SUKABUMIUPDATE.com - Dokter Jabal Cahyo Wibowo dari tim relawan medis Seribu Senyum asal Sukabumi memberikan laporan terbaru mengenai kondisi warga terdampak bencana di wilayah Aceh–Sumatera pada hari terakhir penugasannya.
Ia mengatakan kondisi di sejumlah titik terutama di Aceh Tamiang dan Kuala Simpang mulai menunjukkan perbaikan. Suplai air bersih mulai lebih sering tersedia, meski genangan air kerap muncul kembali ketika hujan turun. Saat cuaca panas, wilayah tersebut dipenuhi debu tebal.
“Semakin kita telusuri, semakin banyak orang-orang yang sakit. Banyak infeksi sekunder akibat kutu air, luka-luka akibat benda tajam yang tidak ditangani, hingga menyebabkan infeksi. Banyak lansia dengan diabetes yang memperparah kondisi luka mereka, sementara fasilitas kesehatan lumpuh,” ungkapnya, kepada Sukabumiudpate.com, Selasa (09/12/2025).
Dari sisi logistik, beberapa kebutuhan sudah terpenuhi, tetapi masih banyak kekurangan. Keluhan lain datang dari kondisi posko yang minim fasilitas, termasuk tempat tidur yang rawan saat hujan.
Baca Juga: 10 Hari di Pegunungan Aceh, Warga Sukabumi Selamat Usai Jalan Kaki Dua Hari Dua Malam
Keluhan Kesehatan Didominasi Luka Terinfeksi dan Penyakit Anak
Selain pembagian air bersih, tim medis juga menyalurkan obat-obatan dan set P3K kepada penyintas. “Pembagian P3K ditujukan agar pasien dapat mandiri membersihkan luka setelah saya tangani di awal. Saya ajarkan cara merawat luka terbuka dan sesuaikan isi P3K-nya,” kata Jabal.
Keluhan yang paling banyak ditemui di antaranya:
- Infeksi kulit akibat kutu air,
- Luka terbuka yang bernanah,
- Demam akibat infeksi,
- Diare serta batuk pilek pada anak,
- serta banyak ibu hamil dan bayi di bawah 12 bulan yang sangat membutuhkan dukungan gizi.
Ia juga menyebut adanya temuan warga yang meninggal akibat depresi, meski penyebab pastinya belum diketahui.
Kasus Infeksi Luka Terbuka Masif Ditemukan
Jabal juga menjelaskan bahwa berbagai kasus luka terbuka ditemukan dengan kondisi memprihatinkan. “Ada luka ukuran 1x3 cm hingga luka sepanjang 20 cm di tangan yang tidak mendapat perawatan baik. Banyak luka borok yang makin parah karena lingkungan yang tidak mendukung, terutama pada lansia dengan diabetes,” jelasnya.
Dalam misi kali ini, ia membagikan 15 set P3K dan 15 set obat-obatan lain yang disesuaikan dengan keluhan paling umum. “Memang sedikit karena keterbatasan dana. Namun, insyaAllah kami akan buat lagi set alat pembersihan luka dan obat-obatan. Respons warga sangat baik, bahkan ada yang menangis haru dan berebut ingin memakai,” ujarnya.
Menurutnya, warga mengatakan bahwa timnya adalah pihak pertama yang memberikan bantuan P3K secara langsung ke lapangan.
Baca Juga: Seram! Gorong-Gorong di Palabuhanratu Sukabumi Jadi Sarang Ular Sanca, Ada 22 Ekor
Tantangan Terbesar: Akses, Cuaca, dan Minimnya Fasilitas
Selama beberapa hari menjalankan tugas kemanusiaan, tantangan terbesar yang dihadapi adalah jarak pendistribusian logistik, kondisi jalan berlumpur, hingga ketiadaan listrik. “Saat penanganan, kami juga menemukan banyak luka akibat seng dan besi. Itu harus disuntik anti-tetanus karena sangat berbahaya jika tidak,” tambahnya.
Bertemu Warga Jabar
Menurut Jabal, sejumlah warga Jawa Barat turut menjadi korban terdampak bencana, namun ia tidak bertemu warga Sukabumi. “Beberapa sempat bertemu dengan warga Jawa Barat alhamdulillah dalam kondisi sehat. Ada warga Bandung, Bogor, dan Garut, tetapi jumlahnya sedikit,” ujarnya.
Jabal juga tak lupa menekankan pentingnya prioritas penanganan lanjutan kesehatan kepada Pemerintah dan relawan bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, dan lansia. Ia juga menyarankan agar penyintas dengan luka terbuka segera mendapatkan suntikan tetanus. Sementara itu, penyakit seperti diare, ISPA, dan gatal-gatal perlu menjadi fokus penanganan lanjutan.
Baca Juga: BMKG: Puncak Musim Hujan Desember-Januari 2026, Jawa Potensi Diguyur Intensitas Tinggi
Kritik terhadap Minimnya Respons Pemerintah
Ia menyoroti lemahnya kehadiran pemerintah dalam penanganan bencana ini. “Penanganan pemerintah sangat minim terlihat. Posko-posko pemerintah jarang sekali. Belum ada tenaga medis siap dengan perlengkapan dan obat yang turun ke sana. Padahal bencana sudah terjadi sejak 25 November,” ujarnya.
Menurutnya, bantuan yang paling terasa justru datang dari masyarakat dan komunitas relawan. “Sekarang lebih banyak dari rakyat untuk rakyat yang terdengar di sana.”
Di akhir laporannya, Jabal menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah membantu misi kemanusiaan ini. “Terima kasih kepada Pemuda Peduli Grup, Terima kasih kepada Seribu Senyum yang membantu saya agar bisa turun langsung. Tidak lupa terima kasih kepada ayah saya yang sedang sakit tapi selalu mendukung saya. Mohon doanya untuk kesembuhan beliau.” pungkasnya.




