Bayi Bocor Jantung Meninggal di IGD: Sistem Rujukan Lambat, Layanan RS di Sukabumi Harus Dievaluasi

Sukabumiupdate.com
Senin 25 Agu 2025, 15:07 WIB
Bayi Bocor Jantung Meninggal di IGD: Sistem Rujukan Lambat, Layanan RS di Sukabumi Harus Dievaluasi

Nadira, bayi berusia satu tahun asal Kampung Babakan Astana, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, meninggal di IGD RSUD Palabuhanratu. | Foto: Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Kabupaten Sukabumi kembali diguncang persoalan serius di bidang kesehatan. Setelah kasus Raya, balita tiga tahun asal Kecamatan Kabandungan yang meninggal dengan tubuh penuh cacing gelang pada 22 Juli 2025, kini muncul tragedi lain yang menyorot perhatian publik.

Nadira, bayi berusia satu tahun asal Kampung Babakan Astana, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, harus meregang nyawa setelah tiga hari dua malam menunggu kepastian rujukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Palabuhanratu. Peristiwa ini menambah daftar problem layanan kesehatan di daerah yang kini dianggap kurang sigap.

Kematian Nadira menjadi sorotan tajam setelah sebuah video berdurasi 1 menit 9 detik tersebar luas di media sosial. Rekaman tersebut memperlihatkan detik-detik kondisi sang balita di IGD hingga akhirnya meninggal dunia pada 23 Agustus 2025 sekira pukul 16.30 WIB, dengan keluhan medis jantung bocor.

Nadira adalah putri bungsu dari pasangan suami istri Syamsudin dan Neng Diah. Kondisinya semakin memburuk ketika ruang perawatan intensif yang dibutuhkan tak kunjung tersedia. Pihak keluarga kemudian mengabarkan situasi ini ke relawan sosial Desa Loji bernama Irwan, pada 23 Agustus 2025 siang.

Baca Juga: Kasus Balita Raya Jadi Pelajaran, Dinsos Sukabumi Perkuat Sistem dan Koordinasi

"Jam satu siang keluarga hubungi saya, katanya ruang perawatan belum tersedia. Kondisi bayi sudah membiru. Sebelumnya sempat dirawat, dokter bilang boleh pulang, tinggal pemulihan batuk. Tapi setelah di rumah, batuknya tambah parah. Ketika dibawa lagi ke RS, ICU penuh, tapi tidak segera dirujuk ke RS lain. Akhirnya balita hanya di IGD," kata dia kepada sukabumiupdate.com, Senin (25/8/2025).

Menurut Irwan, tindakan medis sudah dilakukan sesuai prosedur. Namun ia menyayangkan keputusan rumah sakit yang tidak segera merujuk Nadira ke fasilitas kesehatan lain. "Kenapa tidak segera dirujuk ketika kondisinya telah kritis. Ketika bayi sudah berbusa baru ada upaya rujukan. Tapi saat itu Nadira tidak tertolong," ungkapnya.

Belum diperoleh informasi pasti apakah Nadira terdaftar kepesertaan BPJS Kesehatan atau tidak, namun Irwan menyebut peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi pihak terkait agar lebih sigap dalam menangani pasien dengan kondisi darurat. "Masalah nyawa itu tidak bisa ditawar. Kalau ruang penuh, seharusnya segera dirujuk ke RS lain, bukan menunggu sampai terlambat," jelasnya.

Kejadian ini juga mendapatkan sorotan dari DPRD Kabupaten Sukabumi. Ketua Komisi II Hamzah Gurnita kecewa setelah mendapat kabar duka tersebut. Ia menilai prosedur penanganan pasien kritis di RSUD Palabuhanratu harus segera dievaluasi.

"Awalnya saya dikabari tim dari Simpenan, ada balita usia 1,5 tahun meninggal dunia di RSUD Palabuhanratu karena lambatnya penanganan. Balita itu sudah dua hari di IGD, padahal seharusnya dirawat di HCU, tapi karena penuh, akhirnya hanya di IGD sampai meninggal dalam kondisi memprihatinkan," ungkap dia.

Hamzah mengaku langsung mendatangi RSUD Palabuhanratu, bersama Wakil Bupati Sukabumi, Andreas, meski dirinya sedang sakit. Dari komunikasi dengan pihak medis, ia mendapat pengakuan bahwa pelayanan memang belum maksimal. "Beberapa dokter yang ada pun meminta maaf. Sistem di RSUD Palabuhanratu harus dievaluasi. Saya juga langsung kontak Ketua DPRD (Budi Azhar Mutawali) dan Wakil Bupati (Andreas)," tegasnya.

Ia menegaskan kasus semacam ini bukan yang pertama. "Padahal dunia medis kita sedang jadi sorotan nasional setelah peristiwa dinda Raya beberapa waktu lalu. Sekarang ada lagi kasus Nadira. Ini alarm serius agar pelayanan kesehatan di Sukabumi dibenahi," kata Hamzah.

Berita Terkait
Berita Terkini