SUKABUMIUPDATE.com - Keprihatinan mendalam tengah dirasakan kepala SMK swasta di Kota Sukabumi menjelang tahun ajaran baru 2025/2026. Melalui surat terbuka yang dilayangkan kepada panitia Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) SMK/SMA negeri, sebanyak 25 kepala SMK swasta menyampaikan suara hatinya. Isinya bukan sekadar keluhan, melainkan juga ajakan untuk membangun kemitraan dan rasa keadilan dalam sistem pendidikan.
Dalam surat bertajuk “Mengetuk Hati Kepala dan Ketua SPMB SMK/SMA Negeri Tahun Ajaran 2025/2026”, mereka menyuarakan keresahan atas terus menurunnya jumlah pelajar yang masuk ke SMK swasta. Dalam lima tahun, angka pelajar di SMK swasta mengalami penurunan signifikan karena hampir seluruh lulusan SMP memilih sekolah negeri yang dianggap lebih menjanjikan secara prestise dan gratis. Akibatnya, sekolah swasta semakin kehilangan murid.
“Kami berharap dan memohon kepada sekolah negeri, sekolah swasta tidak dijadikan pesaing, tapi jadikanlah kami sebagai mitra,” tulis surat tersebut.
Lebih lanjut, mereka menekankan pernyataan "kita saling bantu" yang kerap digaungkan seharusnya tidak hanya menjadi basa-basi, namun diwujudkan dalam bentuk aksi nyata.
Baca Juga: Gara-gara Domisili Khusus, Forum RT/RW di Kota Sukabumi Protes SPMB Jabar 2025
Data yang dilampirkan dalam surat itu menunjukkan, penerimaan siswa baru di SMA negeri di Kota Sukabumi dari lima sekolah berjumlah 2.342 siswa, lalu SMK negeri dari empat sekolah 2.090 siswa, sehingga total yang diterima di sekolah negeri adalah 4.432. Sementara lulusan SMP negeri dan swasta tahun ini, berdasarkan catatan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), sebanyak 4.589 orang. Dengan demikian, jika kuota negeri terpenuhi, hanya tersisa 157 siswa yang kemungkinan besar tersebar ke 25 SMK swasta, belum SMA swasta.
Kondisi ini membuat banyak kepala sekolah atau kepsek swasta tidak yakin terhadap masa depan sekolah yang mereka pimpin. Namun demikian, pesimisme itu ditepis dengan semangat untuk tetap memperjuangkan keberlangsungan pendidikan di sekolah swasta, yang selama ini juga berperan besar dalam mencerdaskan generasi muda.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Kota Sukabumi, Budi Supriadi, mengatakan surat terbuka ini merupakan bentuk keprihatinan kolektif yang sudah lama dipendam para kepala sekolah. “Kami tidak sedang meminta dikasihani. Kami hanya ingin didengar, diajak bicara, dan diperlakukan sebagai bagian dari sistem pendidikan, bukan saingan,” ujarnya saat dikonfirmasi sukabumiupdate.com lewat WhatsApp, Sabtu (28/6/2025).
Menurut Budi, selama ini komunikasi dengan pihak sekolah negeri maupun panitia SPMB sangat sulit dilakukan. “Saat kami para kepsek SMK swasta mencoba komunikasi dengan kepsek negeri, khususnya soal SPMB, hasilnya buntu. Chat hanya dibaca,” ungkapnya.
Ia juga menyebut pihaknya sudah mencoba menjalin komunikasi dengan instansi terkait. Namun jawaban yang diterima terkesan normatif. “Ada yang hanya bilang, ‘komunikasikan langsung dengan kaseknya’, ada juga yang bilang, ‘turut prihatin atas situasi dan kondisi SMK swasta saat ini, surat akan diteruskan ke pimpinan’,” ujar Budi.
Tak berhenti di situ, para kepala sekolah juga sempat mengadukan situasi ini ke DPRD Kota Sukabumi, khususnya Komisi III yang membidangi pendidikan. Namun respons yang diterima belum memuaskan.
Lebih jauh, Budi menjelaskan SMK swasta tidak meminta perlakuan istimewa, apalagi belas kasihan. Yang diharapkan adalah regulasi adil dan sikap saling menghargai. “Kami ingin ada langkah konkret dari dinas. Misalnya dengan mengatur daya tampung sekolah negeri agar tidak menyerap habis seluruh lulusan SMP, sehingga masih ada ruang bagi kami di swasta. Ini bukan soal rebutan murid, tapi keberlangsungan pendidikan di Kota Sukabumi secara keseluruhan,” tegasnya.
Surat terbuka itu juga mengandung pesan moral dan spiritual. Para kepala sekolah swasta mengajak semua pihak untuk tidak angkuh dalam menyikapi situasi. “Rizki datangnya dari Allah SWT, termasuk siswa-siswi ke sekolah swasta, supaya kami tidak termasuk orang yang sombong dan munafik,” tulisnya.
Mereka juga menekankan para pendidik di sekolah swasta selalu mengajarkan kepada para siswanya untuk saling membantu, menyayangi, dan tidak meninggalkan saudara sendiri dalam kesulitan. “Kami ingin semangat itu juga dirasakan dalam sistem pendidikan kita. Kami tahu kami tidak sempurna, tapi kami siap berkembang jika diberi ruang,” demikian isi penutup surat.