SUKABUMIUPDATE.com - Pernahkah Updaters secara tak sengaja mendengarkan musik, lagu dari masa SMP atau SMA, lalu tiba-tiba merasakan gelombang nostalgia yang kuat? Sensasi ini bukan sekadar perasaan biasa. Ada penjelasan ilmiah yang menarik di baliknya, yang melibatkan biologi otak, psikologi, dan faktor sosial yang membentuk kita di masa remaja.
Musik dan bunyi-bunyian memiliki pengaruh besar pada otak manusia. Ketika kita mendengarkan musik, otak secara otomatis memproses irama, melodi, dan harmoni melalui berbagai area, termasuk korteks pendengaran. Proses ini memicu pelepasan dopamin, zat kimia yang terkait dengan rasa senang dan reward, di area otak seperti nukleus akumbens.
Selain itu, musik dapat mengaktifkan amigdala, pusat emosi otak, yang menjelaskan mengapa lagu bisa memicu perasaan sedih, gembira, atau nostalgia. Irama musik juga dapat memengaruhi detak jantung dan pernapasan kita melalui koneksi antara korteks motorik dan sistem saraf otonom, yang pada akhirnya bisa membuat kita merasa lebih rileks atau justru lebih bersemangat.
Baca Juga: Warisan Abadi Kang Acil Bimbo: Lebih dari Sekadar Musik, Suara Kritik dan Perenungan Lintas Generasi
Ikatan emosional yang kuat antara kita dan musik di masa lalu tercipta karena kombinasi unik dari berbagai fenomena. Mari kita bahas lebih dalam mengapa lagu-lagu itu begitu melekat di ingatan kita.
- Otak Mengalami Lonjakan Dopamin
Masa remaja adalah periode krusial di mana otak berkembang pesat, terutama area yang terkait dengan emosi dan rasa senang. Ketika mendengarkan musik favorit, otak melepaskan dopamin, zat kimia yang memicu rasa gembira dan kepuasan.
Menurut studi neurosains, respons otak remaja terhadap dopamin ini jauh lebih kuat dibandingkan usia lainnya. Inilah mengapa lagu-lagu yang kita dengar saat remaja terasa begitu intens dan "nagih". Musik yang kita nikmati seolah memberikan "hadiah" instan ke otak, menciptakan ikatan memori yang tak terlupakan.
- Musik Sebagai Alat Pembentuk Identitas Diri
Di usia remaja, kita sedang aktif mencari jati diri. Musik menjadi "teman" dan sarana ekspresi yang membantu kita menunjukkan siapa kita kepada dunia. Pilihan genre musik—baik itu rock, pop, indie, atau genre lain—menjadi simbol dari kepribadian dan nilai-nilai yang kita anut.
Lagu favorit juga berfungsi sebagai social badge atau "lencana sosial" yang menunjukkan identitas kelompok kita. Kesamaan selera musik menjadi dasar pertemanan yang kuat. Musik menciptakan rasa memiliki, menjadikan kita bagian dari suatu komunitas, dan ikatan ini bertahan lama hingga kita dewasa.
Baca Juga: Tak Sekadar Musik Keras, Kisah Mengerikan Ini Ternyata Disembunyikan The Warning!
- Perekat Hubungan Sosial dan Memori Kolektif
Musik memiliki kekuatan unik untuk menyatukan orang. Ingat momen-momen saat Anda bertukar playlist, merekam lagu dari radio, atau bernyanyi bersama teman-teman? Momen-momen itu tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memperkuat hubungan.
Lagu-lagu yang kita dengarkan bersama menjadi memori kolektif bagi kelompok pertemanan kita. Dengarkan kembali lagu-lagu itu, dan Anda tidak hanya mengingat melodi, tetapi juga wajah, tawa, dan cerita yang terjadi di dalamnya. Ikatan itulah yang membuat sebuah lagu selalu mengingatkan kita pada seseorang atau momen tertentu.
- Fenomena "Reminiscence Bump"
Dalam psikologi, ada fenomena yang disebut reminiscence bump, di mana memori otobiografi (kenangan tentang hidup kita) paling kuat dan paling banyak terbentuk pada masa remaja hingga awal usia 20-an. Periode ini penuh dengan peristiwa penting, seperti cinta pertama, persahabatan, atau kelulusan, yang membentuk fondasi identitas kita.
Musik menjadi pemicu memori yang sangat ampuh. Setiap lagu yang kita dengar di masa remaja seolah terekam bersama kenangan berharga itu. Ketika lagu tersebut diputar kembali, ia secara instan memicu memori tersebut, seolah-olah membawa kita kembali ke masa lalu dalam sekejap.
Lagu-lagu masa remaja terasa begitu spesial bukan hanya karena melodi yang bagus, tetapi karena ia adalah soundtrack kehidupan yang menemani proses kita tumbuh dewasa. Dari dalam otak hingga lingkaran pertemanan, musik memiliki peran yang begitu dalam dan abadi. Jadi, wajar saja jika lagu-lagu itu selalu memicu rasa rindu. Melodi dan liriknya tidak hanya membawa kenangan, tetapi juga menghubungkan kita kembali dengan versi diri kita di masa lalu, yang penuh gairah dan impian. Lagu apa yang menjadi soundtrack hidup, Updaters?
Sumber referensi: Miranda, D. (2013). The Cambridge Handbook of Human Affective Neuroscience. "The role of music in adolescent development: much more than the same old song."