SUKABUMIUPDATE.com – Pemerintah Kabupaten Sukabumi tengah mengupayakan solusi atas krisis air yang melanda lahan pertanian seluas 50 hektare di Kecamatan Jampangtengah. Langkah konkret mulai diambil dengan mengusulkan pembangunan kembali jaringan irigasi kepada Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta.
Diberitakan sebelumnya, ratusan petani mengalami kerugian hingga 100 ton gabah per musim akibat rusaknya saluran irigasi di Jampangtengah. Permasalahan utama diketahui berada di bagian hulu saluran intake dari Sungai Cimandiri. Di lokasi tersebut, kondisi tanah yang labil dan perbedaan elevasi antara saluran irigasi dengan permukaan sungai menjadi kendala utama masuknya air ke saluran.
“Diperlukan bendung atau sodetan di Sungai Cimandiri agar air bisa masuk ke saluran, karena posisi saluran lebih tinggi dari permukaan air sungai,” ujar Kepala Bidang Prasarana dan Penanggulangan Bencana Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Gilar M. Akmal kepada sukabumiupdate.com, Senin (2/6/2025).
Baca Juga: 50 Ha Sawah di Jampangtengah Sukabumi Krisis Air, Petani Rugi hingga 100 Ton per Musim
Namun demikian, kata Gilar, upaya teknis ini membutuhkan sinergi antarlembaga karena Sungai Cimandiri sendiri berada di bawah kewenangan Dinas Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, Pemkab Sukabumi menggandeng Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum (PU), serta Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) untuk menyusun usulan pembangunan ulang jaringan irigasi tersebut.
Langkah ini sekaligus menindaklanjuti terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi, serta Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi untuk Mendukung Swasembada Pangan. Gilar menegaskan bahwa keberadaan irigasi yang baik sangat vital untuk menjamin kelangsungan produksi pangan lokal.
“Kami berharap usulan ini bisa segera direspons, sehingga petani tak lagi dirugikan oleh kerusakan irigasi,” tambahnya.
Sebelumnya, para petani di Desa Bojongtipar dan sekitarnya mengaku hanya mampu menggarap sebagian kecil sawah mereka, bahkan sebagian terpaksa membiarkan lahannya mengering. Selain kerugian hasil panen, kondisi ini juga berdampak pada berkurangnya lapangan kerja harian di sektor pertanian desa. (Adv)