristal es yang berkembang di dalam awan Cumulonimbus tinggi akibat arus udara naik turun yang kuat, sehingga butiran es menjadi besar dan jatuh dari langit sebagai butiran keras.

Sedangkan, embun upas adalah embun yang membeku (embun es) yang terbentuk langsung pada permukaan benda seperti daun atau tanah saat suhu udara di permukaan turun hingga di bawah titik beku, biasanya terjadi saat malam yang cerah dan tanpa angin.

Embun upas muncul sebagai lapisan tipis kristal es yang menutupi permukaan, sementara hujan es berupa butiran es keras yang jatuh dari awan. Embun upas sering terjadi di dataran tinggi selama musim kemarau atau kondisi suhu sangat dingin, sedangkan hujan es biasanya muncul dalam fenomena cuaca ekstrem dan awan badai.

Baca Juga: 10+ Rasa "Saya": Mengulik Kata Ganti Orang Pertama dalam Bahasa Sunda "Aing, Mah Teu Nyaho."

Prediksi BMKG

  • BMKG menggunakan data pengamatan cuaca, satelit, dan radar cuaca untuk mendeteksi pembentukan awan Cumulonimbus dengan potensi hujan es.
  • Data suhu vertikal atmosfer diukur untuk mengetahui ketidakstabilan dan suhu di atas 0°C.
  • Analisis kelembapan dan pola angin juga digunakan untuk memperkirakan potensi hujan lebat dan angin kencang.
  • Dengan pemodelan cuaca numerik, BMKG memprediksi kemungkinan lokasi dan intensitas hujan es dalam waktu dekat.

Jadi, kesimpulannya! Hujan es yang melanda Sukabumi pada awal Oktober 2025 merupakan hasil dari kombinasi kondisi atmosfer yang tidak stabil, kelembapan tinggi, dan pengangkatan udara oleh topografi pegunungan yang menyebabkan terbentuknya awan Cumulonimbus. Butiran es terbentuk dan membesar melalui proses pengangkatan ulang dalam awan sebelum akhirnya jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan es berukuran besar.

Fenomena ini adalah bagian dari dinamika alam yang biasa terjadi di daerah pegunungan selama musim pancaroba dengan curah hujan tinggi dan potensi angin kencang. Meskipun tergolong langka, kejadian ini mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan dan pemantauan cuaca demi meminimalkan dampak kerusakan dan menjaga keselamatan masyarakat.

(Dari berbagai sumber/BMKG)

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini