Penyanyi Pria Sopran Ternyata Sengaja Dikebiri, Biar Apa? Di Kisah Castrato di Film 'Cry to Heaven' yang Dibintangi Adele

Sukabumiupdate.com
Kamis 13 Nov 2025, 06:14 WIB
Penyanyi Pria Sopran Ternyata Sengaja Dikebiri, Biar Apa? Di Kisah Castrato di Film 'Cry to Heaven' yang Dibintangi Adele

Tujuan tindakan kejam (kebiri) adalah untuk mencegah pendalaman suara, sehingga pita suara mereka tetap tipis dan mampu mencapai nada Sopran/ jangkauan nada tertinggi. (Ilustrasi:Sora)

SUKABUMIUPDATE.com - Apa yang terlintas dalam benak Anda tentang "Dikebiri" dari judul tadi, kemungkinan Anda berpikir kata kiasan atau metafora tentang hilangnya kekuatan atau ambisi. Namun, ini adalah kebiri dalam arti sebenarnya, di mana tindakan kastrasi (pengebirian) dilakukan pada anak laki-laki sebelum masa pubertas untuk mencapai tujuan artistik yang sangat spesifik. Kebiri ini adalah prosedur fisik yang mengubah tubuh secara permanen demi seni, dengan tujuan agar pita suara mereka tetap tipis dan laring tetap kecil, memungkinkan mereka untuk mempertahankan jangkauan vokal Sopran yang luar biasa kuat dan bernada tinggi sebuah suara unik yang kemudian mendominasi panggung Opera Italia abad ke-17 dan ke-18 dan dikenal sebagai Castrato.

Castrato adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada penyanyi pria yang dikebiri (kastrasi) di masa pra-pubertas untuk mempertahankan jangkauan vokal Sopran atau Mezzo-Sopran mereka yang bernada tinggi, sebuah praktik yang mencapai puncaknya di Eropa, terutama Italia, selama abad ke-17 dan ke-18. Tindakan bedah ini dilakukan dengan tujuan spesifik untuk menghambat produksi testosteron, sehingga mencegah pendalaman suara yang terjadi saat pubertas, namun memungkinkan kapasitas paru-paru dan pertumbuhan fisik seorang pria dewasa untuk berkembang.

Hasilnya adalah suara yang unik dan sangat didambakan dalam opera Barok dan musik gereja: suara dengan nada tinggi yang luar biasa merdu, lentur, dan memiliki kekuatan serta daya tahan yang jauh melampaui suara Sopran wanita atau anak laki-laki. Meskipun mereka dipuja sebagai bintang opera dengan gaji fantastis seperti Farinelli yang legendaris kehidupan para castrati diselimuti stigma dan trauma fisik seumur hidup, dan praktik tersebut akhirnya dilarang dan dihapuskan pada akhir abad ke-19 karena alasan etika.

Baca Juga: Ode untuk Sang Ayah di Hari Rayanya, Selamat Hari Ayah!

Tonio Treschi, seorang bangsawan muda Venesia yang dikhianati dan dikebiri paksa oleh saudaranya, harus menavigasi dunia opera yang memukau sebagai soprano dengan suara luar biasa, sekaligus bergumul dengan identitasnya yang hilang.Tonio Treschi, seorang bangsawan muda Venesia yang dikhianati dan dikebiri paksa oleh saudaranya, harus menavigasi dunia opera yang memukau sebagai soprano dengan suara luar biasa, sekaligus bergumul dengan identitasnya yang hilang. (Ilustrasi: Canva)

Pada puncaknya di era Barok, suara Castrato adalah harta paling berharga di panggung opera Eropa, terutama di Italia. Para penyanyi ini mampu mencapai nada Sopran (jangkauan vokal wanita tertinggi) dengan kekuatan dan volume seorang pria dewasa.

Mengapa Mereka Dikebiri?

Praktik pengebirian (kastrasi) dilakukan pada anak laki-laki sebelum masa pubertas. Tujuannya sangat spesifik:

  1. Menghentikan Pubertas: Pengebirian menghentikan produksi hormon testosteron, yang bertanggung jawab atas pendalaman suara pada anak laki-laki.
  2. Mempertahankan Laring: Kotak suara (laring) tetap kecil, sementara tubuh dewasa mereka (termasuk paru-paru) terus berkembang.
  3. Vokal Unik: Kombinasi unik ini menghasilkan suara Sopran yang sangat tinggi, sangat kuat, dan memiliki daya tahan napas yang luar biasa sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh wanita maupun penyanyi pria alami (tenor atau falsettis).

Baca Juga: 1 Ringgit Tembus Rp4.000, Sayonara Weekend Getaway ke KL! Haru Uang Jajan Anak TKI

Fenomena ini juga didorong oleh Gereja Katolik Roma, yang melarang wanita bernyanyi di paduan suara gereja, menjadikan castrati sebagai solusi. Bagi keluarga miskin, menjadi castrato adalah satu-satunya jalan menuju ketenaran dan kekayaan yang tak terhingga, meskipun risikonya fatal dan konsekuensinya seumur hidup.

Praktik ini dilarang pada akhir abad ke-19. Alessandro Moreschi (1857-1922) adalah castrato terakhir yang tercatat dan satu-satunya yang sempat direkam suaranya, memberikan kita jendela tragis menuju keindahan suara yang hilang.

Cry to Heaven  Karya Anne Rice Proyek Sinema Paling Dinanti

Sebuah Film adaptasi Tom Ford dari novel Anne Rice, Cry to Heaven, kini menjadi salah satu proyek sinema yang paling dinantikan. Daya tarik utama film ini terletak pada perpaduan antara kemewahan sinematik Ford, narasi sejarah yang gelap, dan yang paling mengejutkan, debut akting film fitur dari superstar global, Adele. Film ini berlatar di dunia opera Italia abad ke-18 dan menggali secara mendalam kehidupan para penyanyi Castrato sebuah fenomena di mana penyanyi pria dikebiri untuk mempertahankan jangkauan vokal Sopran yang luar biasa. Proyek ini akan menjadi film fitur ketiga Ford, menyusul kesuksesan artistik A Single Man dan Nocturnal Animals.

Baca Juga: Setelah Piala Dunia 2026, Cristiano Ronaldo Pertimbangkan untuk Gantung Sepatu

Novel Cry to Heaven karya Anne Rice berpusat pada kisah Tonio Treschi, seorang bangsawan muda yang dikhianati dan dikebiri oleh kerabatnya, lalu dipaksa memasuki dunia opera sebagai seorang castrato. Fokus sentral cerita adalah praktik tragis pengebirian (kastrasi) yang dilakukan pada anak laki-laki sebelum masa pubertas. Tujuan dari tindakan kejam ini adalah untuk mencegah pendalaman suara, sehingga pita suara mereka tetap tipis dan mampu mencapai nada Sopran (jangkauan tertinggi) dengan volume dan kekuatan paru-paru pria dewasa sebuah kombinasi vokal yang sangat didambakan di panggung opera Barok saat itu.

Praktik castrati berkembang pesat karena kombinasi antara permintaan artistik dan batasan gerejawi. Di satu sisi, Gereja melarang wanita bernyanyi di paduan suara, sementara opera sekuler sangat membutuhkan suara Sopran yang kuat. Para castrati, dengan laring anak-anak dan kapasitas dada pria dewasa, memiliki kekuatan vokal, jangkauan nada, dan daya tahan napas yang tak tertandingi. Meskipun dipuja sebagai bintang dan mendapatkan kekayaan luar biasa, kehidupan pribadi mereka seringkali dipenuhi trauma fisik dan psikologis, sebuah kontradiksi menyakitkan yang menjadi tema utama novel Rice.

Adele Mengumumkan Rehat dari Dunia Musik dalam Waktu Cukup LamaAdele rehat dari dunia musik dalam waktu cukup lama. Tapi, jangan sedih! Debut Akting Adele Bisa kamu lihat di "Cry to Heaven" (Credit Foto: @Adele)

Debut Adele dan Peran yang Masih Misterius

Pengumuman tentang keterlibatan Adele dalam film ini menjadi headline utama. Meskipun identitas perannya belum diungkapkan secara resmi, partisipasinya, sebagai salah satu vokalis terkuat di dunia, sangat masuk akal mengingat film ini berlatar di dunia opera. Spekulasi tentu saja mengarah pada peran yang melibatkan nyanyian atau kemampuan vokal yang mendalam. Adele akan bergabung dengan pemeran ansambel bertabur bintang seperti Nicholas Hoult, Aaron Taylor-Johnson, Colin Firth, Paul Bettany, dan Hunter Schafer, menunjukkan bahwa ini adalah proyek dengan ambisi artistik yang besar.

Baca Juga: Mochtar Kusumaatmadja Jadi Pahlawan Nasional, Wagub Jabar: Kebanggaan Bagi Jawa Barat

Mengingat latar opera, muncul pertanyaan apakah Cry to Heaven akan menjadi film musikal tradisional. Namun, dengan gaya Tom Ford yang dikenal lewat A Single Man dan Nocturnal Animals drama yang serius, stylish, dan psikologis kemungkinan besar film ini adalah Drama Sejarah yang sangat berfokus pada Opera, bukan film musikal modern. Musik opera akan menjadi latar dan elemen naratif penting, tetapi bukan dalam format di mana karakter tiba-tiba menyanyikan lagu pop, film ini lebih cenderung mengeksplorasi tragedi dan intrik di balik tirai seni Barok.

Saat ini, Cry to Heaven dikabarkan sedang dalam tahap pra-produksi, dengan perkiraan rilis yang direncanakan pada akhir musim gugur 2026. Sementara itu, di dunia opera modern, peran yang dulu dimainkan oleh castrati kini dihidupkan kembali dengan cara yang etis. Solusi utama saat ini adalah melalui Countertenor penyanyi pria yang dilatih untuk bernyanyi di register Sopran/Mezzo-Sopran (falsetto) secara alami atau melalui Mezzo-Sopran Wanita yang memerankan peran pria (trouser role) dalam opera Barok.

Teatro d'Opera (Opera House) sebutan paling umum dan formal untuk bangunan tempat opera dipentaskan. Seluruh pertunjukan, termasuk penampilan penyanyi Sopran utama, dilakukan di sini. Contoh terkenal adalah La Scala di Milan atau Teatro San Carlo di NapolTeatro d'Opera (Opera House) sebutan paling umum dan formal untuk bangunan tempat opera dipentaskan. Seluruh pertunjukan, termasuk penampilan penyanyi Sopran utama, dilakukan di sini. Contoh terkenal adalah La Scala di Milan atau Teatro San Carlo di Napol (Foto: Canva)

Film Cry to Heaven menjanjikan sebuah tontonan yang kaya secara visual dan emosional, menggabungkan kemewahan sinematik Tom Ford dengan kedalaman naratif Anne Rice yang berani. Dengan mengangkat kisah yang memilukan tentang pengorbanan artistik dan kekejaman sejarah, serta menampilkan debut akting dari Adele, film ini tidak hanya akan menjadi hiburan, tetapi juga refleksi mendalam tentang harga yang harus dibayar demi keindahan tertinggi.

Baca Juga: 100 Pasang Sepatu dari DPRD Sukabumi untuk Anak-anak SDN Cikahuripan

Proyek film adaptasi Tom Ford dari novel Anne Rice, Cry to Heaven, pertama kali dipublikasikan oleh perusahaannya sendiri, Fade To Black, segera menjadi berita utama global setelah dilaporkan secara eksklusif oleh Deadline, salah satu publikasi industri terkemuka di Hollywood. Berita tersebut memuat konfirmasi debut akting superstar Adele, yang menambah bobot bintang pada ensemble cast termasuk Colin Firth dan Nicholas Hoult.

Meskipun film ini bukanlah musikal modern, kisahnya berlatar di dunia opera Italia abad ke-18 dan berani menggali sejarah kelam fenomena Castrato penyanyi Sopran pria yang dikebiri sebelum pubertas demi mempertahankan jangkauan vokal yang unik sebuah elemen naratif tragis dan kompleks yang pasti akan menjadi fokus dramatis dalam gaya penyutradaraan mewah Tom Ford.

Di dunia modern, posisi Sopran sebagai ratu panggung opera tetap kokoh, namun jajaran vokalis telah berevolusi secara etis, meninggalkan praktik Castrato yang kejam di masa lalu. Kini, peran-peran utama wanita (prima donna) diisi oleh Sopran wanita yang dilatih secara alami, dengan penyanyi seperti Anna Netrebko dan Renée Fleming mendominasi panggung-panggung besar. Sementara itu, untuk menghidupkan kembali peran-peran Castrato dalam musik Barok, dunia opera modern mengandalkan keahlian Countertenor penyanyi pria yang mencapai jangkauan tinggi melalui teknik falsetto yang dilatih sebuah solusi yang menghormati warisan musik tanpa mengorbankan kemanusiaan. Dengan pelatihan vokal yang intensif dan jangkauan dramatis yang luas, Sopran modern terus menjadi pilar emosional dan artistik dari setiap produksi opera.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini