SUKABUMIUPDATE.com - Badan Narkotika Nasional mengungkap fakta mengejutkan dibalik sepak terjang sindikat narkoba di Indonesia. 10 persen dari ratusan orang yang diringkus oleh BNN dan aparat penegak hukum lainnya karena terlibat peredaran narkoba adalah perempuan, rata-rata ibu rumah tangga alias emak-emak.
Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Marthinus Hukom kepada awak media mengungkapkan bahwa praktik peredaran narkoba belakangan ini semakin banyak melibatkan perempuan. Mereka terlibat sebagai kurir hingga menjadi bos bandar narkoba.
Baca Juga: Curhat Pak RW Sukses! Rumah Penjual Gorengan di Sukabumi Mau Diperbaiki Disperkim
Dalam operasi terbaru yang dilakukan oleh BNN, dari 285 orang yang ditangkap, 29 di antaranya adalah perempuan "Atau sepuluh persen dari total tersangka yang tertangkap," kata Marthinus dalam konferensi pers, Senin, 23 Juni 2025 dikutip dari tempo.
Menurut Kepala BNN, jaringan pengedar narkotika sengaja menjadikan perempuan sebagai kurir karena dinilai relatif tidak menimbulkan kecurigaan petugas. "Kalangan perempuan yang tertangkap saat ini diperdaya oleh sindikat narkoba untuk menjadi kurir," kata Marthinus.
Baca Juga: Persib Trophy Tour 2025 Akan Sambangi Sukabumi! Bobotoh Siap Hadir?
Para perempuan yang dijadikan kurir tersebut menyembunyikan narkoba di alat kelamin mereka untuk mengelabui petugas. "Itu kelicikan mereka (sindikat narkotika), makanya saya bilang mereka memperdayakan perempuan," ujar Marthinus.
Marthinus menilai, keterlibatan perempuan dalam peredaran narkoba tidak seharusnya terjadi. Menurut dia, perempuan memiliki peranan yang penting sebagai cerminan moral. "Mereka harus dijauhkan dari pengaruh dan tipu daya sindikat narkotika," ucap Marthinus.
Baca Juga: Ustadz Khalid Basalamah Beri Keterangan ke KPK, Dugaan Korupsi Kuota Haji
Dia menyesalkan banyak perempuan yang memilih jalan hidup sebagai kurir narkotika dengan iming-iming imbalan sejumlah uang. "Mereka secara sadar dan sukarela telah bersedia bekerja untuk kepentingan sindikat narkoba," kata Marthinus.
Oleh karena itu, Marthinus merasa masih perlu melakukan pendalaman lebih lanjut tentang fenomena keterlibatan perempuan dalam jaringan peredaran narkotika. Terutama untuk melihat kedudukan perempuan sebagai pelaku atau korban. "Apa yang ada di dalam internal perempuan ini, motifnya apa," ujar Marthinus.
Baca Juga: 12 Jam Periksa Nadiem Makarim, Dugaan Korupsi Chromebook Rp 9,9 Triliun
Salah satu contoh perempuan yang belakangan memiliki peran penting dalam peredaran narkotika adalah Dewi Astutik alias Paryatin. Dia diketahui menjadi bagian dari sindikat narkotika internasional sekaligus otak di balik penyelundupan sabu seberat dua ton di wilayah perairan Kepulauan Riau.
Dewi Astutik diduga beroperasi di kawasan Golden Triangle, yakni wilayah yang dikenal sebagai pusat jaringan narkoba Asia Tenggara, yang meliputi perbatasan Thailand, Myanmar, dan Laos. Dari hasil analisis jaringan internasional, Dewi merupakan warga negara Indonesia yang tergabung dalam sindikat narkotika asal Afrika.
Sumber: tempo.co