Waspada GERD: Penyakit Asam Lambung yang Sering Dianggap Masuk Angin

Sukabumiupdate.com
Rabu 10 Sep 2025, 10:30 WIB
Waspada GERD: Penyakit Asam Lambung yang Sering Dianggap Masuk Angin

Ilustrasi gejala Gerd, Penyakit Asam Lambung yang Sering Dianggap Masuk Angin (Sumber : Freepik/@jcomp)

SUKABUMIUPDATE.com - Banyak orang di Indonesia sering menganggap rasa tidak nyaman di dada atau perut sebagai masuk angin. Padahal, keluhan seperti nyeri ulu hati, rasa panas di dada (heartburn), perut kembung, hingga sering bersendawa bisa jadi tanda GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau penyakit asam lambung. GERD terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan akibat katup antara lambung dan kerongkongan (Lower Esophageal Sphincter/LES) tidak menutup dengan sempurna. Sayangnya, karena gejalanya mirip dengan masuk angin, banyak orang menyepelekannya hingga kondisi menjadi kronis.

Gejala GERD yang Perlu Dikenali

Gejala utama GERD adalah rasa panas atau terbakar di dada (heartburn) yang biasanya muncul setelah makan atau saat berbaring. Selain itu, penderita juga dapat mengalami:

  • Sering bersendawa dan perut terasa penuh.
  • Rasa asam atau pahit di mulut akibat asam lambung naik.
  • Kesulitan menelan atau rasa ada yang mengganjal di tenggorokan.
  • Batuk kering kronis, sakit tenggorokan, hingga suara serak.

Jika dibiarkan, GERD bisa menimbulkan komplikasi serius, seperti peradangan kerongkongan (esofagitis), penyempitan kerongkongan, bahkan meningkatkan risiko kanker esofagus.

Baca Juga: Mulai Hari Tanpa Nyeri: Rekomendasi Menu Sarapan Sehat untuk Lambung Sensitif & GERD

Penyebab GERD

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan GERD, mulai dari pola makan hingga gaya hidup. Beberapa penyebab utamanya antara lain:

  • Makanan berlemak, pedas, dan asam, yang memicu produksi asam lambung berlebihan.
  • Kebiasaan makan berlebihan atau terlalu cepat, sehingga lambung bekerja lebih keras.
  • Berbaring segera setelah makan, membuat asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan.
  • Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, yang melemahkan otot LES.
  • Obesitas, karena tekanan pada perut mendorong asam lambung naik.
  • Kehamilan, akibat perubahan hormon dan tekanan pada lambung.
  • Stres, yang sering kali menjadi penyebab tersembunyi. Saat seseorang stres, otot LES bisa melemah sehingga asam lambung lebih mudah naik. Stres juga mempengaruhi pola makan, tidur, serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap rasa nyeri. Inilah sebabnya penderita GERD sering merasa gejalanya lebih parah ketika sedang cemas atau kelelahan.

Baca Juga: Gerd Anxiety? Ini Cara Mengatasinya, Dari Relaksasi Hingga Pengelolaan Stres

Cara Mengatasi dan Mencegah GERD

GERD bisa dikendalikan dengan perubahan gaya hidup sehat. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Makan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makan berlebihan.
  • Kurangi makanan pemicu seperti pedas, asam, dan berlemak.
  • Jangan langsung berbaring setelah makan, beri jeda setidaknya 2–3 jam.
  • Jaga berat badan ideal.
  • Hindari merokok dan minum alkohol.
  • Kelola stres dengan baik, misalnya melalui olahraga ringan, meditasi, atau aktivitas yang menenangkan.

GERD bukanlah sekadar masuk angin, melainkan kondisi serius yang perlu penanganan tepat. Mengenali gejalanya sejak dini sangat penting agar tidak berkembang menjadi komplikasi berbahaya. Selain pola makan dan gaya hidup, stres juga berperan besar dalam memperparah GERD, sehingga menjaga kesehatan fisik dan mental sama pentingnya. Dengan pencegahan yang tepat, kualitas hidup penderita GERD dapat tetap terjaga dan risiko komplikasi bisa dihindari.

Baca Juga: Benarkah Puasa Intermiten Membantu Kurangi GERD Kambuh? Begini Menurut Penelitian

Sumber: Verywell Health

Berita Terkait
Berita Terkini