SUKABUMIUPDATE.com – Kematian Asep Rusli (sebelumnya disebut DR), seorang juru parkir (jukir) hotel asal Selabintana Kulon, Desa Sudajaya Girang, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi, menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
Sebelum meninggal, pria berusia 55 tahun itu ditemukan dalam kondisi sekarat di selokan dengan tubuh penuh luka mencurigakan dan darah yang mengucur dari telinga kanannya pada Minggu (31/8/2025).
Rita Kartika (53), istri korban, menceritakan bahwa sebelum ditemukan, Asep tidak pulang hingga subuh.
“Biasanya dia kalau pulang malam minggu jam setengah 4 pagi. Ini udah salat subuh dia belum pulang juga, akhirnya saya cari sama anak saya pertama jam 5-an. Saya cari ke tempat kerjanya ga ada, saya teleponin ke temen-temennya ga ada yang tahu, telepon dia ga aktif, akhirnya kita pulang lagi,” ujar Rita pada Rabu (3/9/2025).
Rasa penasaran masih menyelimuti keluarga, hingga akhirnya Rita dan anaknya kembali mencari Asep sekitar pukul 05.30 WIB dan menemukan korban terbujur kaku di parit kecil di pinggir jalan, tidak jauh dari rumah mereka.
“Pas udah berapa langkah di gorong-gorong itu pertama ngelihat sepatunya. Pas dilihat benar kata anak saya itu si papah. Kita shock lah sampai teriak-teriak manggil saudara akhirnya semua keluar tetangga semua sampai diangkatnya ambulans datang,” ungkapnya.
Baca Juga: Juru Parkir Hotel di Sukabumi Tewas, Ditemukan di Selokan dengan Wajah Penuh Luka
Asep langsung dibawa ke IGD RSUD R Syamsudin SH. Namun dokter menyatakan denyut nadinya sudah tidak ada, meski detak jantung masih acak. Kondisi Asep saat itu nyaris tak dikenali, dengan darah terus mengucur dari telinga akibat pecahnya pembuluh darah di otak.
Rita menambahkan, luka yang dialami Asep hanya terdapat di kepala, sehingga ia menduga kematian suaminya bukan akibat tabrak lari, melainkan penganiayaan. Hal lain yang membuat keluarga curiga adalah hilangnya dompet korban, sementara handphone masih ada.
“Pas pertama saya lihat kan shock. Mata bengkak biru dan keluar darah dari telinga sebelah kanan. Kayaknya dari dalam otak pembuluh darah langsung pecah. Jadi ngeluarin darah terus-terusan kalau ga dari hidung dari ini (telinga) ngeluarinnya,” ungkapnya.
“Pertama sih menduga-duga ini teh tabrak lari atau gimana kan kalau misalkan tabrak lari ga mungkin. Soalnya di badan ga ada lecet ga ada memar, cuma di kepala aja, jadi kita berasumsi ini penganiayaan. Menurut saya nggak wajar, Handphone ada dompet nggak ada,” tambahnya.
Selama hidup, Asep dikenal sebagai sosok ramah, baik hati, dan mudah bergaul. Keluarga berharap polisi segera mengungkap misteri kematian Asep.
“Selama ini almarhum ga pernah punya musuh, ga pernah punya permasalahan, dia juga baik, mau ke pemuda-pemuda mau bapak-bapak dia masuk cepat akrab orangnya,” sebut Rita.
“Cepat terungkap aja siapa pelakunya, apa motifnya. Biar allah yang menghukum dia (pelaku), kita mah emang ga kuasa. Cuma pengen tahu siapa (pelaku) apa motifnya,” imbuhnya.
Rencana autopsi jasad Asep sempat dibicarakan, namun pihak keluarga disebut menolak. Mereka memilih langsung memakamkan jenazah korban di pemakaman keluarga pada Minggu 31 Agustus 2025 sekitar pukul 12.00 WIB.
Hingga berita ini ditayangkan, penyebab kematian Asep masih dalam proses penyelidikan pihak Kepolisian.