Ibu di Sukabumi Buka Suara: Alasan, Perjalanan dan Kondisi Pelajar ‘Lulusan’ Barak Militer

Sukabumiupdate.com
Senin 26 Mei 2025, 18:38 WIB
19 pelajar sukabumi 'lulusan' barak militer KDM, kini rajin olahraga bersama. (Sumber: dok keluarga)

19 pelajar sukabumi 'lulusan' barak militer KDM, kini rajin olahraga bersama. (Sumber: dok keluarga)

SUKABUMIUPDATE.com - 19 pelajar SMA/SMK dari berbagai sekolah di Kota dan Kabupaten Sukabumi, peserta program barak militer Jawa Barat kini kembali menjalani kehidupan dan rutinitas di rumah dan sekolah. Apakah ada perubahan? Menjadi lebih baik? simak penuturan ibu rumah tangga di Sukabumi yang ikut mengirimkan anaknya ke barak militer di Bandung.

Ke 19 pelajar di Sukabumi ini adalah bagian dari 273 siswa-siswi se Jawa Barat, peserta program pendidikan disiplin dan karakter barak militer di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Setelah dua pekan pendidikan di barak militer, Rabu 21 Mei 2025 mereka dipulangkan ke orang tua masing-masing, dimana sebelumnya ratusan pelajar bermasalah ini didaulat menjadi pasukan upacara hari kebangkitan nasional ke 117, di lapang Gasibu Bandung.

5 hari sudah para pelajar ini kembali ke pangkuan orang tua dan menjalani kegiatan di sekolah masing-masing. Widy astuti, ibu rumah tangga 36 tahun warga Kota Sukabumi menceritakan bagaimana perubahan putra sulungnya setelah pulang dari pendidikan di barak militer yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tersebut.

Kepada sukabumiupdate.com, Widy menuturkan bahwa menjadi peserta program barak militer adalah jalan hidup yang dipilihkan allah untuk putra sulungnya. “Bukan menyerah, tapi memang saya sendiri sempat tidak tahu lagi harus berbuat apa, untuk merubah perilaku Fahri,” ungkapnya, Senin (26/5/2025).

Baca Juga: DPRD Sukabumi Desak PT Daehan Segera Urus Amdal Lalin untuk Atasi Kemacetan Cibadak

Fahri Rizky Ramadhan (17 tahun) putra sulung Widy, menjadi 1 dari 3 pelajar SMKN 3 Kota Sukabumi yang dikirim ke barak militer KDM di Bandung. Menurut sang ibu, kenakalan putranya bukan berkelahi dan tawuran tapi kehilangan semangat belajar, sehingga sangat malas mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.

“Sering bolos, jarang sekolah tidak mematuhi peraturan sekolah dan malas belajar.
1 semester buku doa kosong ga ada pelajaran yg dia catat. Gmn belajarnya bingung saya juga,” beber Widy.

Karena perilaku sang anak, sang ibu sering dipanggil oleh guru BK di sekolah. Membahas dan mencari solusi terbaik untuk Fahri. “Sering bolak balik BK sampai jadi BESTie sama guru BK saking seringnya.”

Widy paham mungkin perilaku malas sekolah itu dipicu oleh trauma psikologi dimana putranya tumbuh menjadi remaja dalam kondisinya yang kurang beruntung, broken home. Widy adalah single parent, sejak berpisah dengan ayahnya Fahri ia berjuang sendiri.

Baca Juga: Perpisahan Mewah Dilarang, Damkar Sukabumi Jadi Primadona di Perayaan Kelulusan Siswa

Widy, ibu di Sukabumi menyaksikan perubahan lebih baik anaknya setelah ikut progam barak militerWidy, ibu di Sukabumi menyaksikan perubahan lebih baik anaknya setelah ikut progam barak militer

Widy sendirian berjuang menjadi ibu sekaligus tulang punggung, untuk pendidikan hingga kebutuhan sehari-hari keluarga . “Selama 15 tahun berjuang sendiri, jadi emang Fahri kurang di perhatiin. Saya dagang kuliner makanan, pindah-pindah kontrakan. Sekarang alhamdulilah, berani nyicil rumah,” ungkapnya.

Kondisi ini membuat Fahri tumbuh menjadi remaja yang pendiam namun sulit diatur, makin sulit dikendalikan saat pernikahan kedua Widy juga gagal. “Fahri itu kadang-kadang nggak pulang ke rumah berminggu-minggu. Seragam sekolahnya pun pada hilang tak tau kemana,” beber Widy.

Nyaris putus asa dengan Fahri, tiba-tiba Widy diminta dinas pendidikan untuk memngizinkan pemberangkatan putra sulungnya ke Bandung.

“Malam-malam dipanggil KCD. Gak bawa persiapan apa-apa. Subuhnya dibawa ke bandung. Fahri sempat nggak mau tapi akhirnya berangkat juga karena ada teman-temannya dari satu sekolah yang juga ikut program itu,” lanjut Widy.

Baca Juga: River Tubing Cigangsa Adventure, Wisata Petualangan Baru di Sukabumi Selatan

Selama di Bandung, Widy hanya melihat kegiatan putranya melalui konten media sosial, khususnya dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. “Saya yakin, anak saya akan berubah menjadi lebih baik. Pas kelulusan, saya jemput ke Bandung sekalian nonton Fahri dan pasukan pelajar di Upacara Harkitnas.”

Doa dan harapan Widy mulai mewujud. Fahri berubah, bahkan sempat tak mau pulang dari Bandung. Banyak yang ia didapatkan dari program itu, tak hanya tentang kedisiplinan.

“Menu makanan enak kata Fahri, dia paling berkesan dengan cara pendekatan instruktur . Mungkin selama ini dia kehilangan sosok ayah, jadi sangat berkesan dengan cara-cara instruktur membimbing dan membina, termasuk cara berkomunikasi bapak-bapak TNI disana yang dianggap Fahri sangat baik dan mengayomi,” beber Widy.

Sepulangnya Fahri ke Sukabumi, Widy melihat perubahan luar biasa. Fahri kini menjadi anak yang rajin bangun pagi subuh, beresin kamar, olahraga, makan, cuci baju cuci piring sendiri, penuh semangat ke sekolah dan menjadi kakak yang membimbing adik-adiknya.

Baca Juga: Hasil Polling: 67% Warganet Menilai Jokowi Perlu Perlihatkan Ijazah ke Publik

“Dari para guru di sekolah. Fahri dan dua kawannya yang ikut barak militer sudah mulai betah di kelas. Ikut pelajaran,” ungkap Widy.

Bahkan Fahri dan para pelajar lulusan barak militer KDM, tahap 1 kini sering berkumpul, olahraga bareng, termasuk lari bareng di lapang merdeka Kota Sukabumi. Fahri pun lebih bersemangat untuk mewujudkan cita-citanya.

”Fahri itu bermimpi menjadi pengusaha. Dia dan teman-temannya ternyata sudah beli gerobak angkringan, patungan. Mau jualan kulineran. Mohon doa nya, biar Istiqomah seterusnya disiplinnya perilaku baiknya, amin,” pungkas Widy.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini