Engkreg: Angkut Pasien hingga Hasil Bumi, Motor Modif Andalan Warga Pelosok Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Jumat 02 Mei 2025, 19:54 WIB
Engkreg: Angkut Pasien hingga Hasil Bumi, Motor Modif Andalan Warga Pelosok Sukabumi

Engkreg, sepeda motor modifikasi andalan warga di pelosok Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah kerasnya medan Pajampangan, Kabupaten Sukabumi, warga tidak menyerah pada keterbatasan infrastruktur. Mereka menciptakan solusi kreatif: sepeda motor modifikasi bernama engkreg, yang menjadi andalan untuk menjelajah jalan berbatu, berlumpur, hingga tanah curam.

Dadun (31 tahun), warga Kampung Bojongwaru 2, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, membagikan kisah bagaimana engkreg menjadi penopang hidup masyarakat. Motor ini bukan sekadar alat transportasi, namun juga harapan untuk mengangkut hasil pertanian dari ladang terpencil ke jalan raya yang bisa dijangkau kendaraan roda empat.

"Kalau jalan berbatu, berlumpur, atau tanah dalam, motor biasa enggak bisa lewat, apalagi mobil. Nah, engkreg bisa,” kata dia kepada sukabumiupdate.com pada Jumat (2/5/2025).

Engkreg kebanyakan berbasis Honda Revo yang dirombak habis-habisan. Hanya mesin, rangka, dan roda yang tersisa dari bentuk aslinya. Tangki diganti jeriken, digantung pada setang yang sudah dimodifikasi agar lebih tinggi. Sementara gir depan dan belakang diperbesar untuk mendukung beban berat. Behel tambahan dipasang agar muatan lebih stabil.

Baca Juga: Engkreg Jadi Andalan! Angkut Logistik Pilkada Lintasi Tanah dan Sungai di Pelosok Sukabumi

Proses modifikasi ini tidak murah, tetapi sepadan dengan manfaatnya. “Beli motor bekas Rp 4 juta, modifikasi sekitar Rp 4 juta. Kalau lebih mantap, totalnya sampai Rp 10 juta,” jelas Dadun.

Engkreg memiliki fungsi yang luas. Selain menjadi kendaraan utama untuk mengangkut hasil bumi seperti padi dan buah-buahan, motor ini juga sering digunakan untuk membawa material bangunan, bahkan mengantar warga sakit atau pasien ke posyandu atau puskesmas.

Tarif jasanya bervariasi, tergantung medan dan cuaca. “Musim kemarau sekitar Rp 1.000 per kilogram. Tapi kalau hujan, jalan licin, tarif bisa naik jadi Rp 1.500 atau Rp 2.000,” ujar Dadun. Sekali angkut, engkreg mampu membawa lebih dari 150 kilogram barang.

Dengan daya tahan tinggi di medan ekstrem, engkreg menjadi alat vital bagi kehidupan masyarakat di pelosok, antara lain di Kecamatan Tegalbuleud, Cidolog, dan Lengkong. Warga seperti Dadun telah menggantungkan hidup pada kendaraan ini selama puluhan tahun.

“Kami yang berada di Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, sudah hampir puluhan tahun mengandalkan engkreg. Dari ladang atau hutan, kami harus menempuh jarak 2-3 kilometer sebelum mencapai jalan aspal yang jaraknya 6-7 kilometer dari desa. Tanpa engkreg, rasanya mustahil,” kata Dadun penuh rasa syukur.

Engkreg bukan hanya motor modifikasi, melainkan simbol ketangguhan warga Pajampangan. Dalam kesederhanaannya, motor ini membuktikan keterbatasan bukan halangan untuk terus melangkah.

Berita Terkait
Berita Terkini