SUKABUMIUPDATE.com - Dalam ajang Innovative Government Award (IGA) tahun 2024, Kota Sukabumi disebut sukses mempertahankan tren positif dalam ajang tersebut sejak tahun 2022 hingga tahun 2023. Di tahun 2024, sebanyak 408 inovasi dari 507 inovasi yang dikirimkan dianggap sudah memiliki tingkat kematangan di atas 80 persen, sedangkan 99 inovasi lainnya masih dalam tahap perbaikan.
Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi, Wahyu Retnaningtyas Utami menjelaskan bahwa ratusan inovasi itu terdiri dari 207 inovasi digital dan 288 non-digital, dengan 18 di antaranya berbasis teknologi.
“Menariknya, sektor kesehatan menjadi penyumbang terbesar dengan 260 inovasi karena bersentuhan langsung dengan pelayanan publik. "Inovasi di sektor kesehatan paling banyak dimanfaatkan masyarakat karena berhubungan langsung dengan kebutuhan sehari-hari,” ujar Ratna.
Baca Juga: Dua Sekolah di Jampangtengah Sukabumi Rusak Parah, Begini Respons Disdik
Meski proses penginputan aplikasi resmi ditutup, Pihaknya mengaku upaya penyempurnaan inovasi masih dilakukan. Saat ini tim tengah mempersiapkan roadshow evaluasi mulai dari Kecamatan Lembursitu hingga ke puskesmas-puskesmas lain. "Proses awarding biasanya berlangsung Desember, jadi kami fokus pada evaluasi agar inovasi yang ada benar-benar berdampak," tambahnya.
Di sisi lain, Ira menegaskan, pelaporan inovasi daerah merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap kepala daerah kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Penilaian dilakukan dengan dua kelompok indikator, yakni 15 indikator wajib oleh Litbang dan 20 sampai 21 indikator tambahan oleh pemerintah daerah. "Kemendagri juga bekerja sama dengan perguruan tinggi seperti UGM, UI, akademisi, hingga CNN untuk menjaga objektivitas penilaian," ungkapnya.
Baca Juga: Dijadikan Budak Seks di China, KDM Koordinasi dengan Polri Soal Korban TPPO Asal Sukabumi
Sebagai tindak lanjut, Bappeda menargetkan pembinaan inovasi di tingkat kelurahan. Langkah ini diambil untuk memperluas partisipasi masyarakat sekaligus menumbuhkan ide-ide baru dari akar rumput. "Kami ingin inovasi tidak hanya lahir di tingkat OPD, tapi juga tumbuh di kelurahan agar dampaknya terasa lebih luas," katanya.
Selain itu, langkah lain untuk mendorong integrasi inovasi non-digital ke dalam sistem digital terus dilakukan secara bertahap. Harapannya, proses monitoring, pelaporan, hingga replikasi inovasi bisa lebih mudah dilakukan dan bisa ditiru daerah lain. "Dengan integrasi digital, inovasi akan lebih mudah direplikasi dan manfaatnya bisa tersebar luas. Tujuan utama kita bukan hanya mempertahankan predikat, tetapi memastikan inovasi benar-benar meningkatkan kualitas hidup masyarakat Sukabumi," pungkasnya.(adv)