1 Ringgit Tembus Rp4.000, Sayonara Weekend Getaway ke KL! Haru Uang Jajan Anak TKI

Sukabumiupdate.com
Rabu 12 Nov 2025, 17:28 WIB
1 Ringgit Tembus Rp4.000, Sayonara Weekend Getaway ke KL! Haru Uang Jajan Anak TKI

Dari biaya liburan melambung hingga nasib uang jajan anak TKI, Rupiah melemah ubah gaya hidup yang suka travelling ke Malaysia. (Foto:Canva)

SUKABUMIUPDATE.com - Mari kita jujur. Dulu, Malaysia itu semacam guilty pleasure bagi kita para traveler akhir pekan. Tempat di mana kita bisa "merasa kaya" sejenak. Ingatkah Anda di awal 2010-an, saat menukar Rp250.000 dan mendapatkan 100 Ringgit? Jumlah itu terasa gede, cukup untuk sekali makan di hawker center Penang dan naik MRT di Kuala Lumpur.

Kita sering mencap Malaysia "suka gaya-gayaan" karena gedung-gedungnya yang tinggi, tapi diam-diam, kita menjadikan mereka destinasi shopping dan kuliner yang terjangkau. Namun, cerita manis itu kini telah berubah menjadi cerita horor finansial.

Hari ini, 1 Ringgit resmi menyentuh rekor mengerikan, melampaui Rp4.000. Angka ini bukan lagi sekadar headline di berita, tapi plot twist di rencana liburan tahunan Anda. Mendadak, semua orang di grup WhatsApp Anda yang tadinya sibuk debat film, kini berubah menjadi ekonom dadakan yang saling lempar meme "Rupiah lagi puasa."

Baca Juga: Ode untuk Sang Ayah di Hari Rayanya, Selamat Hari Ayah!

Ringgit tembus Rp4.000! Ini bukan sekadar berita ekonomi, tapi pukulan telak ke dompet traveler & dilema personal finance.Ringgit tembus Rp4.000! Ini bukan sekadar berita ekonomi, tapi pukulan telak ke dompet traveler & dilema personal finance. (Foto:Canva)

Pukulan Headshot bagi Si Pecinta Traveling dan Shopping

Jika Anda termasuk traveler sejati yang merencanakan weekend getaway ke Johor Bahru hanya untuk menyeberang ke Singapura atau berburu sale di mall-mall Kuala Lumpur, bersiaplah untuk pusing tujuh keliling. Perubahan kurs ini terasa seperti pukulan headshot langsung ke dompet. Bayangkan, anggaran belanja Anda yang dulu dipatok Rp5 juta (sekitar 2.000 Ringgit pada kurs lama), sekarang untuk mendapatkan 2.000 Ringgit yang sama, Anda harus merogoh kocek hingga Rp8 juta! Ini adalah kenaikan biaya sebesar 60% dalam semalam, hanya karena nilai tukar.

Tiba-tiba, kopi yang pakai bean single origin dari Aceh Gayo di KL terasa seperti kopi luwak premium, dan biaya taksi online pun terasa seperti menyewa limosin. Tak heran jika banyak traveler yang akhirnya "dipaksa" cinta produk domestik; destinasi yang lebih realistis kini bergeser ke pantai Lombok, staycation cantik di Puncak, atau eksplorasi kuliner di kota-kota Jawa, meninggalkan wishlist jalan-jalan ke Petronas Twin Towers.

Baca Juga: Dorong Ekonomi Warga, Dinas PU Sukabumi Perbaiki Jalan Caringin-Cihelangtonggoh

Kontras Emosional Kisah Haru Uang Jajan Online Anak TKI

Di tengah keluhan kita yang pusing memikirkan biaya liburan, ada satu kelompok yang justru tersenyum lega, yaitu para Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang mengadu nasib di Malaysia. Mereka adalah pahlawan devisa di balik layar, dan Ringgit yang menguat adalah jackpot tak terduga bagi keluarga mereka di kampung halaman. Bayangkan, seorang pekerja konstruksi di Penang yang rutin mengirimkan 1.000 Ringgit per bulan.

Jika dulu uang itu setara Rp2,5 juta, kini ia bisa mengirimkan hingga Rp4 juta dengan jumlah Ringgit yang sama. Lonjakan sebesar 60% ini adalah game changer! Uang kiriman ini bisa berarti lunasnya biaya sekolah anak, perbaikan atap rumah, atau modal untuk membuka warung kecil. Namun, cerita ini juga memiliki sisi sedih.

Di saat TKI tersenyum, sang istri atau suami di Indonesia mulai mengeluh karena kenaikan harga bahan pokok. "Uang kiriman memang besar, tapi harga minyak goreng, gula, dan beras di warung ikut naik drastis. Rasanya naiknya kiriman hanya menutupi inflasi, bukan membuat kami benar-benar makmur," curhat salah satu keluarga TKI di grup online keluarga mereka. Fenomena ini menunjukkan betapa kompleksnya dampak nilai tukar pada kehidupan sehari-hari, menciptakan senyum di satu sisi, tapi air mata di sisi yang lain.

Baca Juga: Saat Duet Taylor Swift & Robbie Williams Menggetarkan Wembley dengan "Angels" Mengenang Momen Puncak Reputation Tour

Anda mungkin berpikir, Anda mungkin berpikir, "Saya kan gak pernah beli Ringgit, jadi ini bukan urusan saya." Eits, tunggu dulu (Foto:Canva).

Roller Coaster Finansial dan Kenapa Kita Harus Peduli

Anda mungkin berpikir, "Saya kan gak pernah beli Ringgit, jadi ini bukan urusan saya." Eits, tunggu dulu. Inilah bagian yang paling penting dan relatable: Rupiah yang lemah terhadap Ringgit adalah barometer keras bahwa Rupiah kita secara umum sedang kehilangan daya cengkeram di mata global, dan hal ini akan memengaruhi kita semua.

Mengapa? Karena meskipun transaksi kita di warung menggunakan Rupiah, hampir semua rantai pasokan global, mulai dari bahan baku untuk mi instan, obat-obatan, hingga komponen elektronik di handphone Anda, di-tag menggunakan Dolar AS. Jadi, pelemahan Rupiah terhadap Ringgit adalah konfirmasi bahwa biaya impor bahan baku ini sedang mahal.

Akibatnya? Inflasi biaya (cost-push inflation) pun terjadi, yang pada akhirnya menaikkan harga sembako dan biaya logistik di lingkungan kita. Kita semua sedang ikut menanggung beban nilai tukar, bahkan saat kita tidak main forex atau trading. Fenomena ini menjadi pengingat pahit bahwa konsistensi kebijakan moneter Malaysia ternyata lebih disiplin, sementara kita sibuk berdebat di tengah kenaikan harga cabai.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-17 Gagal Lolos ke 32 Besar Piala Dunia, Nova Arianto: Saya Meminta Maaf

Ringgit Melesat Mirip MRT-nyaRinggit Melesat Mirip MRT-nya (Foto: Canva)

Action Plan Anti-Rupiah Lemah untuk Keuangan Pribadi

Jadi, apa yang bisa kita lakukan selain menjadi ekonom dadakan di WhatsApp? Ini saatnya menyusun action plan untuk melindungi keuangan pribadi dari shock kurs yang berulang:

  1. Cek Ulang Rencana Liburan: Jika Malaysia sudah terlalu mahal, pertimbangkan destinasi domestik yang menawarkan pengalaman serupa. Rupiah yang lemah justru menjadi ajakan ramah untuk menjelajahi keindahan Indonesia.
  2. Diversifikasi Dana Darurat: Jika Anda memiliki dana darurat yang cukup besar, konsultasikan dengan perencana keuangan untuk menaruh sebagian kecil di instrumen yang memiliki eksposur terhadap mata uang kuat (seperti emas atau reksa dana yang berinvestasi di pasar global), sebagai "asuransi" terhadap pelemahan Rupiah. Ingat, sesuaikan selalu dengan profil risiko Anda!
  3. Prioritaskan Produk Lokal: Secara sadar, pilih produk makanan atau kebutuhan rumah tangga yang bahan bakunya dijamin dari Indonesia. Ini adalah cara praktis dan fun untuk mendukung ekonomi domestik dan mengurangi ketergantungan pada barang impor mahal.

Intinya, 1 Ringgit yang mencapai Rp4.000 bukan sekadar gimmick berita. Ini adalah panggilan bagi kita untuk lebih cerdas mengelola keuangan pribadi di tengah ekonomi yang serba tidak pasti. Jangan sampai kita terus memaklumi pelemahan Rupiah seperti memaklumi macet di Jakarta sebab dalam dunia finansial, “sementara” yang terus diulang akan menjadi “selamanya.”

(Disclaimer: Artikel rubrik Life ini dengan sentuhan Personal Finance saat Kurs bikin kita Jadi Ekonom dadakan ini bersifat ulasan dan edukasi finansial sederhana untuk pembaca umum. Selalu konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan professional, ya...!)

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini