SUKABUMIUPDATE.com - Kecantikan wanita Sukabumi bukanlah bahasan baru. Bahkan sejak dulu, keindahan paras perempuan dari daerah ini menjadi perbincangan. Tak jarang, keistimewaan ini juga justru memicu kontroversi, salah satunya dialami gadis Cikembar bernama Apun Gencay. Kecantikannya membutakan mata seorang ningrat yang menjabat Bupati Cianjur.
Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan kecantikan Apun Gencay konon katanya menjadi pemicu terbunuhnya Raden Aria Wiratanudatar III. Kisah pembunuhan ini sebenarnya memiliki beberapa versi, salah satunya soal kisah cinta terlarang. "Yang tak banyak terungkap justru adalah sosok Apun Gencay," kata Irman kepada sukabumiupdate.com, Selasa, 8 Juni 2021.
Irman yang juga penulis buku Soekaboemi the Untold Story mengatakan tidak banyak sumber sejarah yang mencatat sosok Apun Geuncay. Menjadi wajar jika yang berkembang tentang Apuy Gencay kebanyakan fiktif dan dilebih-lebihkan. Nama Apun Gencay sendiri lebih banyak terabadikan lewat lakon drama, karya carita pondok, dan cerita lisan dari mulut ke mulut sebagai sosok legenda (bukan sejarah).
Irman yang kini aktif sebagai Kepala Riset dan Kesejarahan Soekaboemi Heritages menuturkan Raden Aria Wiratanudatar III--cucu Raden Aria Wiratanudatar I-- diangkat menjadi Bupati Cianjur pada tahun 1707 (memerintah hingga 1726). Ketika itu, wilayah yang kini Sukabumi merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kadipaten Cianjur.
Nama asli Raden Aria Wiratanudatar III adalah Raden Astramanggala. Ia diangkat menjadi bupati pada tahun 1707 saat ayahnya, Raden Aria Wiratanudatar II meninggal dunia. Ketika Wiratanudatar III naik takhta, ibu kota Cianjur yang berada di Pamoyanan sudah mulai mundur. Maka strategi pertama Wiratanudatar III adalah memindahkan ibu kota dari Pamoyanan ke kampung Cianjur, sampai saat ini.
Raden Aria Wiratanudatar III termasuk bupati yang berprestasi dalam pandangan Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC. Sebab, ia selalu berhasil menyetor kopi yang terbesar ke VOC. Sementara di Sukabumi, masa pemerintahan Wiratanudatar III justru diwarnai banyak pemberontakan petani, terutama di wilayah Jampang, akibat penerapan tanam paksa kapas dan kopi yang sangat merugikan dan membuat petani tersiksa.
Irman menyebut setidaknya ada dua versi yang paling dikenal di balik kematian Raden Aria Wiratanudatar III. Pertama ia meninggal pada 1726 karena ditusuk condre (senjata kuno khas Sunda semacam belati) oleh pemberontak yang merasa menderita karena sistem tanam paksa. Salah satu pemicunya adalah kasus bayaran kopi pada VOC yang seharusnya 17,5 gulden, hanya dibayar 12,5 gulden. Sedangkan yang 5 gulden dipakai Raden Aria Wiratanudatar III.
"Satu versi lain soal kematian Raden Aria Wiratanudatar III adalah masalah cinta, yaitu berhubungan dengan Apun Gencay," kata Irman.
Apun Geuncay dan Kematian Raden Aria Wiratanudatar III
Suatu ketika Raden Aria Wiratanudatar III mendengar bahwa di Cikembar (wilayah di Kabupaten Sukabumi), ada gadis cantik bak bidadari bernama Apun Gencay. Mendengar kabar itu, ia ingin membuktikannya sendiri. Setelah berhasil mengungkap kabar tersebut, Raden Aria Wiratanudatar III langsung jatuh cinta kepada Apun Gencay yang sebenarnya sudah memiliki kekasih yang berasal dari Citeureup, Bogor.