GFSI mengukur ketahanan pangan negara-negara dari empat indikator besar, yakni keterjangkauan harga pangan (affordability), ketersediaan pasokan (availability), kualitas nutrisi dan keamanan makanan (quality and safety), serta ketahanan sumber daya alam (natural resources and resilience). Menurut penilaian itu, harga pangan di Indonesia cukup terjangkau dan ketersediaan pasokannya cukup memadai jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kelangkaan Pangan
Namun, infrastruktur pertanian pangan Indonesia masih di bawah rata-rata global. Standar nutrisi dan keragaman makanan pokok juga masih dinilai rendah. Sumber daya alam (SDA) Indonesia juga dinilai memiliki ketahanan yang buruk karena belum dilindungi kebijakan politik yang kuat, serta rentan terpapar bencana terkait perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan pencemaran lingkungan.
Menurunnya indeks ketahanan pangan Indonesia diiringi dengan situasi dan kondisi pangan dunia di tengah berkecamuknya perang Rusia dan Ukraina, kelangkaan pangan sudah di depan mata. Hal itu bisa terjadi bila Indonesia tak segera mengambil kebijakan pangan yang mengarah kuat kepada kedaulatan. Kerawanan pangan bisa mengancam ketahanan nasional NKRI.
Restorasi kebijakan pangan yang bertumpu kepada peningkatan produktivitas hasil budi daya tanaman pangan, khususnya padi, jagung, dan kedelai harus diwujudkan. Demonstrasi plot selama belasan tahun telah membuktikan bahwa melalui aplikasi teknologi khusus, produktivitas hasil budi daya tanaman pangan optimistis terjadi peningkatan 20% dari sebelumnya. Penerapan teknologi khusus untuk peningkatan produktivitas hasil budi daya tanaman pangan ini dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan teknologi informasi terkini.
Sebagai upaya mengantisipasi terjadinya kelangkaan pangan yang berdampak kepada kerawanan sosial dan mengancam ketahanan nasional, langkah strategis merestorasi kebijakan pangan tak bisa ditunda. Sebagai negara yang memiliki lahan pertanian luas, gerakan budi daya tanaman pangan khususnya padi, jagung, dan kedelai patut dilakukan. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan nasional dan mampu berkontribusi secara signifikan ke tingkat global.
Optimalisasi Lahan
Pelaksanaan gerakan budi daya tanaman pangan harus bisa dijalankan secara efektif dan efisien melalui optimalisasi lahan garapan pertanian. Sebagai gerakan perubahan, tata kelola pelaksanaan budi daya tanaman pangan ini harus didukung secara full otoritas dari segenap pemangku kebijakan. Selain itu juga harus didukung dengan kemudahan akses finansial yang terukur dan memadai.
Target yang bisa dicanangkan dalam rangka memperluas lumbung pangan dan mengembangkan komoditas pangan lokal, Indonesia harus menyumbang stok pangan dunia, paling tidak berupa beras dan jagung minimal 20% dari kebutuhan nasional. Data Mei 2022 stok beras nasional 3 jt ton.
Sedangkan target swasembada kedelai dengan garapan seluas sejuta hektare bisa dicapai dalam kurun waktu tiga tahun. Jadi, mari kita berdoa agar perang Rusia dan Ukraina segera berakhir agar dunia tak semakin menderita.