SUKABUMIUPDATE.com - Warga Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, mengeluhkan pelayanan kesehatan yang diterima istrinya saat mengalami sakit telinga dan demam pada 25 Agustus 2025 malam hingga 26 Agustus 2025 dini hari.
Aldi Wibisana (27 tahun ), suami pasien, mengatakan istrinya mulai merasakan sakit pada telinga sejak pukul 17.00 WIB. Awalnya ia mengira sakit biasa. Namun sekira pukul 23.00 WIB kondisinya semakin parah, dengan rasa sakit meluas ke kepala dan leher hingga pasien sulit berbicara dan berkomunikasi.
“Saya coba kasih pertolongan pertama di rumah. Tapi karena makin memburuk, saya cari bantuan ke rumah-rumah tenaga kesehatan. Dari jam 12 malam sampai jam 1 dini hari, tapi tidak ada satu pun yang merespons,” ungkap Aldi kepada sukabumiupdate.com.
Sebab semakin parah, Aldi memutuskan membawa istrinya ke Pustu (Puskesmas Pembantu) terdekat. Namun setibanya di lokasi, ia mendapati gedung dalam keadaan gelap tanpa ada petugas yang berjaga. Aldi lalu melanjutkan perjalanan ke Puskesmas Tamanjaya dengan jarak sekitar 17 kilometer.
Baca Juga: Investigasi Kemenkes: Raya Sukabumi Meninggal karena Sepsis hingga Stunting, Bukan Infeksi Cacing
Sesampainya di puskesmas, Aldi mengaku kecewa dengan pelayanan yang diterima. “Pasien tidak langsung dibawa ke ruang UGD, malah diperiksa di kursi ruang tunggu poli. Tensi istri 90, masih kesakitan dan demam. Tapi petugas bilang hanya demam biasa dan bertanya apakah ada obat dari rumah,” katanya.
Aldi meminta agar istrinya diberikan infus atau obat untuk meredakan sakit, namun petugas menyatakan tidak ada alat maupun obat yang tersedia. “Saya jauh-jauh datang tengah malam, meninggalkan anak balita di rumah, berharap dapat pertolongan. Tapi malah disuruh pakai obat bekas di rumah. Rasanya sakit sekali sebagai keluarga pasien,” ujar dia.
Pasien akhirnya pasien dibawa ke RSUD Jampangkulon. Namun di sana pasien masih dalam tahap observasi karena tidak ada dokter spesialis THT.
Kepala Puskesmas (Kapus) Tamanjaya Lilis Herlina membenarkan adanya pasien yang datang pada dini hari. Ia menjelaskan pasien tiba sekira pukul 01.35 WIB dengan keluhan sakit kepala dan demam.
“Pasien diperiksa, tensinya 95/80. Kami sebenarnya sudah memberikan solusi dan menyiapkan obat untuk mengurangi rasa sakit. Namun pasien dan keluarga keburu pergi sebelum mendengarkan penjelasan lengkap dari petugas piket,” kata dia.
Lilis membantah bahwa puskesmas tidak memiliki obat maupun alat. “Kami sudah konfirmasi kepada saudaranya. Mungkin dalam situasi panik, keluarga merasa tidak terlayani dengan baik. Tapi puskesmas tetap berupaya memberikan yang terbaik. Petugas yang piket tidak pernah mengatakan tidak ada obat dan alat ,” ujarnya.