SUKABUMIUPDATE.com – Hasil visum luar dari RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi mengungkap sejumlah luka serius di tubuh Asep Rusli (55 tahun), juru parkir (jukir) hotel dan kafe yang ditemukan dalam kondisi kritis di selokan dekat rumahnya, lalu meninggal dunia pada Minggu (31/8/2025).
Lebam di wajah, darah dari telinga, hingga dugaan pendarahan otak memperkuat kecurigaan bahwa kematian warga Desa Sudajaya Girang, Kabupaten Sukabumi itu tidak wajar.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Tim Penanganan Keluhan RSUD R Syamsudin SH, dr. Irfanugraha. Ia menjelaskan bahwa korban tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sekitar pukul 06.00 WIB, diantar oleh pihak kepolisian dan keluarga. Saat itu, korban sudah dalam kondisi sangat kritis.
“Pasien inisial A datang diantar oleh polisi dan pihak keluarga. Saat itu memang kondisinya sudah tidak sadarkan diri,” ujarnya kepada awak media, Kamis (4/9/2025).
Baca Juga: Misteri Kematian Jukir Hotel di Sukabumi, Keluarga Curiga Korban Penganiayaan
Tim medis langsung melakukan pemeriksaan menyeluruh. Namun, hasil menunjukkan bahwa Asep sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
“Pas kita cek dan diperiksa oleh dokter IGD, memang sudah tidak ada nadi dan napas. Akhirnya kami konfirmasi lewat rekam jantung atau EKG (Elektrokardiogram), dan hasilnya menunjukkan irama jantung tidak beraturan,” ungkapnya.
"Kami kemudian melakukan resusitasi jantung sekitar lima siklus, tapi responsnya negatif. Sekitar pukul 06.16 WIB pagi itu, pasien dinyatakan meninggal dunia,” sambungnya.
Lebih lanjut, Irfan menjelaskan bahwa secara medis, kondisi Asep termasuk dalam kategori tubuh yang sudah menuju kematian, atau istilah medisnya PEA (Pulseless Electrical Activity).
“Kalau dari irama jantungnya, itu kategorinya PEA. Artinya, ada irama listrik yang terekam di EKG, tapi jantung dan paru-parunya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa dibilang tubuh sudah menuju kematian, meskipun belum sepenuhnya,” jelasnya.
Hasil Visum Luar: Luka Lebam dan Dugaan Pendarahan Kepala
Pemeriksaan visum luar dilakukan di Instalasi Forensik RSUD atas permintaan polisi dan dengan persetujuan keluarga. Hasil visum menunjukkan banyak luka di beberapa bagian tubuh korban.
“Kondisi pasien saat tiba memang penuh luka. Pasien meninggal dalam kondisi tidak wajar karena banyak perlukaan. Dari situ polisi juga meminta dilakukan visum luar, dan keluarga menyetujui,” ujarnya.
"Hasil visum luar, ada luka di kepala, lebam besar di daerah mata kanan, telinga keluar darah dan cairan seperti darah. Di dahi dan kepala ada luka lecet. Selain itu, ada lecet di dada dan lutut," tambah Irfan.
Tidak Dilakukan Autopsi, Penyebab Pasti Tak Dapat Disimpulkan
Meski hasil visum menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan fisik, penyebab pasti kematian tidak dapat disimpulkan secara medis karena autopsi tidak dilakukan.
Selain itu, pihak rumah sakit menegaskan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan akibat benda tajam.
"Luka yang ada tidak mengarah ke benda tajam. Tidak ada autopsi karena keluarga tidak mengizinkan. Jadi penyebab pasti kematiannya tidak bisa dipastikan," ungkapnya.
Baca Juga: Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook
Diduga Kehilangan Banyak Darah
Kendati demikian, dokter menyebut kemungkinan terbesar penyebab kematian adalah pendarahan berat, baik di bagian luar maupun dalam tubuh, terutama di kepala.
“Kemungkinan besar korban mengalami pendarahan di banyak titik. Pendarahan di telinga menunjukkan kemungkinan adanya trauma di dasar otak akibat benturan keras. Biasanya juga bisa terjadi pendarahan di belakang hidung, itu sebabnya darah mengalir keluar,” jelasnya.
Tim medis juga menemukan dugaan adanya patah tulang pada area dada.
“Ada dugaan patah tulang di daerah tulang klavikula (selangka), yang juga bisa menjadi sumber pendarahan. Selain itu korban juga ditemukan sekitar pukul 05.20 WIB, sampai ke rumah sakit butuh waktu di mana bisa kehilangan banyak darah. Tapi yang pasti, sebab pasti kematiannya tidak bisa ditentukan,” pungkasnya.