Reset Indonesia: Dandhy Laksono dan VoB Bersua di Kaki Cikuray

Sukabumiupdate.com
Rabu 26 Nov 2025, 14:57 WIB
Reset Indonesia: Dandhy Laksono dan VoB Bersua di Kaki Cikuray

Dandhy Laksono dan Voice of Baceprot (VoB) bersinergi di Garut menyerukan #ResetIndonesia. Jurnalis kritis dan trio metal berhijab ini menyatukan visi pergerakan dan ideologi anti-status quo. (Foto Istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com - Fenomena Voice of Baceprot (VoB) tidak bisa dipisahkan dari narasi kritis Indonesia. Dan, sinergi ini mencapai titik validasi penting ketika jurnalis investigatif terkemuka, Dandhy Laksono, mengunjungi markas mereka. Momen pertemuan ini, yang terjadi di fase awal karier global VoB (sekitar 2017-2018), bukan sekadar endorsement seorang tokoh, tetapi menjelma penyatuan dua kekuatan naratif yang sama-sama berjuang untuk "Me-reset Indonesia" satu melalui lensa dokumentasi media yang tajam, satu lagi melalui distorsi metal yang keras. Pertemuan ini menjadi krusial karena menghubungkan pesan rock pinggiran dengan wacana intelektual kritis di pusat aktivisme Indonesia.

Dandhy Laksono dikenal luas sebagai salah satu jurnalis, aktivis, dan sineas dokumenter paling vokal dan berpengaruh di Indonesia pasca-Reformasi. Ia adalah pendiri WatchDoc Documentary, sebuah rumah produksi independen yang mengubah wajah jurnalisme investigatif di Indonesia melalui film-film dokumenter yang berani mengkritik kebijakan negara, korporasi, dan elite politik. Karya-karya Dandhy, seperti film Sexy Killers atau seri liputan lain, seringkali viral dan memicu diskusi publik yang luas mengenai dampak pertambangan, energi, dan oligarki di negeri ini. Reputasinya sebagai sosok yang gigih mencari kebenaran di balik narasi mainstream menjadikannya penentu otoritas moral di kalangan aktivis.

Pergerakan Dandhy yang paling ikonik dan relevan dengan pertemuan ini adalah Ekspedisi Indonesia Biru (EIB). EIB merupakan proyek dokumenter jangka panjang yang dilakukan secara mandiri, di mana tim WatchDoc melakukan perjalanan keliling Indonesia menggunakan motor selama ratusan hari. Tujuan EIB adalah mendokumentasikan Indonesia dari perspektif "pinggiran" mencari dan mengangkat suara-suara yang terpinggirkan, masalah-masalah struktural di daerah terpencil, serta dampak pembangunan yang tidak adil yang sering diabaikan oleh media konvensional. Pendekatan ini secara fundamental berbeda dari peliputan yang Jawa-sentris, memastikan bahwa realitas sosial di lokasi terpencil mendapatkan panggung yang layak.

Baca Juga: Mengintip Skena Hip-Hop Garut Kuatkan Identitas Sunda-Global Lewat Musik Rap, Tak Masalah!

Pengakuan Dandhy Laksono menguatkan narasi bahwa VoB adalah suara otentik dari daerah yang termarjinalkan, yang berani bersuara lantang menantang ketidakadilan.Pengakuan Dandhy Laksono menguatkan narasi bahwa VoB adalah suara otentik dari daerah yang termarjinalkan, yang berani bersuara lantang menantang ketidakadilan. (Foto:@dandhy_laksono and @sittivob)

Konsep sentral yang menyatukan seluruh karya Dandhy baik film, tulisan, maupun postingan media sosial adalah seruan untuk "Me-reset Indonesia" atau "Reset Indonesia". Frasa ini jauh melampaui perubahan politik permukaan; ia menuntut audit total terhadap sistem yang diwarisi sejak era Orde Baru, termasuk struktur ekonomi yang timpang, ketidakadilan agraria, dan kerusakan lingkungan masif akibat eksploitasi sumber daya alam. Visi ini menyerukan perubahan paradigma, menolak pembangunan yang didominasi elit, dan menuntut perhatian serius pada hak-hak masyarakat adat serta keadilan distributif. Inilah latar belakang ideologis yang dibawa Dandhy ketika ia memutuskan untuk mendokumentasikan sebuah band metal perempuan dari Garut.

Kunjungan Dandhy ke studio VoB yang terletak di Desa Kadondong, Banjarwangi, di kaki Gunung Cikuray, Garut, menegaskan kesamaan visi dan komitmen untuk mengangkat narasi dari pinggiran. Lokasi ini bukan kebetulan; ia menunjukkan komitmen Dandhy pada narasi otentik yang ia cari melalui EIB, sekaligus menyoroti akar punk rock dan metal VoB yang tumbuh dari komunitas dan kesederhanaan pedesaan, jauh dari gemerlap label rekaman besar. Di tempat inilah Dandhy bertemu dengan Marsya (Gitar/Vokal), Siti (Drum), dan Widi (Bass).

Momen Dandhy Laksono berinteraksi dengan instrumen band tersebut diabadikan dalam sebuah foto penting. Ia berpose memegang gitar milik band, yang ia deskripsikan sendiri dengan mencantumkan detail geografis yang sangat spesifik dan identitas band yang unik: "Dandhy Laksono sedang mencoba gitar Voice of Baceprot, grup rock metal yg semua personilnya berjilbab. Kami sedang di studio mereka di pedalaman Garut, tepatnya di kaki Gunung Cikuray, Desa Kadondong, Banjarwangi." Foto dan caption yang diterima Sukabumiupdate.com (26/11) ini tidak hanya bersifat dokumenter, tetapi juga deklaratif, menegaskan bahwa subjek ini patut diperhatikan oleh khalayak yang peduli pada isu sosial-politik.

Baca Juga: Padi Reborn Kukuhkan Lagi Identitas Musikalitas Lewat Ego Simfoni Cinta yang Menang Atas Amarah

Secara simbolis, pose Dandhy dengan gitar metal adalah pengakuan yang mendalam. Ia mengakui VoB bukan hanya sebagai sensasi musik karena identitas hijab mereka, tetapi sebagai subjek penting dalam dokumentasi sosial Indonesia. Ini adalah validasi dari seorang jurnalis hardcore terhadap musik hardcore. Kehadiran Dandhy di Garut menggarisbawahi bahwa pesan VoB yang tertuang dalam lagu-lagu awal mereka yang menyentil toleransi, kerusakan lingkungan (The Enemy of Earth is You), dan ketidakadilan adalah suara yang relevan dengan narasi reformasi dan perubahan yang diperjuangkan oleh kalangan aktivis.

Voice of Baceprot siap me-Reset Indonesia. Siti (drum); Marsya (gitar, vokal); dan Widi (bass).Voice of Baceprot siap me-Reset Indonesia. Siti (drum); Marsya (gitar, vokal); dan Widi (bass) (Foto:Istimewa).

Inti dari sinergi ini terletak pada kesamaan ideologis yang diusung kedua pihak, terangkum dalam seruan "Me-reset Indonesia". Ini melahirkan sebuah foto terpisah yang sangat kuat secara simbolis, yang memperlihatkan anggota VoB memegang Buku Dandhy Laksono. Meskipun Dandhy memiliki berbagai publikasi yang relevan, tindakan memamerkan buku ini mengindikasikan bahwa pesan Dandhy telah menembus batas medium jurnalistik dan diakui oleh seniman sebagai sumber inspirasi.

Tindakan VoB memamerkan karya Dandhy menegaskan bahwa mereka secara aktif mengapresiasi dan mengadopsi semangat kritis dan ideologi yang dipaparkan dalam tulisan-tulisannya. Buku-buku Dandhy, yang sering membahas isu-isu struktural, ketidakadilan, dan kritik terhadap pembangunan pasca-Reformasi, sangat selaras dengan lirik VoB yang lantang menyuarakan masalah sosial dan politik. Hal ini membuktikan bahwa bagi VoB, musik adalah instrumen advokasi yang didasarkan pada kesadaran sosial yang mendalam, menjadikan karya Dandhy sebagai salah satu referensi intelektual mereka.

Sinergi ini, yang awalnya didokumentasikan di Garut, terbukti bersifat berkelanjutan dan relevan hingga hari ini. Hal ini dikonfirmasi oleh post terbaru Dandhy di Instagram, di mana ia secara eksplisit menggunakan hashtag yang sama, menegaskan inti pesan pertemuan tersebut: #ResetIndonesia dari studio VoB - @voiceofbaceprot. Konfirmasi yang berulang ini menepis anggapan bahwa pertemuan itu hanya sebatas kolaborasi promosi, melainkan sebuah ikatan ideologis yang didasari oleh misi kolektif untuk menantang status quo.

Baca Juga: Kaleidoskop Musik 2025: Ceria Dari Jaket Harajuku J-Rocks Sampai Hype YOASOBI

Interaksi dengan Dandhy Laksono memberikan dampak strategis yang signifikan pada awal karier VoB. Dokumentasi dari Dandhy dan platform WatchDoc yang kredibel memberikan VoB legitimasi sosiopolitik yang amat penting. VoB berhasil melampaui stigma novelty musik sebagai band metal berhijab dan diakui sebagai fenomena sosial-politik yang membawa pesan mendalam. Legitimasi ini membantu mereka menembus batas genre dan menarik perhatian di kalangan aktivis, akademisi, dan intelektual audien kunci yang sangat dipengaruhi oleh karya-karya Dandhy.

Legitimasi dari kalangan intelektual kritis ini menjadi fondasi bagi VoB untuk kemudian menapaki panggung internasional. Pengakuan Dandhy Laksono menguatkan narasi bahwa VoB adalah suara otentik dari daerah yang termarjinalkan, yang berani bersuara lantang menantang ketidakadilan. Hal ini membantu mereka membentuk citra sebagai band yang membawa substansi, bukan sekadar sensasi visual, sebuah narasi yang sangat kuat ketika mereka mulai mendapat sorotan dari media-media global.

Pertemuan di kaki Cikuray Dandhy-VOB adalah sebuah momen penting dalam sejarah musik dan aktivisme Indonesia. Ia menandai titik temu di mana metal bertemu jurnalisme investigatif, keduanya berpadu dalam upaya kolektif untuk menantang dan mereset kondisi bangsa. Sinergi ini mengajarkan bahwa seni paling ekstrem sekalipun dapat menjadi saluran yang kuat untuk pergerakan paling kritis.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini