Contoh Khutbah Idul Adha: Meneladani Kesabaran Siti Hajar

Sukabumiupdate.com
Kamis 05 Jun 2025, 18:00 WIB
Ilustrasi. Khutbah Jumat di Hari Raya Idul Adha tentan Meneladani Kesabaran Siti Hajar. | Foto: Unsplash.com/@Rumman Amin.

Ilustrasi. Khutbah Jumat di Hari Raya Idul Adha tentan Meneladani Kesabaran Siti Hajar. | Foto: Unsplash.com/@Rumman Amin.

SUKABUMIUPDATE.com – Khutbah Idul Adha biasanya disampaikan setelah pelaksanaan shalat sunnah Idul Adha. Pada kesempatan kali ini, khutbah mengangkat keteladanan dari sosok Siti Hajar dalam hal kesabaran.

Siti Hajar merupakan ibu dari Nabi Ismail sekaligus istri Nabi Ibrahim AS. Kisah ketabahan dan perjuangannya telah menjadi teladan besar bagi umat Islam dan patut dijadikan inspirasi dalam kehidupan.

Mengutip dari Nu Online, berikut ini adalah isi khutbah yang mengajak kita belajar dari kesabaran Siti Hajar.

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

. لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

 الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ. وَبَلَغَنَا إِلَى هٰذَا الْيَوْمِ مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تُرْجَى مِنْهُ الشَّفَاعَةُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ, وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْعُقُوْلِ السَّلِيْمَةِ. صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْ مَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَّرَ 

Jamaah yang dirahmati Allah SWT,

Segala puji bagi Allah swt atas segala nikmat iman, Islam, dan kesehatan sehingga kita diberi kesempatan untuk melaksanakan shalat Idul Adha pagi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Semoga kita termasuk di antara umat yang memperoleh syafaat beliau. Amin ya Rabbal alamin.

Hadirin yang dimuliakan,

Hari ini kita berada di puncak dari sepuluh hari terbaik dalam setahun—yang disebutkan oleh Allah dalam surat Al-Fajr: “Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh.” Para ulama menafsirkan bahwa “malam yang sepuluh” ini adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Puncaknya adalah Idul Adha, hari penuh makna yang mengabadikan momen besar dalam sejarah keimanan manusia. Hari ini kita mengenang ketaatan Nabi Ibrahim as dalam menjalankan perintah Allah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail as.

Namun, tak lengkap membicarakan keduanya tanpa menyebut sosok Hajar, istri Nabi Ibrahim dan ibu Nabi Ismail. Seorang perempuan luar biasa yang menunjukkan kesabaran luar biasa dalam ujian keimanan yang sangat berat.

Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan mereka di lembah gersang yang tak berpenghuni, Siti Hajar tetap bertahan dan berserah diri kepada Allah. Kejadian ini terekam dalam surat Ibrahim ayat 37, di mana Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar keturunannya diberi rezeki dan dicintai manusia di lembah Baitullah yang suci.

 رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ 

Artinya: “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” 

Menurut Imam Ibnu Jarir al-Thabari, lembah tersebut adalah kota Makkah. Dalam kisah dari kitab Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir, diceritakan bahwa ketika perbekalan habis, Siti Hajar bergegas naik ke bukit Shafa, lalu turun dan naik ke Marwah—berulang hingga tujuh kali—dalam ikhtiar mencari air demi anaknya.

Hingga akhirnya, air Zamzam memancar dari tanah sebagai balasan atas kesungguhan dan ketekunannya. Dari air itulah, ia bisa minum dan kembali menyusui putranya.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Dari kisah tersebut, kita belajar bahwa kesabaran bukan berarti pasrah tanpa usaha. Siti Hajar menunjukkan bagaimana sabar harus disertai usaha maksimal, tanpa kehilangan ketenangan hati. Ia menjalankan perintah Allah tanpa membantah, tetap berusaha tanpa mengeluh.

Dalam KBBI, sabar dimaknai sebagai kemampuan menahan diri, tidak cepat marah atau putus asa, tabah, dan tenang. Itulah sifat yang ditunjukkan Siti Hajar—bergerak dengan harapan, bertindak dengan tawakal.

Allah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 46 bahwa kesabaran mendatangkan keberkahan dan pertolongan-Nya: “Dan bersabarlah, sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Jamaah sekalian,

Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menegaskan bahwa pertolongan Allah erat kaitannya dengan kesabaran. Maka tak heran bila setelah bersabar, Siti Hajar memperoleh karunia berupa air Zamzam, sebagai bukti bahwa Allah menyertai dan mencintai hamba-Nya yang sabar.

Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Taisirul Karimirrahman, bentuk penyertaan Allah kepada orang-orang sabar adalah melalui pertolongan nyata.

Kesabaran sejati tidak berhenti pada penerimaan, tetapi juga diiringi ikhtiar aktif. Rasulullah saw pernah bersabda, “Jika sabar adalah seorang laki-laki, maka ia adalah sosok yang mulia. Allah mencintai orang-orang yang sabar.”

Oleh karena itu, khatib mengajak diri sendiri dan seluruh jamaah,

Marilah kita bersabar dalam menerima segala takdir Allah swt, tetap teguh dalam menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Semoga dengan kesabaran yang terus kita pupuk, Allah senantiasa menyertai dan melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal alamin.

 اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ.   

Khutbah II

 

   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

. اَللهُ أَكْبَرُ

. الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَعَادَ الْاَعْيَادَ وَكَرَّرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْأَكْبَرُ

. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الشَّافِعِ فِي الْمَحْشَرِ, وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَطْهَرِ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَبِيْبِكَ صَاحِبِ الْوَجْهِ الْاَنْوَرِ وَ عَلٰى أٰلِهِ وَارْضَ اَللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْاِسْلَامَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلَاةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.  اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ.

Sumber: Nu Online

 

Berita Terkait
Berita Terkini