Spotify Hapus 75 Juta Trek Spam AI, Kebijakan Baru Diperketat!

Sukabumiupdate.com
Senin 29 Sep 2025, 21:00 WIB
Spotify Hapus 75 Juta Trek Spam AI, Kebijakan Baru Diperketat!

Spotify baru saja menghapus sekitar 75 juta lagu spam buatan AI untuk melindungi royalti artis & kualitas platform. (Ilustrasi AI: ChatGPt)

SUKABUMIUPDATE.com - Spotify telah mengambil langkah tegas dalam upayanya menjaga integritas platform musiknya dengan menghapus sekitar 75 juta trek yang diidentifikasi sebagai "spam" yang dihasilkan oleh Kecerdasan Buatan (AI). Tindakan besar-besaran ini diumumkan bersamaan dengan peluncuran kerangka kerja kebijakan AI baru yang jauh lebih ketat.

Penghapusan tersebut bertujuan untuk membersihkan platform dari konten yang dieksploitasi secara massal, yang tidak hanya mengacaukan katalog musik tetapi juga berdampak signifikan pada sistem royalti yang diterima oleh para artis musik yang sah.

melansir musicbusinessworldwide.com (25/9) "Dalam 12 bulan terakhir saja, periode yang ditandai dengan ledakan perangkat AI generatif, kami telah menghapus lebih dari 75 juta lagu spam dari Spotify," perusahaan tersebut mengonfirmasi dalam postingan blog resminya yang mengumumkan langkah-langkah tersebut.

Baca Juga: Sindiran Sunda: Nyalindung ka Gelung! Saat Pria Berlindung di Bawah Konde

Tiga Pilar Kebijakan Baru Spotify untuk Mengendalikan AI

Kebijakan AI terbaru dari Spotify berdiri di atas tiga pilar utama yang dirancang untuk membedakan antara inovasi kreatif dan penyalahgunaan. Pertama, Spotify secara eksplisit melarang peniruan identitas suara AI (klon suara atau deepfake) tanpa persetujuan eksplisit dari artis aslinya, sebuah langkah krusial untuk melindungi hak citra dan suara.

Kedua, platform ini memperkuat pertahanannya dengan meluncurkan filter spam berbasis AI mutakhir. Filter ini secara cerdas mampu mendeteksi dan memblokir taktik curang seperti bulk upload lagu, manipulasi SEO, dan lagu-lagu super pendek yang sengaja dibuat untuk mengeksploitasi perhitungan royalti.

Pilar ketiga dari kebijakan ini berfokus pada transparansi sukarela melalui kerja sama dengan Digital Data Exchange (DDEX). Spotify mengadopsi standar metadata baru yang memungkinkan artis dan pemegang hak untuk secara sukarela mengungkapkan sejauh mana mereka menggunakan AI dalam proses produksi musik, baik itu untuk vokal, instrumentasi, atau post-production.

Baca Juga: 2 Ekor Anjing Hutan Ditangkap, Misteri Matinya Puluhan Domba di Cikidang Sukabumi

Spotify menekankan bahwa fitur ini bersifat untuk pengungkapan dan bukan untuk penghukuman. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Spotify untuk menciptakan ekosistem musik yang adil, jujur, dan transparan, di mana pengguna dapat menikmati musik berkualitas tanpa tertipu oleh konten yang tidak autentik.

Konteks Industri Melindungi Royalti dan Kualitas

Tindakan keras ini didorong oleh beberapa faktor mendesak, terutama kekhawatiran yang meluas tentang perlindungan royalti artis. Lonjakan "spam" AI yang diunggah secara massal telah secara signifikan mengencerkan kumpulan royalti, memaksa artis sah untuk bersaing dengan jutaan trek non-manusia yang hanya dirancang untuk menghasilkan uang, sehingga berpotensi mengurangi pendapatan mereka.

Selain itu, Spotify juga ingin memulihkan kepercayaan pendengar dengan memastikan kualitas dan keaslian konten yang tersedia, mencegah kebingungan akibat lagu palsu, dan menghindari skandal seperti penghapusan lagu deepfake "Heart on My Sleeve" pada tahun 2023.

Secara keseluruhan, pembersihan besar-besaran 75 juta trek dan implementasi kebijakan baru yang ketat ini menegaskan sikap Spotify: mereka tidak anti-AI, melainkan anti-penyalahgunaan AI. Perusahaan berupaya keras untuk mempertahankan integritas ekosistem musik digital dengan memfasilitasi penggunaan AI sebagai alat kreatif yang sah, sambil secara bersamaan menindak keras praktik eksploitasi, penipuan, dan spam yang merugikan artis, pendengar, dan industri secara keseluruhan.

Langkah strategis ini menempatkan Spotify sebagai pemimpin dalam mendefinisikan batas antara inovasi musik dan etika platform digital di era Kecerdasan Buatan.

(Sumber:musicbusinessworldwide)

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini