Perjuangan Pribumi Melawan Belanda saat Agresi Militer di Sukabumi yang Nyaris Terlupakan

Sabtu 27 Februari 2021, 23:00 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Tampaknya belum banyak yang tahu bagaimana perjuangan pribumi melawan Belanda saat terjadi Agresi Militer I di Sukabumi. Kala itu Nyalindung dipilih sebagai pusat pengaturan serangan.

Kisah ini bermula pada Agustus 1946 saat Letnan Kolonel Alexander Evert Kawilarang menggantikan Letnan Kolonel Eddie Soekardi sebagai Komandan Resimen III TKR atau Tentara Keamanan Rakyat yang membawahi Sukabumi dan Cianjur. Namun ketika itu terjadi perubahan organisasi menjadi Brigade II dengan membawahi Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Kawilarang yang sebelumnya memimpin gerilya di Bogor dan Cicurug dipilih menggantikan Eddie yang dipindahkan ke Tasikmalaya.

Pengamat sejarah Sukabumi, Irman Firmansyah mengatakan bahwa ketika itu para pejuang pribumi sedang melakukan konsolidasi di Sukabumi untuk bersiap menghadapi serangan Belanda. Sukabumi sendiri terisolasi karena Bandung dan Cianjur telah berhasil dikuasai Belanda

"Akses ke timur hanya bisa dilakukan melalui Cianjur selatan lewat Cikadu dekat Sindangbarang. Sedangkan ke sebelah barat harus berjalan kaki dulu ke Cianten dari Pandan Arum," kata Irman kepada sukabumiupdate.com, Sabtu, 27 Februari 2021. 

Irman yang juga penulis buku Soekaboemi the Untold Story ini mengatakan bahwa pasukan pejuang pribumi sangat kesulitan memperoleh logistik karena pusat logistik hanya ada di Cianjur dan Pagelaran. Saat itu Cianjur telah dikuasai Belanda dan akses ke Pagelaran pun sangat jauh dan sulit jika melalui selatan.

Beruntung ada seorang Tionghoa bernama Oey Ek Koey yang ikut berjuang bersama pasukan pribumi. Ia bertugas menyiapkan peralatan di bawah komando Kapten Louis Yahya. Ketika itu Belanda masih memperoleh hasil perkebunan dari Sukabumi dan bisa mengekspornya ke negara mereka melalui para pekerja kebun yang masih ada di perkebunan dan menunggu tuannya yang pulang ke Belanda.

"Oey memanfaatkan hal tersebut dan memberitahukan opsir Belanda di Jakarta bahwa para pekerja di perkebunan kelaparan dan membutuhkan beras. Opsir Belanda itu mengeluarkan beras dengan alasan program kemanusiaan," kata Irman. "Padahal yang terjadi sesungguhnya, Oey memberi suap sebesar 10.000 gulden setiap mengirimkan beras yang ternyata dipakai untuk mensuplai para pejuang Sukabumi," tambahnya menjelaskan.

Agresi Militer I Belanda di Sukabumi

Indonesia sebenarnya telah menduga bahwa akan ada agresi dari Belanda, mengingat tingkah laku Belanda dengan lebih dari 100 ribu pasukan dan peralatan miiter canggih pasca ditariknya Inggris pada November 1946 yang sangat agresif.

Kawilarang pun telah menyiapkan pasukannya untuk berjaga. Namun karena jatuh saat bermain sepak bola pada 23 Juni 1947, ia terpaksa harus memandu persiapan dari ranjang rumah sakit. Sebelum meletusnya agresi, Belanda sendiri telah mulai membuat intrik untuk mengacaukan Tentara Nasional Indonesia atau TNI dari dalam. 

Pada 20 Juli 1947 ada sekira 10 orang dari Partai Rakyat Pasundan yang ditangkap karena membawa 10 pucuk senapan yang konon katanya mereka rebut dari Brigade 7 Desember. Padahal mereka memang diangkut oleh Belanda dari Cicurug ke Ciapus dan dipersenjatai untuk mengacaukan TNI. "Pimpinannya yang bernama Korah mengatakan bahwa mereka dijanjikan untuk pulang pergi ke Belanda gratis jika Belanda berhasil," ucap Irman.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari wilayah Maseng dan Gekbrong, Belanda telah siap bergerak melakukan penyerangan menuju Sukabumi. Situasi saat itu mulai tidak jelas karena beredar informasi bahwa ada sekelompok orang China yang dipersenjatai Belanda yang disebut Poa An Tui. Akibatnya masyarakat saling curiga dan muncul narasi pro-Belanda dan pro-Republik.

Kekisruhan dan desas-desus yang terjadi menimbulkan korban pembunuhan yang tidak jelas, yakni Raden Ibrahim Sastranegara. Raden Ibrahim merupakan adik dari penerbang dan pahlawan yang dijadikan nama bandara di Bandung, yaitu Husein Sastranegara. Husein kala itu menjabat sebagai inspektur polisi Cicurug. Kakak beradik ini merupakan lulusan sekolah polisi Sukabumi. Setelah menjadi inspektur polisi di Sukanagara, Husein melanjutkan sekolahnya sebagai penerbang dan tewas di Yogyakarta saat melakukan uji coba pesawat Cukiu.

Cukiu atau Tjukiu merupakan sebuah sebutan bagi pesawat latih yang juga digunakan untuk mengintai serta pengangkut yang dipergunakan oleh Tentara Nasional Angkatan Udara sejak berdiri pada 9 April 1946.

Situasi Sukabumi semakin memanas, terutama di Cicurug. Pasalnya, di wilayah tersebut terjadi konfrontasi dengan Nederlandsch Indie Civiele Administratie atau NICA. Bahkan para pemuda Cicurug membasmi para pamong praja dan polisi yang dianggap masih bersikap feodal.

"Aksi ini kemudian bermula dari Jampang Kulon dan menyebar sampai Cicurug. Raden Ibrahim Sastranegara sendiri dituduh oleh sekelompok pemuda sebagai antek NICA dalam suatu rapat umum di alun-alun. Sehingga ia ditangkap serta digiring ke markas dan disiksa, hingga akhirnya dibunuh," sambung Irman.

Pada 21 Juli 1947, Belanda pun benar-benar melakukan penyerangan ke Sukabumi. Sehari sebelumnya, pesawat Belanda sempat menurunkan pamflet berisi ultimatum agar rakyat pribumi tidak melakukan pengrusakan. Namun hal itu memicu sikap TKR untuk sementara mencetuskan politik bumi hangus yang diterapkan saat mengundurkan diri ke pedalaman. Kala itu tiga hotel mewah dibakar, sekolah Protestan dan gudang hasil perkebunan turut hangus, dan beberapa rumah warga China ikut dibumihanguskan.

Namun strategi tersebut tidak menghalangi Belanda untuk terus bergerak menuju Sukabumi. Meski di wilayah Batalion 6 di Cibeber Belanda masih bersiap, namun di Lampegan Belanda mulai masuk dan mendapat pengadangan dari Letnan Dulhak. Sedangkan di daerah Batalion 7 dengan persenjataan canggihnya Belanda berhasil melewati Gekbrong dan diadang di Sukalarang dengan melibatkan para santri Cipriangan dan Bandang.

Sementara di Cireunghas, Belanda merangsek masuk ke arah Gandasoli dan diadang oleh para pejuang di sebuah bukit di Kampung Lio. Di wilayah barat, Belanda bergerak memasuki Cigombong.

"Pabrik-pabrik sekitar 50 kilometer jaraknya dibumihanguskan oleh para pejuang. Lambat laun dalam hitungan bulan Belanda yang memang sudah siap tempur dan peralatan yang canggih terus merangsek menduduki Sukaraja," ujar Irman.

Irman melanjutkan bahwa Pos Komando Brigade II Suryakencana yang semula berada di kantor telepon di Kota Sukabumi pun dipindahkan ke jembatan Leuwilisung karena saat itu Belanda telah tiba di pinggiran timur Kota Sukabumi dan dari arah barat berturut-turut Cigombong, Cicurug, Cibadak juga telah dikuasai Belanda. "Hingga malam harinya seluruh Kota Sukabumi dikuasai oleh Belanda," katanya.

Memasuki 22 Juli 1947, Belanda mulai menyerang wilayah selatan menuju pusat listrik Ubrug. Belanda saat itu menggunakan sound recorder, alat untuk melipatgandakan suara bekas pertempuran di Arnhem saat mencoba menguasai sungai Rhine pada September 1944.

Beberapa hari setelah Belanda menyerang wilayah selatan Sukabumi, Panglima Divisi Siliwangi Abdul Haris Nasution mengunjungi para pejuang yang pergi ke Nyalindung. Di sana ia memberi arahan dan melakukan koordinasi.

Irman mengungkapkan bahwa setelah masuknya Belanda ke Sukabumi, ada beberapa wilayah yang masih dikuasai para pejuang, antara lain di sebelah tenggara meliputi Cibeber, Lampegan, dan jembatan Cireunghas yang dipimpin Kapten Baharudin. Kepala regu Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia atau PKRI di wilayah ini adalah Djatnika, yang dijuluki "Si Gondrong Setan" karena paling berani dan tidak tembus peluru.

Kemudian wilayah jembatan Leuwilisung dan Padabeunghar, masih dikuasai TKR di bawah komando Kapten Ishak Djuarsa. Termasuk di dalamnya ada wilayah Gunungguruh, Pasir Datar, Nagrak Cibadak, dan Cisaat hingga Gunung Gede di bagian utaranya. Sedangkan kepala kepolisian Sukabumi bersama polisi kota menggabungkan diri dengan pejuang di Nyalindung di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang. Nyalindung sendiri menjadi pusat pengaturan serangan para pejuang.

Setelah berhasil menduduki Sukabumi, Belanda kemudian merekrut orang pribumi untuk melaporkan keberadaan para pejuang ke Teritoriale Inlichtingen en Veiligheid Groep atau TIVG (grup informasi teritorial keamanan) dan berkeliling untuk menangkap para pejuang di beberapa gang dan pasar di sekitar Kota Sukabumi. "Salah satu penghianat tersebut berhasil ditangkap para pejuang dan ditembak mati," kata Irman.

Belanda lalu terus bergerak menuju Palabuhanratu dan ke arah timur, yakni Jampang Tengah, Jampang Kulon, dan Nyalindung serta Sagaranten. TKR wilayah Jampang Kulon di bawah pimpinan Kapten Effendi juga mula bergerilya. Sementara TKR di Gunungguruh pimpinan Toha dibantu KH Ahmad Sanusi dan KH Damanhuri dengan pasukan Hisbullah-nya mulai mempersiapkan diri untuk bertempur. Selain itu, ada juga perlawanan pejuang di sekitar Pasir Datar yang dipimpin oleh KH Marfudin dan di Palabuhanratu dikomandoi R Oking Djaja Atmadja (Kapten Oking) mulai mengadang pasukan NICA.

Namun karena kecanggihan peralatan militer yang dimilikinya, Belanda akhirnya mulai menguasai sejumlah wilayah strategis di Sukabumi. Selanjutnya pasukan Belanda yang lain, yakni Batalion 3 Brigade Prinses Irene, mulai berdatangan ke Sukabumi. Mereka masuk melalui jalur darat melewati Cigombong.

"Menurut seorang jurnalis bernama Leanard Huizinga, Brigade Prinses Irene mengalami gangguan di sepanjang jalan oleh para pejuang. Bangunan-bangunan dibumihanguskan oleh para pejuang, kecuali stasiun Cigombong," ungkap Irman. "Sementara di Cicurug mereka mendapati sebuah biara kosong yang pernah dijadikan barak pejuang, namun di sana tiba-tiba diserang dengan granat namun para penyerang tersebut bisa ditangkap," lanjutnya.

Belanda kemudian tiba di Parungkuda dan meninggalkan satu peleton di wilayah itu, sementara pasukan lainnya berangkat menuju Cibadak. Namun saat itu beberapa jembatan telah dirusak para pejuang. Jembatan Pamuruyan Cibadak disabotase dan kota Cibadak sendiri terbakar, meski sebagian peledak di jembatan sekitar Cibadak ini berhasil dijinakkan Belanda.

Belanda lalu melakukan konsolidasi pasukan di depan kantor pos Cibadak. Mereka juga menempati sebuah barak bekas TKR yang di belakangnya ada pemandian air panas (dulu bekas Hotel Trinon). Pasukan Belanda mandi dan mencuci pakaian di sana, sementara para insinyur yang dibawanya melakukan perbaikan yang hancur.

"Setelah tinggal di Cibadak selama dua hari, pasukan Belanda menuju Sukabumi yang sudah diambil alih dalam agresi beberapa hari sebelumnya. Saat tiba di Sukabumi, kondisi wilayah ini telah dibumihanguskan. Namun mereka kemudian mengamankan stasiun kereta api. Di sana ternyata masih ada serangan kecil-kecilan dari pejuang yang menewaskan dua orang anggota GPRI," jelas Irman.

Baca Juga :

Masa Pendudukan Belanda di Sukabumi

Setelah berhasil menduduki Sukabumi, Belanda kemudian mengangkat Hilman Djajadiningrat menjadi Bupati Sukabumi karena Bupati M Suardi ikut mengungsi ke Nyalindung. Setelah itu, Kolonel Thomson selaku komandan NICA wilayah Bogor, Sukabumi, dan Cianjur bersama Bupati Hilman mengadakan rapat dengan para pimpinan jawatan, perusahaan, dan sekolah. Thomson meminta mereka untuk bekerjasama dengan NICA. 

Namun saat itu ada tujuh orang yang menolak kerja sama tersebut, mereka adalah Soelaeman (kepala kantor PU), S Adi Hatmodjo (Direktur Tambang Mas Cikotok), Kosasih (kepala kantor pajak), Aris Munandar (kepala sekolah), Mahyudi (Kepala Kantor Infeksi Perkebunan), Lukmana Ranadipura (Kepala Kantor Infeksi Perkebunan II), dan Ph Cornelis (Kepala Kultur Teknik).

Selama pendudukannya di Sukabumi, Belanda juga menebar para agen intelijen mereka di bawah naungan Netherlands Forces Intelligence Service atau NEFIS untuk mencari persembunyian para pejuang. Salah satu korban operasi ini adalah Pelda Suryatna yang tewas di Bojong Jengkol karena dijebak.

Meski sebagian wilayah Sukabumi telah dikuasai Belanda, namun para pejuang tetap melakukan perlawanan dengan bergerilya di kantong-kantong yang masih dikuasainya. Bahkan sejak bulan April 1947, para pelajar turut bergabung dengan mendirikan Tentara Republik Indonesia Pelajar atau TRIP Batalion Jawa Barat yang berkedudukan di Sukabumi. Mereka bergerilya di wilayah Gekbrong, Maseng, dan Cibeber. 

Namun sayang, akhirnya Nyalindung juga berhasil dikuasai Belanda. Situasi pun semakin kacau, di mana ditemukan mayat orang Tionghoa bernama A Tjaai di Cibadak yang diculik dan ditemukan dengan luka pada bagian paha. Kemudian di Cipanengah juga terjadi penusukan orang Indonesia oleh geng pemuda yang terdiri dari 15 laki-laki di sekitar Cimandiri. Lalu seorang penjaga Tionghoa dilempari granat di dekat pemakaman Kerkhof.

Pada 24 Agustus 1947, terjadi pembakaran rumah mantan tentara Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger atau KNIL di Cisaat di mana Lurah Cisande saat itu ditemukan tewas. Pembakaran juga terjadi di Baros. Kemudian di Desa Citamiang seorang mandor bernama Malie diculik oleh geng bersenjata sebanyak 70 orang. Tanggal 26 Agustus 1947, juru tulis Desa Pawenang bernama Atik Soerjana ditembak mati oleh kelompok bersenjata.

Selain Iitu, Irman juga merinci rentetan peristiwa berdarah lainnya yang menewaskan sejumlah orang. Ia mengatakan bahwa pada 27 Agustus 1947 terjadi pembakaran pabrik di Cipeujeuh, lurah dan polisi desa citancam (Cicantayan) juga ditemukan tewas. Lalu pada 29 Agustus 1947 terjadi penculikan terhadap Soeria-permana di Nyomplong.

Pada November 1947, Harun Kabir, seorang mayor yang menjabat Kepala Staf Brigade II Suryakencana, berada di perkebunan teh Bunga Melur, Takokak, Sukabumi untuk menggelar rapat dengan Kawilarang, Letkol Eddie Soekardi, dan sejumlah perwira tinggi lainnya. Namun rupanya pertemuan tersebut terendus Belanda, sehingga saat waktu Magrib mereka diserang Belanda.

"Selanjutnya Harun Kabir dan keluarganya ikut mengungsi ke Cioray. Di sana Harun Kabir dan para pengungsi berlindung di rumah seorang pemuka agama, tepatnya di sebuah gubuk dekat huma penduduk. Pada Rabu malam tanggal 12 November 1947, Harun yang dalam kondisi masih sakit karena terserang malaria diminta untuk menemui Kawilarang dan Mayor Kosasih untuk suatu tugas ke Yogyakarta esok paginya," kata Irman.

"Harun hendak menyuruh keluarganya bergabung dengan pengungsi. Namun sayangnya saat menjelang Subuh sekira pukul 04.00 WIB (13 November 1947), satu peleton pasukan Belanda mengepung gubuk kecil tempat mereka tinggal. Mereka menyergap dan menembak mati Harun Kabir bersama dua ajudannya di depan keluarganya sendiri. Kapten Belanda meminta maaf kepada istrinya mengingat tindakannya dilakukan pada masa perang," pungkasnya.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Keuangan20 April 2024, 19:02 WIB

Rp 6 Juta Sehari! Omzet Tukang Bakso di Jalan Sukabumi-Bogor Akibat Longsor Tol Bocimi

Pendapatan yang meningkat ini dirasakan oleh pedagang dan tukang parkir.
Warung bakso Zaenal (35 tahun) di area Masjid Nurul Anda, Desa Pondokkasolandeuh, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (20/4/2024). | Foto: SU/Ibnu Sanubari
Sehat20 April 2024, 19:00 WIB

6 Makanan yang Tidak Dianjurkan untuk Penderita Kolesterol

Dalam kondisi normal, hati mengatur produksi kolesterol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Namun, pola makan tidak sehat dan gaya hidup yang tidak aktif dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, yang nantinya dapat mengarah pada penyakit kardiovaskular
Rendang. Contoh Makanan yang Tidak Dianjurkan Dikonsumsi Berlebihan untuk Penderita Kolesterol (Sumber : YouTube Devina Hermawan)
Life20 April 2024, 18:00 WIB

4 Doa Mohon Diberi Kesehatan, Kesembuhan dan Dilindungi dari Penyakit

Berikut Bacaan Doa Mohon Kesembuhan dan Dilindungi dari Penyakit, Tersedia Arab Latin dan Artinya.
Ilustrasi. Dirawat di rumah sakit. (Sumber : Shutterstock)
Musik20 April 2024, 17:00 WIB

Trending Now! Lirik dan Terjemahan Lagu As I Am Justin Bieber feat Khalid

Berikut Lirik dan Terjemahan Lagu As I Am Justin Bieber feat Khalid yang Sedang Trending di YouTube Music!
Trending Now! Lirik dan Terjemahan Lagu As I Am Justin Bieber feat Khalid | Foto : YouTube/@JustinBieber
Nasional20 April 2024, 16:27 WIB

Posko THR Ditutup: Ada 1.475 Laporan hingga Berbagai Jenis Pengaduan

Anwar menyatakan ada beberapa jenis pengaduan yang masuk.
(Foto Ilustrasi) Kementerian Ketenagakerjaan menutup layanan Posko THR. | Foto: Istimewa
Life20 April 2024, 16:00 WIB

6 Mental Kaya yang Wajib Anda Miliki Jika Ingin Sukses Sampai Hari Tua

Manakala seseorang ingin sukses hidupnya tentu harus memiliki mental kaya agar jalan menuju ke sana mudah dan cepat.
Ilustrasi. Mental kaya untuk mencapai kesuksesan. Sumber foto : Pexels/Ambu Ochieno
Inspirasi20 April 2024, 15:00 WIB

Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 di Perusahaan Makanan Wilayah Bandung

Berikut Informasinya Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 di Perusahaan Makanan Wilayah Bandung. Jobseeker Ayo Daftar!
Ilustrasi. Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 di Perusahaan Makanan Wilayah Bandung. | Foto: Pixabay
Sukabumi Memilih20 April 2024, 14:41 WIB

Punya 10 Kursi! PKS-PAN Satu Fraksi di DPRD Sukabumi, Siap Seperahu untuk Pilkada 2024

Dalam pilkada serentak 2024, diperlukan persyaratan minimal 20 persen kursi parlemen untuk mencalonkan bupati/wakil bupati.
Pertemuan PKS dan PAN di Aula Kantor DPD PKS Kabupaten Sukabumi di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (20/4/2024). | Foto: Istimewa
Sehat20 April 2024, 14:00 WIB

Dampak Stres Bagi Kesehatan: 7 Penyakit yang Bisa Mengancam Tubuh

Dampak stres sangat buruk bagi kesehatan tubuh. Itulah mengapa waspada dengan gejala gangguan kejiwaan adalah hal yang penting.
Ilustrasi. Dampak stres bagi kesehatan tubuh. Sumber Foto : Pexels/Andrea Piacquadio
Sukabumi20 April 2024, 13:07 WIB

SPI Soroti Reforma Agraria Eks HGU PT Sugih Mukti Warungkiara Sukabumi

Reforma agraria mengatur dua poin yaitu terkait penataan aset dan penataan akses.
Ketua SPI Sukabumi Rozak Daud. | Foto: Istimewa