Melodi Perlawanan:Meninjau Kembali Mosi Tidak Percaya dan Gugatan Rakyat Semesta dalam Konteks Indonesia Kini

Sukabumiupdate.com
Jumat 05 Sep 2025, 13:00 WIB
Melodi Perlawanan:Meninjau Kembali Mosi Tidak Percaya dan Gugatan Rakyat Semesta dalam Konteks Indonesia Kini

Melodi Perlawanan: Efek Rumah Kaca & .Feast, Musik yang Menggugat Demokrasi Indonesia Kini (Sumber: Facebook:Efek Rumah Kaca)

SUKABUMIUPDATE.com - Musik seringkali menjadi cerminan paling jujur dari suatu zaman. Di Indonesia, dua lagu dari dua generasi berbeda, Efek Rumah Kaca dengan "Mosi Tidak Percaya" dan .Feast dengan "Gugatan Rakyat Semesta," telah menahbiskan diri sebagai anthem perlawanan. Keduanya, meskipun terpisah oleh waktu, kini kembali relevan dalam mengartikulasikan gejolak sosial dan politik yang terus membayangi Indonesia kontemporer.

"Mosi Tidak Percaya" Suara Ketidakpercayaan yang Tak Lekang Waktu

Efek Rumah Kaca (ERK) selalu dikenal dengan lirik-liriknya yang puitis namun menusuk. "Mosi Tidak Percaya", dari album Kamar Gelap (2008), adalah sebuah mahakarya kritik terhadap kekuasaan yang abai.

Lirik seperti "Ini masalah kuasa, alibimu berharga. Kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa?" bukan sekadar kalimat, melainkan deklarasi bahwa rakyat memiliki hak untuk mempertanyakan, bahkan menolak, otoritas yang tidak lagi mewakili.

Di Indonesia saat ini, "Mosi Tidak Percaya" beresonansi lebih kuat dari sebelumnya. Berbagai isu mulai dari dugaan pelemahan demokrasi, revisi undang-undang yang kontroversial, hingga praktik oligarki yang semakin terang-terangan, terus memicu rasa frustrasi dan ketidakpercayaan publik.

Baca Juga: Netizen Ramai Bahas Tone Deaf, Apa Itu? Bukan Cuma Soal Fals Istilah dalam Musik!

Misalnya, menurut laporan Freedom House (2023), indeks kebebasan sipil dan politik Indonesia mengalami stagnasi, bahkan cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini, di mata banyak orang, memperkuat narasi yang disampaikan lagu ini bahwa janji-janji manis politik seringkali berakhir dengan kekecewaan. Lagu ini membuktikan bahwa kritik yang cerdas dan jujur, meski tanpa teriakan, mampu menancap dalam sanubari dan menjadi bahan bakar perlawanan.

"Gugatan Rakyat Semesta" Bara Kemarahan Generasi Baru

Jika "Mosi Tidak Percaya" adalah ekspresi ketidakpercayaan yang mendalam, maka "Gugatan Rakyat Semesta" dari .Feast adalah pekikan kemarahan dan ajakan bertindak dari generasi yang lebih muda.

Dirilis pada 2022, lagu ini muncul di tengah krisis multidimensional: pandemi, ancaman resesi, dan serangkaian kebijakan yang menuai protes keras dari masyarakat. .Feast, dengan gaya musik yang lebih agresif dan visual yang kuat, menuturkan kisah fiksi yang sangat dekat dengan realitas.

Dirilis pada 2008, Dirilis pada 2008, "Mosi Tidak Percaya" adalah kritik cerdas yang disampaikan dengan lirik puitis. Lagu ini mengekspresikan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemimpin yang tak menepati janji.

Lirik seperti "Kastil, atap hijau yang megah berpura-pura peduli..." secara tajam menyindir institusi-institusi kekuasaan yang tampak peduli namun sesungguhnya berjarak dari penderitaan rakyat. Lagu ini menangkap semangat perlawanan yang muncul di berbagai demonstrasi, di mana anak muda dan mahasiswa bersatu menuntut keadilan.

Data dari Survei Nasional Perilaku Politik Pemuda (2024) menunjukkan bahwa 65% pemuda merasa aspirasi mereka kurang didengarkan oleh pemerintah, sebuah fakta yang secara langsung memvalidasi pesan dari lagu ini, bahwa mereka tak akan diam. Lagu ini adalah semacam panggilan perlawanan terhadap kemapanan yang korup, sebuah seruan untuk tidak menyerah pada apatisme.

Baca Juga: Rage Against the Machine: Ketika Musik Jadi Senjata Budaya, Bukan Sekadar Hiburan

Melodi Perlawanan yang Tak Pernah Usai

Kedua lagu ini, dari dua band berbeda dengan pendekatan musikal yang khas, pada dasarnya menyuarakan satu hal yang sama: kegelisahan akan ketidakadilan dan harapan akan perubahan. "Mosi Tidak Percaya" adalah fondasi filosofis tentang hak rakyat untuk tidak percaya, sementara "Gugatan Rakyat Semesta" adalah manifestasi energi dan aksi nyata dari ketidakpercayaan tersebut.

Dalam kondisi Indonesia yang terus bergerak dan berubah, di mana tantangan ekonomi, politik, dan sosial selalu ada, lagu-lagu seperti ini akan selalu menemukan tempatnya.

Mereka berfungsi sebagai pengingat bahwa musik bukan hanya hiburan, tetapi juga medium untuk menyuarakan kebenaran, menggalang solidaritas, dan menjadi saksi bisu dari perjuangan panjang sebuah bangsa menuju keadilan dan kemakmuran yang sejati.

Selama masih ada ketidakadilan, melodi perlawanan akan terus dikumandangkan, dari panggung ke jalanan, dari telinga ke hati nurani.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini