SUKABUMIUPDATE.com - Suasana pagi Jumat (17/10/2025), di Kampung Parigi, Desa Bojonggaling, Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi terasa berbeda. Bukan suara pidato resmi atau barisan upacara yang mencuri perhatian, melainkan suara seruan warga yang bergotong royong membongkar rumah tidak layak huni milik pasangan suami istri, Anwari dan Supartina.
Rumah kayu tua berukuran sekitar 4x5 meter itu menjadi pusat kegiatan sosial bertajuk Bojonggenteng Peduli. Aksi ini digerakkan spontanitas oleh jajaran ASN, TNI, dan Polri di Kecamatan Bojonggenteng, usai apel Hari Kesadaran Nasional.
Camat Bojonggenteng, Jenal Abidin, yang baru empat hari menjabat, tampak ikut untuk menurunkan genting lama rumah tersebut. Ia tak menunggu lama untuk bergerak setelah mengetahui kondisi rumah warga yang ambruk akibat bencana kecil beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Bruk! Rumah Kepala Desa Ciparay Sukabumi Ambruk Usai Shalat Jumat
“Begitu tahu rumah Bu Supartina rusak dan memang tidak layak huni, kami sepakat langsung turun, cukup niat dan gotong royong,” ujar Jenal kepada Sukabumiupdate.com, Jumat (17/10/2025).
Aksi ini bukan bagian dari program resmi bantuan pemerintah, melainkan murni inisiatif warga dan unsur Forkopimcam. “Kita ingin memantik semangat sabilulungan, bahwa kepedulian itu bisa dimulai dari hal sederhana,” tuturnya.
Rumah Supartina yang ditinggali bersama suami dan anak tunggalnya kini sedang dibangun ulang dari nol, dimana kondisinya sebelumnya bisa dibilang sangatlah memprihatinkan. Selama proses pembangunan ini, keluarga kecil itu menumpang dahulu di rumah kerabatnya.
Senyum bahagia pun terpancar dari wajah Supartina, ia sangat bahagia dan berterima kasih rumah kecil sederhananya kini akan dibangun kembali.
“Senang sekali, tidak pernah terpikir rumah saya akan dibangun. Terima kasih untuk semuanya,” tutur Supartina.
Jenal mengatakan, target pengerjaan rumah hanya satu bulan, dengan dukungan swadaya masyarakat dan koordinasi teknis bersama Dinas Pekerjaan Umum. “Kita bangun yang sederhana tapi layak, agar keluarga ini bisa segera pulang ke rumahnya sendiri,” katanya.
Bagi warga Bojonggenteng, kegiatan itu lebih dari sekadar bedah rumah. Ia menjadi simbol kebersamaan antarinstansi dan warga yang memilih turun tangan langsung, bukan hanya menonton. “Ini bentuk nyata solidaritas dan kepedulian sosial," pungkasnya.