SUKABUMIUPDATE.com - Dunia fesyen global baru saja terkejut oleh gelaran Paris Fashion Week (PFW) Spring/Summer 2026. Acara bergengsi ini, yang menampilkan peragaan busana dari merek-merek ternama, bukan lagi sekadar pameran kemewahan biasa. Tema utamanya kini adalah keberlanjutan (sustainability). Desainer seperti Stella McCartney memimpin perubahan ini dengan koleksi yang hampir 98% menggunakan bahan ramah lingkungan, termasuk denim pemurni udara.
Merek lain seperti Chloé dan Gabriela Hearst mengikuti, menggunakan sutra organik dan mengubah kain sisa menjadi desain mewah. Pesan dari Paris sangat jelas, fesyen harus menjadi industri yang bertanggung jawab, peduli pada lingkungan, dan mencari cara untuk mengurangi polusi serta limbah yang selama ini dihasilkan. Dunia fesyen global (yang menyumbang 10% emisi dunia) didorong untuk segera beralih ke praktik yang lebih hijau.
PFW SS26 Womenswear stutup tirai pada 7 Oktober 2025. Acara yang diorganisir secara resmi oleh Fédération de la Haute Couture et de la Mode (FHCM) juga menampilkan live stream dari berbagai show di Paris dan platform sosial media seperti x, yang bisa disaksikan secara real-time melalui channel utama yang mereka kelola.
Baca Juga: Kejari Kota Sukabumi Telusuri Aliran Dana Korupsi Kredit BRI Rp1,7 Miliar, Bidik Tersangka Lain
Di tengah hiruk pikuk PFW SS26, muncul kesadaran bahwa Indonesia sebenarnya sudah memegang kunci rahasia ini sejak lama. Sebagai negara kepulauan yang kaya akan alam, DNA eco-life sudah melekat dalam budaya kita. Kita punya batik yang dibuat dengan pewarna alami, tenun zero-waste (minim sampah) dari Sumba, atau anyaman bambu yang sudah sustainable selama ratusan tahun jauh sebelum istilah eco-friendly menjadi tren.
Praktik artisan lokal kita, seperti menggunakan pewarna indigo alami atau memanfaatkan bahan dari serat tanaman, ternyata mirip sekali dengan inovasi yang baru dilakukan oleh desainer Paris. Ini adalah potensi besar bagi Indonesia untuk tidak hanya mengikuti tren, tetapi justru menjadi inspirator utama bagi dunia fesyen global.
Warisan Kuno Nusantara Peluang Emas untuk Indonesia
"PFW SS26 bukti bahwa sustainable fashion udah mainstream dari alga sequins sampe recycled nylon. Buat Indonesia, ini peluang emas,lho! Kita punya 300+ etnis dengan tekstil unik, plus sumber daya alam seperti bambu dan kapas organik. Tantangannya? Fast fashion masih dominan, tapi gerakan seperti Zero Waste Indonesia dan startup upcycling lagi ubah itu. Bayangin kolaborasi Stella McCartney dengan SukkhaCitta, atau runway IFW yang invite desainer Paris. Sudah ada preseden: APR partner dengan brand lokal di MUFFEST 2025, showcase viscose rayon di Jakarta Fashion Week.Konsumen kita juga kunci 54% brand sustainable lapor naik demand pasca-pandemi. Mulai dari beli secondhand di Depop, atau dukung local via Etsy. PFW bilang fashion bisa selamatkan bumi. Indonesia? Kita bisa pimpin dengan spirit ecolife yang autentik canggih, bertanggung jawab, dan penuh cerita," demikian bunyi rangkuman diskusi Netizen di X, tentang peluang Indonesia.
Baca Juga: Sumur Bor Tak Berfungsi, 129 KK di Kampung Haji Sukabumi Krisis Air Bersih
Merek Lokal Pahlawan Eco-Fashion Masa Kini
Antusiasme ini semakin diperkuat oleh gerakan merek lokal Indonesia yang kini gencar didukung oleh warganet. Banyak netizen mendorong untuk membeli produk dalam negeri karena kualitas desain yang bagus, harga yang masuk akal, dan semangat untuk mendukung ekonomi domestik. Merek-merek lokal ini membuktikan bahwa kita tidak perlu impor fast fashion yang merusak lingkungan.
Beberapa merek seperti SukkhaCitta, Sejauh Mata Memandang, dan Setali Indonesia kini menjadi eco-warrior sejati. SukkhaCitta misalnya, memberdayakan ratusan artisan perempuan dan menggunakan pewarna alami, mirip praktik mewah etis di Paris.
Sementara Setali secara aktif mengurangi tumpukan sampah tekstil dengan membuat patchwork yang edgy. Merek-merek ini tidak hanya menjual pakaian; mereka menjual cerita tentang etika, pelestarian budaya, dan kepedulian terhadap bumi. Mereka membuktikan bahwa kemewahan sejati terletak pada proses yang bertanggung jawab, bukan hanya kecepatan produksi.
Baca Juga: Jangan Panik! BPBD Sukabumi Uji Coba Sirine Tsunami Setiap Tanggal 26
PFW SS26 adalah bukti bahwa sustainable fashion sudah menjadi arus utama. Bagi Indonesia, ini adalah peluang emas. Kita memiliki 300 lebih kelompok etnis dengan tekstil unik, ditambah sumber daya alam melimpah seperti bambu dan kapas organik. Tantangan terbesarnya memang adalah dominasi fast fashion yang murah.
Namun, dengan dukungan pemerintah dan meningkatnya kesadaran konsumen yang kini semakin mencari produk bekas (secondhand) atau mendukung merek lokal perubahan ini sangat mungkin terjadi. Indonesia bisa memimpin dengan semangat eco-life yang autentik, canggih, bertanggung jawab, dan penuh cerita budaya.
Pilihan fashion kita hari ini, mulai dari memilih tas anyaman bambu hingga berinvestasi pada batik pewarna alam, adalah suara kita untuk masa depan bumi. Sudah saatnya Indonesia beralih dari sekadar terinspirasi, menjadi inspirator utama di panggung fesyen global.
(Sumber:PFW/Diskusi X)