Labuh Saji Warnai Hari Nelayan Palabuhanratu, Simbol Lestarinya Laut Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Rabu 21 Mei 2025, 15:36 WIB
Perahu nelayan yang mengikuti prosesi labuh saji dalam Hari Nelayan Palabuhanratu 2025. (Sumber Foto: Badrun/Humas DPRD)

Perahu nelayan yang mengikuti prosesi labuh saji dalam Hari Nelayan Palabuhanratu 2025. (Sumber Foto: Badrun/Humas DPRD)

SUKABUMIUPDATE.com – Perayaan Festival dan Gelar Budaya Hari Nelayan ke-65 di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Rabu (21/5/2025), berlangsung semarak.

Rangkaian kegiatan adat, karnaval, atraksi seni budaya, hingga prosesi labuh saji yang sarat makna pelestarian laut mewarnai puncak acara yang masuk dalam kalender Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata RI ini.

Kegiatan dimulai sejak pagi hari dengan arak-arakan kereta kencana yang membawa Djemima Shireen, Putri Nelayan Palabuhanratu 2025, dan figur simbolik “Sang Raja”. Kirab budaya yang turut diiringi karnaval serta marching band ini bergerak dari Alun-Alun Palabuhanratu, melintasi Jalan Siliwangi, menuju pusat perayaan di Alun-Alun Gadobangkong.

Setelah kirab, acara berlanjut dengan atraksi laes dari Kasepuhan Sirna Resmi, pertunjukan seni tradisional debus, hingga ritual labuh saji atau pelarungan aneka sesaji ke laut lepas dari puluhan perahu nelayan.

Kirab Budaya dalam Puncak Hari Nelayan Palabuhanratu 2025. | Foto: BadrunKirab Budaya dalam Puncak Hari Nelayan Palabuhanratu 2025. | Foto: Badrun

Ketua Panitia Hari Nelayan Palabuhanratu 2025, Nandang, menegaskan bahwa labuh saji bukan sekadar tradisi seremonial, melainkan wujud nyata komitmen pelestarian laut.

“Labuh saji atau larung saji ini intinya sama dengan upacara laut di tempat lain, hanya penyebutan namanya yang berbeda. Tujuan utamanya adalah pelestarian laut. Salah satunya dengan menebar lobster betina bertelur ke laut, agar populasinya tetap lestari," ujar Nandang kepada awak media.

Baca Juga: 65 Tahun Hari Nelayan Palabuhanratu, Bupati Sukabumi: Bentuk Syukur dan Tadabur Alam

Prosesi labuh saji ini disambut antusias oleh nelayan dan masyarakat. Sesaji dalam Dongdang yang dilarungkan ke laut menjadi simbol penghormatan dan harapan akan berkah dari laut.

“Sebelum pelarungan, kita shalawatan dan berdoa dulu. Harapannya, barang-barang yang kami larungkan membawa berkah bagi kehidupan masyarakat,” tambahnya.

Meski tanpa dukungan sponsor besar, Nandang mengaku bangga. “Kami hanya mengorkestrasi. Semua ini dari nelayan, oleh nelayan, dan untuk nelayan. Tanpa sponsor pun kami bisa menyelenggarakan acara sebesar ini, bahkan sekelas nasional,” katanya, tak mampu menyembunyikan rasa haru.

Bupati Sukabumi, Asep Japar, yang hadir dalam kegiatan tersebut, turut memberikan apresiasi. Ia menilai penyelenggaraan acara budaya seperti ini sangat potensial sebagai daya tarik wisata.

“Hari Nelayan ke-65 di Palabuhanratu ini luar biasa. Mudah-mudahan bisa menarik investasi dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sukabumi. Kita punya kekayaan laut sekaligus kekayaan seni budaya yang patut dikembangkan bersama,” tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa Pemkab akan berpihak kepada nelayan dalam program pembangunan ke depan.

“Keberpihakan kepada nelayan harus jelas. Disamping pengembangan wisata, nelayan juga harus diperhatikan,” tandasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini