Aksi Literasi Kemanusiaan Sehati: Jejak Kemanusiaan dari Sukabumi untuk Negeri

Sukabumiupdate.com
Jumat 08 Agu 2025, 19:00 WIB
Aksi Literasi Kemanusiaan Sehati: Jejak Kemanusiaan dari Sukabumi untuk Negeri

Tim Sehati, yayasan yang bergerak di bidang kebencanaan dan sosial, namun tetap berpijak pada semangat gotong royong lokal. (Sumber: dok sehati)

SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah bentang alam Sukabumi yang indah, tersimpan kisah tentang ketimpangan pembangunan dan ancaman bencana yang tak pernah jauh dari keseharian warganya. Dari keresahan itu, lahirlah sebuah gerakan kemanusiaan yang kini dikenal dengan nama Sehati sebuah yayasan yang mayoritas bergerak di bidang kebencanaan dan sosial, namun tetap berpijak pada semangat gotong royong lokal.

Didirikan oleh anak-anak muda Sukabumi yang menolak berpangku tangan melihat ketidakmerataan bantuan, Sehati telah menempuh perjalanan panjang sejak masih berbentuk komunitas hingga menjadi lembaga resmi yang dipercaya mengelola zakat, infak, dan sedekah.

Berdirinya Sehati dan Motif di Baliknya

Mulanya pada 2018, Sehati adalah sebuah komunitas yang belum berlegalitas, namun fokusnya tetap sama: aksi kemanusiaan. “Fokus kita tidak berubah sampai sekarang,” ujar Founder Sehati, Andri Kurniawan yang akrab disapa Abah Zeans dalam wawancaranya kepada sukabumiupdate.com pada Rabu (6/8/2025).

Kemudian pada 2019, ketika terjadi bencana Palu, ada beberapa desakan dari kawan-kawan termasuk dari Ketua Dewan Pembina agar komunitas ini dilegalkan. “Alhamdulillah tanggal 18 Oktober tahun 2018 kami mendapatkan SK, kemudian di tahun 2022 Alhamdulillah Sehati mendapatkan izin untuk mengelola zakat, infak, sedekah dari Dompet Dhuafa,” jelasnya.

Baca Juga: Dinkes Sukabumi Tunggu Hasil Uji Sampel MBG, Dugaan Keracunan Pelajar Cidolog

Motivasi awal lahir dari keresahan anak-anak muda terkait kondisi Sukabumi, baik kota maupun kabupaten. “Kita dipertontonkan dengan kondisi masyarakat kita yang memang belum untung oleh pemerintah secara merata. Apalagi kalau kita melihat kondisi di pelosok Sukabumi, sangat jauh sekali perbedaannya. Maka dari itu Sehati lahir, Sehati menggarap beberapa program dengan kekuatan relawan lokal semuanya, anak Sukabumi semuanya,” ujarnya.

Relawan Sehati berjumlah sekitar 40 orang, kebanyakan pasangan suami-istri. “Jadi suami dengan istrinya ikut menjadi relawan,” tambah Abah Zeans.

Visi dan Misi Sehati

“Yang pertama menjadikan lembaga kemanusiaan yang transparan, kedua memberikan bantuan kepada masyarakat secara berkelanjutan,” kata Abah Zeans.

Program yang Saat Ini Dilakukan

Saat ini Sehati tengah menggarap sejumlah program yang bermanfaat langsung bagi masyarakat. “Kami sedang membuat sumur bor untuk pesantren, pembuatan jembatan gantung yang ke-11 di Jamoang Tengah. Minggu ini kita rencana ada beberapa program, salah satunya di Pasar Berkah,” jelasnya.

Baca Juga: Fenomena One Piece, Pengakuan Pedagang Bendera di Sukabumi Jelang Agustusan 2025

Dari Mana Dukungan Finansial Sehati?

“Kalau sumber dana kita tentunya mungkin dari para donatur ya, baik dari warga Sukabumi maupun dari luar Sukabumi,” ungkapnya.

Mengapa Sehati Memilih Fokus Terhadap Aksi Kemanusiaan

“Sukabumi memang 47 kecamatan. Jika kita lihat masih banyak daerah-daerah yang secara pembangunan tidak merata. Di kebencanaan, Sukabumi berada di zona merahnya bencana, jadi kurang lebih ada 13 jenis bencana di Sukabumi itu ada, termasuk bencana terdekat kita itu gempa bumi megathrust,” jelas Abah Zeans.

“Makanya di situ kami lebih fokus kepada membangkitkan semangat anak-anak muda untuk menjunjung nilai kemanusiaan. Kita edukasi baik ke sekolah, kampus, supaya ketika terjadi permasalahan sosial di Sukabumi paling tidak mereka memiliki perannya masing-masing,” tambahnya.

Selain itu, Sehati juga mengadakan program pengadaan buku, pembangunan pesantren, madrasah, dan masjid.

Baca Juga: Kondisi Terkini Sopir Angkot Terbakar di Sukaraja: Luka Bakar 30 Persen, Masih Dirawat Intensif

Tantangan Terbesar yang Dihadapi Sehati

“Tantangan terbesar itu masalah biaya, dana. Jadi kita punya segudang program dengan kondisi Sukabumi yang sangat kompleks, sementara kita masih sangat kecil dalam penghimpunan hingga akhirnya program kita bisa berjalan, tapi butuh waktu yang sangat lama, tidak begitu cepat,” ungkap Abah Zeans.

Pihak yang Bekerja Sama dengan Sehati

“Kalau mitra siapa pun boleh, kami terbuka. Namun kami sudah memiliki komitmen untuk tidak menerima bantuan dari partai politik, bahkan dari pemerintah pun tidak mau menerima. Kita ingin sesuai amanah para guru-guru kita untuk membantu masyarakat gunakanlah dana-dana yang dari infak sedekah, itu akan memberikan dampak yang luar biasa,” jelasnya.

Cara Sehati Memperluas Dampaknya

“Kami membuat jaringan relawan di beberapa lokasi di Sukabumi. Kami mencari orang-orang baik untuk menambah himpunan dana yang pada akhirnya kita akan lebih luas membantu masyarakat, karena memang yang menjadi permasalahan selama ini ya itu di sisi finansial,” kata Abah Zeans.

Pengalaman Paling Berkesan di Lapangan

“Saya pernah tidak makan selama tiga hari waktu bencana Palu. Jadi ketika itu saya diminta menjadi komandan posko, kita ada beberapa tim, salah satunya tim SAR-nya itu dari Ponorogo. Pada waktu itu kita enggak bisa ngapa-ngapain, karena saat datang ke sana sangat susah. Bahkan barang bantuan yang kita kirim hilang di jalan, sehingga selama tiga hari itu kita enggak makan. Saya kebetulan waktu itu bawa cemilan dan kopi, jadi saya konsumsi itu,” kenangnya.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini