Jembatan Putus, Guru di Sukabumi Gendong Murid Seberangi Sungai Demi Sekolah

Sukabumiupdate.com
Kamis 15 Mei 2025, 11:12 WIB
Momen saat Dede Gumelar, guru SDN Cibungur Sukabumi, menggendong siswa menyeberangi Sungai Cikarang. (Sumber Foto: Tangkapan layar video/Istimewa)

Momen saat Dede Gumelar, guru SDN Cibungur Sukabumi, menggendong siswa menyeberangi Sungai Cikarang. (Sumber Foto: Tangkapan layar video/Istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com – Putusnya Jembatan Cibungur sejak Maret 2025 telah memutus akses vital yang menghubungkan antar kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Jembatan sepanjang 70 meter dan lebar 1,2 meter ini menghubungkan Kampung Cibungur, Desa Mekarmukti, Kecamatan Waluran dengan Kampung Tanjung, Desa Tanjung, Kecamatan Jampangkulon.

Jembatan gantung yang biasanya digunakan warga untuk beraktivitas sehari-hari, termasuk akses utama anak-anak menuju sekolah, hanyut terbawa banjir besar. Dampaknya paling terasa bagi para siswa SDN Cibungur yang tinggal di Kampung Tanjung. Mereka terpaksa setiap hari harus menyeberangi Sungai Cikarang untuk bisa bersekolah.

“Setiap hari, anak-anak ini harus menyebrangi sungai. Kalau pagi mereka diantar orangtuanya, saat pulang saya sendiri yang mengantar, bahkan kadang harus saya gendong satu per satu karena air sungai bisa tiba-tiba naik,” ungkap Dede kepada sukabumiupdate.com, Kamis (15/5/2025).

Dede menambahkan, jika hujan turun dan debit air meningkat, para siswa terpaksa diliburkan demi keselamatan. Alternatif sekolah sebenarnya ada, yakni SDN Cijambe di Desa Tanjung, namun jaraknya cukup jauh dari rumah siswa, sekitar satu kilometer. Sebaliknya, SDN Cibungur hanya berjarak beberapa menit jika jembatan masih berfungsi.

“Satu-satunya jalan alternatif sekarang adalah memutar sejauh 20 kilometer. Jarak yang tidak masuk akal untuk anak-anak usia sekolah dasar tempuh setiap hari,” jelasnya.

Baca Juga: Jalanan Lumpur, Sungai Tanpa Jembatan: Perjuangan Warga Tegalbuleud Demi Bertahan Hidup

Jembatan Cibungur awalnya dibangun dari bambu. Saat Dede mulai mengajar di SDN Cibungur pada tahun 2022, jembatan itu telah diperkuat menggunakan besi dan kawat sling. Setelah sempat rusak akibat banjir pada Desember 2024, jembatan diperbaiki lewat gotong royong warga dua desa dibantu pemerintah desa setempat. Namun, pada Maret 2025, jembatan tersebut kembali rusak parah dan akhirnya hanyut sepenuhnya.

“Sejak saya bertugas di sini, jembatannya sudah berupa gantung dari besi dan sling. Tapi sekarang benar-benar hilang terbawa banjir besar,” tambahnya.

Tanpa jembatan, warga Kampung Tanjung kini harus mempertaruhkan keselamatan setiap kali hendak menyeberangi sungai. Bagi Dede dan rekan-rekan guru di SDN Cibungur, menggendong siswa menyebrangi sungai bukan sekadar kewajiban, melainkan bentuk tanggung jawab dan dedikasi.

“Selama belum ada jembatan baru, saya dan guru lainnya akan tetap bantu anak-anak ini agar bisa tetap sekolah. Tapi kami sangat berharap pemerintah segera turun tangan. Ini bukan hanya soal pendidikan, tapi juga soal keselamatan warga,” pungkasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini