SUKABUMIUPDATE.com – Inovasi bahan bakar alternatif Bobibos tengah menjadi sorotan publik setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi “KDM” Mulyadi, resmi menjalin kerja sama untuk mengolah limbah jerami menjadi bahan bakar nabati ramah lingkungan.
Terlebih, produk yang dikembangkan pemuda asal Jonggol ini diklaim memiliki angka oktan (RON) 98 dan seluruh risetnya dilakukan di Indonesia.
Mengutip Tempo.co, Dosen Teknik Mesin dan Biosistem IPB University, Leopold Oscar Nelwan, menjelaskan bahwa jerami dapat diperlakukan sebagai biomassa lignoselulosa dalam proses konversi menjadi bahan bakar kendaraan.
Produk yang namanya merupakan akronim dari "Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!" itu diklaim ramah lingkungan karena dibuat dari limbah jerami. Digagas oleh pemuda asal Jonggol, Jawa Barat, riset dan pengembangan Bobibos dilakukan 100 persen di dalam negeri.
Baca Juga: 58,556% Progres Tol Bocimi Seksi 3: Melihat Target dan Realisasi Seksi 4
Leopold mengatakan masyarakat harus mengetahui bahwa yang dimaksudkan dengan bahan bakar adalah hidrokarbon. "Bukan etanol atau biodiesel karena hanya hidrokarbon yang memenuhi standar komersial jika dipasarkan secara murni untuk engine,” ujarnya Leopold melalui keterangan pada Kamis, 20 November 2025.
Hidrokarbon merupakan senyawa yang tersusun dari karbon dan hidrogen. Senyawa ini umumnya diklasifikasikan menjadi paraffin, isoparaffin, olefin, dan aromatic. Jumlah karbon, kata Leopold, menentukan sifat fisik dan penggunaan bahan bakar tersebut, misalnya bensin berada pada rentang C5-C12 dan solar C12-C20.
Menurut Leopold, banyak jalur konversi biomassa lignoselulosa menjadi hidrokarbon, meski sebagian besar masih pada tahap penelitian. Beberapa jalur populer yang dimaksudkan meliputi termokimia seperti gasifikasi, dilanjutkan dengan sintesis fischer–tropsch (FT), serta pirolisis cepat yang menghasilkan bio-oil yang dilanjutkan melalui proses hydrotreating.
Selain itu, Leopold menjelaskan bahwa konversi dilakukan melalui hidrolisis monosakarida, baik direct sugar to hydrocarbon conversion maupun via etanol dengan mekanisme alcohol to hydrocarbon. “Dari seluruh proses tersebut, yang paling mendekati tahap komersialisasi adalah gasifikasi dan FT karena prinsipnya telah diterapkan pada konversi batu bara,” tuturnya.
Masih ada tahapan-tahapan proses konversi, baik dari proses termokimia maupun melalui hidrolisis monosakarida yang memerlukan katalis khusus. Proses itu juga membutuhkan kondisi operasi bersuhu dan bertekanan tinggi. Biaya konversi (energi), Leopold menyebutkan, masih menjadi tantangan besar.
“Beberapa literatur menyebutkan biaya untuk menghasilkan satu liter bahan bakar melalui proses FT dari batu bara mencapai 0,8-1,6 US$,” ucapnya. “Biaya prosesnya bisa lebih dari empat kali harga batu bara.”
Leopold menegaskan, konsep konversi limbah biomassa menjadi bahan bakar merupakan bagian dari biofuel generasi kedua yang mendukung keberlanjutan. Namun, tetap saja, teknologi tersebut belum luas diterapkan karena investasi dan biaya proses yang tinggi.
Leopold menilai klaim biaya produksi rendah perlu dihitung kembali, termasuk faktor energi dan investasi. Ia menyimpulkan bahwa teknologi ini berpotensi meningkat kelayakannya atau bisa bersaing apabila harga bahan bakar fosil naik atau dibatasi.
Penemu Bobibos, Muhammad Ikhlas Thamrin, mengatakan produksi 3.000 liter bahan bakar berbasis nabati itu membutuhkan sekitar 9.000 ton jerami atau setara 1 hektare sawah padi. Chief Executive Officer PT Inti Sinergi Formula itu mengatakan limbah batang kering dari tanaman padi diekstraksi dengan serum.
“Menggunakan mesin yang kami rancang. Ada lima tahap atau proses agar bahan baku tersebut menjadi bahan bakar ramah lingkungan Bobibos," kata Ikhlas kepada Tempo di Jonggol pada 11 November 2025.
Kolaborasi Bobibos dan KDM
Dukungan terhadap inovasi Bobibos turut datang dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Sebelum menjalin kerja sama, KDM telah melakukan uji coba bahan bakar Bobibos pada mesin traktor di wilayah Lembur Pakuan, Selasa (11/11/2025).
Ia menilai limbah jerami yang selama ini terabaikan memiliki potensi besar untuk menjadi energi alternatif ramah lingkungan.
Kerja sama tersebut kemudian diformalkan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada Sabtu (15/11/2025). KDM akan menyediakan bahan baku jerami dan lokasi uji coba pembuatan Bobibos di Lembur Pakuan.
Dimana dikutip dari kanal YouTubenya, disaat bersamaan di Lembur Pakuan pun sedang memasuki masa panen, sehingga menjadi momentum yang tepat untuk pengolahan jerami.
“Dan yang paling utama adalah membuktikan kepada publik. Toh kita kan uji coba bukan untuk diperjualbelikan ke publik. Kita uji coba untuk digunakan di internal saya. Di motor yang saya punya, di mobil yang saya punya, di traktor yang saya punya,” ujar KDM dikutip Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (21/11/2025).
Dalam kesepakatan MoU yang telah disepakati oleh Dedi Mulyadi dan Bobibos, KDM dalam hal ini akan menyediakan bahan jerami yang dibutuhkan untuk pembuatan BBM Bobibos dan menyediakan lokasi untuk uji cobanya.
Sumber: Tempo.co

