Ratusan Siswa Keracunan MBG di Bogor: Pemkot Tetapkan KLB dan Temukan Bakteri di Makanan

Sukabumiupdate.com
Selasa 13 Mei 2025, 16:26 WIB
Ilustrasi. Korban keracunan. (Sumber Foto: Freepik)

Ilustrasi. Korban keracunan. (Sumber Foto: Freepik)

SUKABUMIUPDATE.com – Kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) di sekolah kembali mencuat, kali ini menimpa ratusan pelajar di Kota Bogor. Pemerintah setempat menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) dan mengungkap hasil laboratorium atas menu MBG yang diduga menjadi penyebab keracunan tersebut.

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel sisa makanan berupa nasi, telur mata sapi, tahu, tumis toge, serta beberapa bahan lainnya selama kurang lebih empat hari terakhir, ditemukan adanya bakteri berbahaya.

"Bakteri e.coli dan salmonella ini didapat dari dua jenis makanan yang disajikan kepada siswa, mengakibatkan lebih dari 200 siswa terdampak," ucap Dedie A. Rachim dikutip dari laman Pemkot Bogor, Rabu (13/5/2025).

Dedie menyampaikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut berasal dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bogor. Sementara itu, hasil uji tambahan seperti kualitas air dan pemeriksaan langsung terhadap kondisi tubuh siswa yang terdampak masih menunggu hasil lebih lanjut.

Baca Juga: Hasil Polling Sukabumiupdate.com: 80% Warganet Minta Program MBG Dihentikan

Dari hasil pemeriksaan pada pelajar yang terdampak, Dedie menegaskan ke depan peristiwa serupa tidak boleh terjadi lagi.

"Kita juga meminta mungkin SOP-nya lebih diperketat lagi, dan mungkin juga pengawasan, jadi jangan kemudian dianggap sepele karena ini betul-betul menurut kami ini sesuatu yang sangat serius, mengingat saat terdampak adanya dugaan keracunan makanan, maka Pemerintah Kota Bogor harus ikut serta terlibat terutama di penanganan medisnya," tegasnya.

Sebagai langkah cepat, Pemkot Bogor menetapkan status KLB agar penanganan medis di seluruh rumah sakit Kota Bogor dapat didanai melalui APBD.

"Intinya ini jadi tanggung jawab kita bersama, ke depan harus kita perbaiki dan jangan sampai terjadi lagi, karena ini betul-betul harus menjadi perhatian kita bersama," tutur Dedie Rachim.

Dedie juga menambahkan bahwa saat ini masih ada siswa yang menjalani perawatan, namun jumlahnya terus menurun seiring dengan membaiknya kondisi mereka.

Berita Terkait
Berita Terkini