SUKABUMIUPDATE.com - Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian dan akan sampai kepada siapapun meski berada ditempat tinggi atau dalam benteng yang kokoh. Hal ini sebagaimana yang tertera dalam Al-Quran surat Ali ‘Imran ayat 185.
Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Setiap jiwa pasti merasakan mati,” (QS Ali ‘Imran ayat 185)
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang, tanpa memandang siapa pun, kapan, di mana, atau dalam kondisi apa seseorang berada. Saat ajal tiba, tak ada satu pun yang bisa menghindar darinya.
Kematian juga menjadi jembatan penghubung antara dua alam kehidupan: dunia dan akhirat. Dunia merupakan tempat kita menanam amal dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi. Apa yang kita petik di akhirat kelak adalah hasil dari apa yang kita tanam semasa hidup di dunia.
Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa orang yang mempersiapkan diri untuk bekal setelah kematian adalah orang yang bijaksana. Sebaliknya, mereka yang larut dalam kenikmatan dunia dianggap sebagai orang yang lemah.
Lalu, bagaimana cara mempersiapkan diri menyambut kematian? Berikut penjelasannya, sebagaimana dilansir dari NU Online.
1. Melakukan Amal Saleh
Allah menetapkan dua syarat bagi siapa saja yang ingin berjumpa dengan-Nya di surga, yaitu menjalankan amal saleh dan menjauhi perbuatan syirik. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
فَمَنْ كانَ يَرْجُوا لِقاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal shalih dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun.” (QS al-Kahfi: 110).
Amal saleh yang dimaksud dalam ayat ini mencakup segala perbuatan baik yang dilakukan dengan tulus, tanpa pamer (riya), dan sesuai dengan ajaran syariat. Menurut Syekh Mu’adz, sebagaimana dikutip Imam al-Baghawi dalam tafsirnya, amal saleh terdiri dari empat unsur penting: ilmu, niat yang benar, kesabaran, dan keikhlasan.
2. Menjauhi Perbuatan Tercela
Selain beramal saleh, hal yang tak kalah penting adalah menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Yang dimaksud perbuatan tercela mencakup segala hal yang diharamkan maupun makruh.
Meninggalkan yang haram hukumnya wajib, sedangkan meninggalkan perkara makruh bersifat sunah. Ulama juga menganjurkan mengurangi aktivitas mubah (boleh) yang tidak memiliki manfaat.
Para ulama salaf sangat menjaga diri dari perbuatan tercela. Bagi mereka, bukan hanya keharaman dan kemakruhan yang dihindari, tetapi juga perkara-perkara mubah yang berpotensi melalaikan hati.
Hal ini karena maksiat dapat menimbulkan noda hitam dalam hati, membuat hati menjadi keras, sulit menerima kebenaran, dan malas beribadah.
Semakin seseorang berhati-hati dari hal-hal yang diharamkan, semakin tinggi pula kedudukannya di sisi Allah. Para ulama kemudian membagi tingkat kewara’an (kehati-hatian terhadap hal haram) ke dalam empat tingkatan:
- Pertama, wara’ orang-orang adil, yaitu meninggalkan hal-hal haram sesuai dengan fatwa para ahli fikih.
- Kedua, wara’ orang saleh, yakni menghindari kemudahan-kemudahan dengan memilih hukum-hukum yang lebih ketat.
- Ketiga, wara’ orang-orang bertakwa, yaitu menjauhi hal-hal mubah yang bisa mengarah pada perbuatan haram.
- Keempat, wara’ orang-orang yang benar-benar jujur, yakni meninggalkan semua hal mubah, meskipun tidak berpotensi menjerumuskan ke dalam keharaman. Mereka mengisi seluruh waktu mereka dengan ibadah, tanpa membiarkannya berlalu sia-sia.
3. Segera Bertaubat
Setiap manusia pasti pernah berbuat salah dan berdosa. Kesalahan merupakan hal yang wajar terjadi pada manusia. Yang menjadi persoalan adalah jika seseorang membiarkan dirinya terus-menerus tenggelam dalam dosa tanpa usaha memperbaikinya.
Karena kematian bisa datang kapan saja tanpa dapat diprediksi, setiap orang dituntut untuk segera bertaubat setiap kali berbuat dosa, agar terhindar dari akhir hidup yang buruk (su’ul khatimah). Agama pun sangat menganjurkan agar kita selalu memperbarui tobat atas segala bentuk maksiat yang pernah dilakukan.
Demikianlah uraian mengenai tiga cara mempersiapkan diri menghadapi kematian. Semoga bermanfaat.
Sumber: NU Online