SUKABUMIUPDATE.com – Di balik debur ombak dan hiruk-pikuk wisatawan yang memenuhi garis Pantai Palabuhanratu, tersimpan banyak kisah panjang yang jarang diungkap. Palabuhanratu bukan sekadar destinasi wisata akhir pekan; ia adalah ruang hidup yang penuh sejarah, mitologi, hingga dinamika sosial yang membentuk wajahnya hari ini.
Lima fakta berikut ini membuka sebagian tirai tentang nama besar Palabuhanratu. Selama ini mungkin luput dari perhatian.
1. Nama Palabuhanratu Lebih Tua dari “Sukabumi”
Jika banyak orang mengenal Sukabumi jauh lebih dulu, sejarah justru menunjukkan sebaliknya. Nama Palabuhanratu diduga telah hadir ratusan tahun sebelum “Sukabumi” dicatatkan dalam arsip kolonial.
Ketua Yayasan Darupa Kipahare, Irman Firmansyah, memaparkan beragam versi asal-usul nama Palabuhanratu, salah satunya catatan kunjungan sersan Scipio pada 1687 yang sudah menuliskan lokasi ini sebagai Muara Ratu, seolah menegaskan betapa lama wilayah ini dikenal dunia luar.
Sementara “Sukabumi”—atau Soeka Boemi—baru muncul pada 13 Januari 1815 melalui laporan Andries de Wilde, seorang ahli bedah sekaligus pengusaha perkebunan. De Wilde lah yang mengusulkan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Soekaboemi kepada Stamford Raffles.
Ada dua pendapat tentang makna namanya: berasal dari bahasa Sunda—suka dan bumen (menetap), atau dari bahasa Sanskerta—suka (kebahagiaan) dan bhumi (bumi), bermakna “tanah yang menyenangkan.”
Namun jauh sebelum itu, sekali lagi Palabuhanratu telah menjadi tempat berlabuh pelaut, pedagang, dan utusan kerajaan. Sungai Cipalabuhanratu, yang mengalir ke teluk, menjadi bukti toponimi masa lampau.
Baca Juga: Misi Kemanusiaan Sumatera-Aceh, Bupati dan Wabup Sukabumi Lepas Relawan JAMPE
2. Pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi
Banyak orang masih menyangka pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi berada di Kota Sukabumi. Faktanya, sejak 1998, Palabuhanratu ditetapkan sebagai ibu kota kabupaten. Di sinilah kantor bupati, sekretariat daerah, dan berbagai dinas pemerintahan berdiri.
Perpindahan ibu kota ke wilayah pesisir memberi warna baru bagi Palabuhanratu—bukan hanya sebagai pusat pariwisata, tetapi juga pusat administrasi dan politik yang memegang peran penting dalam dinamika daerah.
3. Penulisan nama Palabuhanratu yang benar bagaimana?
Belum ada rujukan yang pasti tentang penulisan yang benar dari nama Palabuhanratu. Apakah Palabuhanratu (tanpa spasi) atau Palabuhan Ratu (dengan spasi). Namun dua kata tanpa spasi atau memakai spasi sama-sama sering digunakan untuk merujuk pada tempat yang sama.
Namun uniknya, dalam PP No 66 tahun 1998 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Sukabumi, disebutkan bahwa "Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Sukabumi dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi ke Kota Palabuhan Ratu di Wilayah Kecamatan Palabuhanratu"
Dalam kalimat tersebut penulisan Kota Palabuhan Ratu (dengan spasi), dan Kecamatan Palabuharantu (tanpa spasi, seolah menunjukan dua tempat yang berbeda dengan dibedakannya dua penulisan nama tempat.
4. Hotel Milik Negara
Bicara Palabuhanratu tanpa menyebut Samudera Beach Hotel (SBH) rasanya mustahil. Hotel bersejarah yang dibangun dari 1962 sampai 1966-an ini bukan hanya bangunan tua—ia adalah saksi hidup perkembangan pariwisata di pesisir selatan yang dibangun oleh pemerintah, yaitu Presiden Soekarno dengan dana rampasan perang dari Jepang.
SBH menyimpan banyak cerita: dari tamu-tamu penting, sejarah pembangunan, hingga mitos-mitos kamar tertentu yang melekat hingga kini. Keberadaannya begitu ikonik sehingga hampir selalu menjadi bagian dari narasi besar Palabuhanratu.
Baca Juga: Sukabumi Masih Zona Merah Korupsi di Survei SPI KPK 2025
5. Kota Wisata yang Sunyi Transportasi Saat Malam
Meski menjadi magnet wisatawan, Palabuhanratu justru hampir tidak memiliki layanan angkutan umum pada malam hari. Selepas sore, angkot dan transportasi lokal berhenti total. Wisatawan maupun warga akhirnya hanya mengandalkan kendaraan pribadi atau ojek.
Fenomena ini mungkin tampak sepele, tetapi justru memperlihatkan dinamika khas Palabuhanratu—kota wisata yang hidup keras saat siang, namun berubah begitu tenang ketika malam tiba.
Itulah lima fakta yang menunjukkan bahwa Palabuhanratu bukan sekadar pantai indah. Ia adalah wilayah dengan sejarah panjang, legenda yang terus hidup, dan aktivitas modern yang membentuk identitasnya hari ini.
Sumber : berbagai sumber







