Kronologi Siswi SD di Surade Sukabumi Meninggal Disebut Gegara MBG, Ini Fakta Medisnya

Sukabumiupdate.com
Senin 06 Okt 2025, 22:53 WIB
Kronologi Siswi SD di Surade Sukabumi Meninggal Disebut Gegara MBG, Ini Fakta Medisnya

Pemakaman siswi SD yang viral disebut terkait MBG di Sirnasari Kabupaten Sukabumi | Foto : Dok. Warga

SUKABUMIUPDATE.com – Seorang siswi SD berusia 10 tahun asal Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, bernama Salsabila, meninggal dunia di RSUD Jampangkulon pada Senin (6/10/2025) dini hari. Pasien sempat menjalani penanganan intensif selama beberapa jam sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 00.33 WIB.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi sudah melakukan penelusuran terhadap kasus ini untuk memastikan penyebab pasti dan memastikan apakah ada keterkaitan dengan program makanan bergizi gratis (MBG) yang dijalankan di sekolah?.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi, menyampaikan berdasarkan keterangan medis yang diterimanya dari RSUD Jampangkulon. Pasien dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Minggu (5/10/2025) sekitar pukul 16.30 WIB oleh pihak keluarga dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak lima jam sebelum masuk rumah sakit.

Menurut keterangan dokter pemeriksa, dr. Raisha Fasmilisa Nugraha, pasien datang dalam kondisi kesadaran menurun, menunjukkan gejala sesak napas, batuk berdahak, dan demam sejak dua hari sebelumnya. Pasien juga sempat diberikan minum oleh ibunya saat dalam kondisi tidak sadar penuh, yang mengakibatkan tersedak dan muntah satu kali.

Baca Juga: Dinkes Sukabumi Telusuri Kematian Siswi SD Dikaitkan dengan MBG: Kalau Keracunan Tak Mungkin 1 Orang

Kata Agus, sebelum dirujuk ke rumah sakit, pasien sempat berobat ke tenaga kesehatan non-dokter (mantri), namun jenis obat yang diberikan tidak diketahui dan tidak dibawa ke rumah sakit. Oleh tenaga kesehatan tersebut, pasien kemudian disarankan segera dirujuk karena kondisi sesak yang semakin berat.

Selnajutnya, kata dia, setelah dilakukan pemeriksaan awal di IGD, pasien mendapatkan berbagai terapi suportif, termasuk pemberian cairan infus, oksigen, paracetamol, antibiotik, serta terapi nebulisasi. Konsultasi dengan dokter spesialis anak, dr. Dhani, Sp.A, dilakukan secara berulang selama perawatan untuk menyesuaikan penanganan medis sesuai kondisi pasien.

Meskipun berbagai intervensi telah dilakukan, kondisi pasien terus mengalami perburukan. Sekitar pukul 23.00 WIB, pasien mulai mengalami penurunan kesadaran lebih lanjut (somnolen), laju pernapasan meningkat hingga 40 kali per menit, saturasi oksigen 94% meski sudah menggunakan oksigen aliran tinggi, serta tanda-tanda sirkulasi yang melemah.

Menurut Kadinkes, saat itu, pihak medis telah melakukan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi kritis pasien, termasuk risiko kematian akibat gagal napas. Namun, keluarga menolak tindakan resusitasi jantung paru (RJP) dan intubasi, dan memilih penanganan medis tanpa tindakan invasif. Status pasien kemudian ditetapkan sebagai DNR (Do Not Resuscitate).

Baca Juga: Seleksi Selesai, Pemkot Sukabumi Umumkan Tiga Nama Calon Direktur RSUD Bunut

Akhirnya, setelah mengalami henti napas dan jantung, pasien dinyatakan meninggal dunia pada pukul 00.33 WIB. Pihak keluarga menerima kondisi tersebut dengan ikhlas dan menolak tindakan lanjutan.

"Berdasarkan hasil pemantauan medis, kemungkinan penyebab kematian pasien adalah gagal napas berat akibat eksaserbasi akut asma, diperberat oleh dugaan pneumonia aspirasi, serta kemungkinan syok hipovolemik dan sepsis. Penyumbatan saluran napas oleh cairan juga diduga turut memperparah kondisi," ungkap Agus kepada sukabumiupdate.com, Senin (6/10/2025).

Berita Terkait
Berita Terkini