SUKABUMIUPDATE.com - Bencana di Sumatera dan Aceh membuat tim kemanusiaan dari Sukabumi ikut bergerak dan terjun langsung menuju wilayah terdampak. Salah satu relawan yang bertugas adalah Jabal Cahyo Wibowo, dokter muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (FK Unjani) yang mewakili Komunitas Seribu Senyum, satu-satunya komunitas asal Sukabumi dalam rombongan tersebut.
“Saya perwakilan dari Komunitas Seribu Senyum. Tim saya terdiri dari beberapa komunitas lain dari Bandung yang bekerja sama, dan saya menjadi pihak medis pada misi kali ini,” kata dr. Jabal saat dihubungi Sukabumiupdate.com, Kamis (04/12/2025).
Dalam misi kali ini, dr. Jabal menjelaskan bahwa tugas utama tim medis mencakup penanganan cepat di lokasi terdampak.
Tugas medis utama meliputi:
- Pertolongan pertama, perawatan luka, dan manajemen nyeri.
- Triase, untuk mengklasifikasikan korban berdasarkan tingkat keparahan cedera dan memprioritaskan pertolongan segera.
- Evakuasi, bersama tim penyelamat dari area berbahaya menuju fasilitas medis yang lebih aman.
- Perawatan medis darurat bagi kasus yang mengancam jiwa.
- Perawatan pasca-bencana, termasuk pemberian obat-obatan serta skrining kesehatan.
Selain itu, tim medis juga menjalankan tugas pendukung, seperti koordinasi dengan tim tanggap darurat lain, mobilisasi logistik medis, dukungan mental untuk penyintas, hingga pelaporan kesehatan kepada pihak berwenang.
Baca Juga: Cuaca Jabar 4 Desember 2025, Sukabumi Waspada Hujan Lebat Disertai Petir
Logistik Disiapkan dan Target ke Aceh Tamiang
Saat ini, dr. Jabal dan rombongan telah tiba di Medan. Hari ini mereka memusatkan kegiatan pada persiapan logistik yang akan dibawa menuju Aceh Tamiang.
“Hari ini kami mempersiapkan logistik berupa pangan seperti makanan dan minuman, kebutuhan primer, serta perlengkapan fisik seperti popok, pembalut, dan selimut. Semua itu akan kami bawa untuk pembuatan pos di daerah Semadam, yang nantinya disalurkan ke Aceh Tamiang,” ujarnya.
Bertugas Sendirian di Medis: Pemeriksaan Vital hingga Penanganan Awal
Kepada Sukabumiupdate.com, dr. Jabal mengatakan bahwa ia besok akan bertugas sendiri sebagai tenaga medis di titik penanganan Aceh Tamiang, sementara tim lainnya akan berpencar sesuai fungsi masing-masing.
“Fokus utama hari pertama adalah assessment kebutuhan obat dan penanganan awal bagi penyintas yang sakit atau terluka. Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik dasar, hingga pemberian penanganan sesuai diperlukan,” jelasnya.
Jabal Cahyo Wibowo, dokter muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (FK Unjani) yang mewakili Komunitas Seribu Senyum saat memeriksa warga.
Kondisi Lapangan Masih Sulit, Obat-obatan Dibutuhkan
Dr. Jabal mengungkapkan bahwa ia telah mendapat gambaran awal tentang kondisi kesehatan warga di Aceh Tamiang melalui relawan yang sudah lebih dulu berada di lokasi.
“Daerah itu masih banjir dan ada laporan penjarahan logistik karena wilayahnya terisolasi dari pusat perbelanjaan. Banyak obat diperlukan. Keluhan yang sering muncul adalah sakit perut, batuk-pilek, dan gatal-gatal,” katanya.
Koordinasi antar anggota tim juga telah dipersiapkan. Mereka membentuk titik kumpul dan menggunakan HT agar mudah berkomunikasi. “Selain penanganan fisik, kami juga membantu psikis anak-anak dengan bermain bersama mereka,” tambahnya.
Tantangan: Komunikasi, Keterbatasan Obat, dan Penyintas yang Rentan
Ketika ditanya soal tantangan terbesar yang mungkin ia hadapi, dr. Jabal mengungkapkan beberapa hal.
“Penyintas yang tidak kooperatif bisa saja terjadi, tapi wajar karena mereka sudah terisolasi lama. Yang paling sulit biasanya adalah perbedaan bahasa karena komunikasi penting dalam pelayanan medis,” katanya.
Ia juga khawatir obat-obatan yang tersedia tidak mencukupi mengingat banyaknya penyintas yang membutuhkan.
Obat dan Peralatan Medis yang Dibawa
Dr. Jabal menjelaskan komposisi obat dan alat medis yang ia siapkan:
- Obat demam, radang, dan umum lainnya: 50%
- Obat kegawatdaruratan: 20%
- Obat penyakit tidak menular: 20%
- Obat untuk penyakit menular: 10%
Ditambah APD, P3K, serta beberapa alat medis lain.
Kebutuhan Mendesak: Dana untuk Pembelian Obat di Lapangan
Saat ditanya mengenai kebutuhan tambahan, dr. Jabal menyampaikan bahwa sokongan dana untuk pembelian obat-obatan sangat dibutuhkan.
“Dana untuk membeli obat masih minim. Banyak yang ingin mengirim obat dari luar Sumatra, tapi pengiriman terhambat karena akses menuju lokasi lumpuh. Karena itu, kami memilih membeli obat di daerah terdekat agar lebih cepat tersalurkan,” jelasnya.
Meski demikian, ia tetap berkomitmen membantu tim medis lain di lokasi agar penanganan dapat dilakukan secara maksimal.






