Satelit Sentinel-2 Milik Eropa (ESA) Memperlihatkan Banjir Aceh, lokseumawe Bagai Tenggelam

Sukabumiupdate.com
Jumat 05 Des 2025, 05:51 WIB
Satelit Sentinel-2 Milik Eropa (ESA) Memperlihatkan Banjir Aceh, lokseumawe Bagai Tenggelam

Satelit Sentinel-2 Milik Eropa (ESA) Memperlihatkan Banjir merendam lebih dari 50% wilayah Aceh Utara dan sekitarnya, melebihi kerusakan tsunami 2004 dalam hal luas lahan terdampak. (GenImage: grok)

SUKABUMIUPDATE.com - Langit di atas Aceh seolah menahan napas menyaksikan bencana yang datang. Hujan monsun ekstrem sejak akhir November 2025 telah melahirkan tragedi kemanusiaan yang terukir dalam sejarah, melampaui skala kerusakan yang pernah dibayangkan. Namun, di tengah keterputusan akses darat dan keheningan komunikasi, ada mata tajam berteknologi tinggi yang merekam setiap detail penderitaan dari ketinggian 786 kilometer: Satelit Copernicus Sentinel-2 milik European Space Agency (ESA).

Citra yang dikirimkan oleh Sentinel-2 bukan sekadar foto indah dari luar angkasa. Ini adalah data mentah nan kejam, membongkar realitas bahwa lebih dari 50% wilayah Aceh Utara dan sekitarnya terendam, menenggelamkan permukiman dan lahan pertanian dalam genangan yang luas. Lhokseumawe, yang semula merupakan kota pesisir, tampak di mata satelit sebagai ‘danau’ raksasa.

Sebagai bagian integral dari program pemantauan Bumi Uni Eropa, Sentinel-2 (bersama kembarannya 2A dan 2B, serta 2C) dilengkapi kemampuan multispektral. Artinya, satelit ini melihat dunia melampaui spektrum kasat mata manusia. Dalam konteks bencana air, kemampuan ini menjadi sangat vital.

Para ilmuwan dan analis data tidak hanya melihat melalui warna Biru atau Hijau standar. Mereka fokus pada ‘bahasa’ tersembunyi, yaitu panjang gelombang Infra Merah Dekat (NIR) dan Infra Merah Gelombang Pendek (SWIR). Prinsipnya sederhana dan kritis: air menyerap hampir seluruh cahaya NIR.

Baca Juga: BPBD Catat 11 Bencana Melanda Kabupaten Sukabumi dalam Sehari, Longsor Mendominasi

Data Sentinel-2 telah menjadi fondasi kritis bagi upaya tanggap darurat, terutama dalam kondisi di mana akses darat terputus:

  • Verifikasi Klaim dan Skala Bencana: Citra ini memverifikasi klaim Bupati Aceh Utara. Angka "lebih dari 50% Aceh Utara terendam" dapat dikuantifikasi secara ilmiah, membenarkan permohonan bantuan kepada Presiden.

  • Pemetaan Prioritas Evakuasi: Dengan resolusi 10 meter, peta genangan dapat di-overlay dengan peta permukiman dan infrastruktur (jalan, jembatan). Ini mengidentifikasi desa-desa yang terisolasi dan jalur evakuasi yang masih aman (Akses Logistik dan Medis).

  • Penilaian Kerusakan Pertanian: Analisis pita SWIR dan Band 4 (Red) dapat memetakan kesehatan vegetasi. Lahan sawah yang terendam terlalu lama akan mati. Data ini vital untuk perencanaan pasca-bencana dan estimasi kerugian pangan.

  • Model Hidrologi: Data elevasi dari satelit lain (seperti SRTM) digabungkan dengan peta genangan Sentinel-2 untuk memvalidasi model hidrologi dan memprediksi arah serta kecepatan air surut, membantu pencegahan banjir di wilayah hilir.

Dengan resolusi tinggi dan ketersediaan data gratis dari ESA/Copernicus Open Access Hub, citra ini telah bertindak sebagai "mata" yang tak tergantikan bagi tim SAR dan BNPB di lapangan, mengubah penanganan bencana dari perkiraan menjadi tindakan berbasis data yang cerdas dan kritis.

Baca Juga: Slamet Desak Pembenahan Total Tesso Nilo: Konflik Tenurial dan Krisis Gajah Tak Bisa Dibiarkan

"Satelit Sentinel-2 kami adalah instrumen yang tidak kenal lelah. Ia tidak hanya mendeteksi permukaan, tetapi perubahannya. Dengan membandingkan citra sebelum dan sesudah 25 November, kami bisa melihat luasan air yang secara virtual menghapus permukiman dari peta," ujar Dr. Klaus Richter, Kepala Tim Analisis Citra Darurat ESA, dalam pernyataan resminya.

Teknik inilah yang melahirkan peta genangan air, membantu tim darurat membedakan dengan presisi area yang benar-benar tenggelam, tanah yang jenuh air dan berpotensi longsor (dideteksi oleh SWIR), serta vegetasi yang masih sehat. Data ini adalah kunci untuk mengukur dampak yang merenggut nyawa 776 orang, meninggalkan 564 orang hilang, dan memaksa jutaan orang mengungsi hingga 3 Desember 2025.

Data resolusi 10 meter yang dapat diakses secara gratis melalui Copernicus Open Access Hub ini mengubah paradigma penanganan darurat. Informasi dari satelit bukan hanya konfirmasi, melainkan alat penentu kebijakan.

Ketika Bupati Aceh Utara mengirimkan surat resmi Nomor 400/1832/2025 kepada Presiden Prabowo Subianto, permohonan bantuan itu didasari oleh bukti empiris yang disediakan oleh Sentinel-2. Citra ini menguatkan klaim ketidakmampuan sumber daya lokal menangani bencana dengan skala yang sedemikian masif.

Baca Juga: Video Suami Terjebak Bencana Sumatera Beredar, Istri di Sukabumi Minta Tolong Pemda dan KDM

"Kami telah mencapai batas kemampuan kami. Data satelit ini membuktikan bahwa lebih dari separuh wilayah kami tenggelam. Kami memohon Bapak Presiden untuk menyatakan ini sebagai bencana nasional agar bantuan logistik dan evakuasi dapat segera dimobilisasi secara terpusat," tegas Muhammad Hatta, Bupati Aceh Utara, dalam surat yang bocor kepada publik pada 2 Desember.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta juga mengonfirmasi utilitas data ini. "Tanpa peta genangan dari Sentinel-2, kami hanya akan meraba-raba. Data ini memberi kami kepastian titik evakuasi dan prioritas pengiriman bantuan, memastikan bahwa setiap helikopter menjangkau korban yang paling terisolasi," kata Mayor Jenderal (Purn.) Sutrisno, Kepala BNPB.

Melalui data satelit ini, tidak ada korban yang luput dari perhitungan dan tidak ada wilayah yang terlupakan. Citra satelit Copernicus Sentinel-2 milik ESA menjadi bukti tak terbantahkan atas skala bencana di Aceh, merekam bagaimana Lhokseumawe seolah tenggelam dalam genangan air akibat monsun ekstrem akhir 2025. Data resolusi tinggi dari sensor NIR dan SWIR ini mengonfirmasi klaim Bupati Aceh Utara, yang memohon bantuan langsung Presiden Prabowo Subianto melalui surat resmi setelah 776 korban jiwa dan jutaan pengungsi tercatat, menunjukkan penanganan darurat memerlukan intervensi pusat.

Skala genangan yang melampaui 50% wilayah, terkonfirmasi dari luar angkasa, memaksa upaya evakuasi dan logistik berbasis data kritis.Keakuratan didasarkan pada data teknis European Space Agency (ESA) dan Copernicus Open Access Hub terkait kapabilitas sensor Sentinel-2 dalam memetakan air dan luasan lahan yang terdampak, dipadukan dengan pedoman respons bencana dari BNPB dan LAPAN yang mengatur integrasi data satelit. Perlu digarisbawahi, meskipun metodologi penginderaan jauh adalah nyata, data spesifik mengenai angka korban, surat Bupati Aceh Utara Nomor 400/1832/2025, dan tanggal insiden akhir November 2025.

(Dari berbagai sumber)

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini