Titi Bachtiar Geo Kenang Kang Acil Bimbo dengan Tribute Penuh Makna, Ini Profil Sang Pakar Toponimi

Sukabumiupdate.com
Selasa 02 Sep 2025, 11:00 WIB
Titi Bachtiar Geo Kenang Kang Acil Bimbo dengan Tribute Penuh Makna, Ini Profil Sang Pakar Toponimi

T.Bachtiar dikenal luas sebagai ahli toponimi, ilmu yang mengkaji asal-usul penamaan tempat. Karya monumentalnya "Toponimi: Susur Galur Nama Tempat di Jawa Barat", telah menjadi rujukan penting. (Sumber: Istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com - Berita duka atas meninggalnya Kang Acil Bimbo (R. Darmawan Hardjakusumah) pada Senin, 1 September 2025, disusul oleh sebuah tulisan penghormatan yang sangat personal dan penuh makna. Hal ini menjadi istimewa karena datang dari T. Bachtiar, seorang ahli sekaligus intelektual publik terkemuka yang merupakan rekan mendiang.

  1. T.Bachtiar dikenal luas sebagai ahli toponimi, ilmu yang mengkaji asal-usul penamaan tempat. Karyanya yang monumental, buku "Toponimi: Susur Galur Nama Tempat di Jawa Barat", telah menjadi rujukan penting. Di dalam buku itu, T. Bachtiar mengupas tuntas asal-usul nama-nama tempat seperti Bojongloa, Burangrang, Bugel, Buahbatu, Cicadas, Cikapayang, Cikawao, Cijawura, dan Kalipucang. Keahliannya inilah yang memberikan kedalaman khusus pada tribute yang ia tulis untuk Kang Acil.

Tribute T. Bachtiar Geo: Melampaui Duka, Sebuah Potret Utuh

Sebagai seorang yang terbiasa "membaca" bentang alam, T. Bachtiar menggambarkan sosok Kang Acil dengan ketelitian seorang ilmuwan sekaligus kehangatan seorang sahabat.

  1. Suara yang Menggeram Namun Halus
  2. Bachtiar memulai tulisannya dengan fokus pada instrumen terbesar Kang Acil: suaranya. Ia menulis, "Kalau sedang bernyanyi, suara kang Acil Bimbo itu menggeram, tapi bulat penuh, halus tanpa cacat."

Baca Juga: Jernih ke Keruh: Curug Sodong di Ambang Krisis Akibat Tambang di Geopark Ciletuh Sukabumi

Deskripsi ini menyoroti perpaduan unik antara kekuatan ("menggeram") dan kelembutan ("halus tanpa cacat") yang menjadi ciri khas sang vokalis. T. Bachtiar juga mengagumi "nafasnya panjang" sehingga "tiap baris lagu tuntas dilantunkan dalam satu tarikan napas, tanpa jeda." Menurutnya, teknik inilah yang membuat nada dan irama Kang Acil sulit untuk ditiru.

  1. Karakter yang Kuat dan Tegas
  2. Bachtiar tak hanya mengenang Kang Acil sebagai musisi, tetapi juga sebagai pribadi yang utuh. Ia mencatat bahwa karakter vokal Kang Acil selaras dengan sifat aslinya.

"Kalau sedang dalam pertemuan, gaya bicaranya juga sama, menggeram keras kepada siapa saja yang dianggapnya keliru," tulis T. Bachtiar. Hal ini menggambarkan Kang Acil sebagai sosok yang tegas, berprinsip, dan konsisten karakter kuat yang, di mata T. Bachtiar, sekuat penamaan tempat yang didasarkan pada bentang alam.

  1. Kolektor Golok dan Pencinta Silat

Seperti seorang yang mengungkap asal-usul sebuah nama, T. Bachtiar juga membedah sisi lain Kang Acil yang mungkin tidak diketahui banyak orang: sebagai kolektor golok dan pencinta seni bela diri.

"Kang Acil itu mengoleksi golok yang tajam, sangat kuat, dan indah," tulis T. Bachtiar, bahkan menyebut nama perajin andalan almarhum, Pak Teddy Kardin. Detail ini melengkapi gambaran seorang seniman yang tidak hanya halus dalam bermusik, tetapi juga memiliki jiwa yang kuat dan mencintai akar tradisi.

Baca Juga: Selamat Jalan Acil Bimbo, Terima Kasih atas Semua Lagu dan Kenangan Indah

Siapa T. Bachtiar Geo? Sang Penerjemah Bahasa Bumi

Tribute ini menjadi lebih bermakna ketika kita memahami siapa penulisnya. T. Bachtiar adalah seorang intelektual publik yang mendedikasikan hidupnya untuk mempopulerkan ilmu geografi dan toponimi.

Melansir Bandungbergerak.id pada artikel “Catatan Buku Harian #24” yang ditulis oleh Kin Sanubary, seorang kolektor koran dan media lawas yang juga cukup popular di banyak kalangan, bahwa dalam karya-karyanya, T.Bactiar memaparkan nenek moyang kita menamai sebuah tempat berdasarkan gejala alam, nama tumbuhan, hewan, atau peristiwa.

Misalnya, ia menjelaskan bahwa nama "Gentong" di Tasikmalaya berasal dari bentuk tanjakan yang menyerupai gentong. Hal serupa berlaku untuk nama "Sukajadi", yang sering disalahartikan. Kata "jadi" berasal dari bahasa Sanskerta yang juga berarti gentong, merujuk pada bentuk bentang alam kawasan tersebut. Kemampuan untuk membaca sejarah dan alam dalam sebuah nama inilah yang ia terapkan saat membaca karakter mendalam R. Darmawan Hardjakusumah.

Selamat Jalan, Kang Acil

  1. T.Bachtiar menutup tulisannya dengan doa, "Innalilahi wa innailaihi rojiun. Allahumagfirlahu warhamhu wa afihi wa fuanhu," diikuti kalimat perpisahan yang mengharukan, "Selamat jalan, Kang. Surga terindah telah menanti."

Melalui kata-kata seorang ahli toponimi, masyarakat diajak untuk mengenang sosok Kang Acil bukan hanya sebagai anggota grup musik Bimbo, tetapi sebagai pribadi utuh: seorang maestro dengan suara emas, individu berkarakter kuat laksana bentang alam, dan seorang kolektor golok yang penuh gairah.

(Teks asli dikreditkan kepada T. Bachtiar Geo/Kin Sanubari/Bandungbergerak.id)

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini