Warga Cireundeu Sukabumi Rindu Transportasi Umum, Dulu Pernah Ada Doyok

Sukabumiupdate.com
Rabu 17 Sep 2025, 18:14 WIB
Warga Cireundeu Sukabumi Rindu Transportasi Umum, Dulu Pernah Ada Doyok

Suasana jalan Kabupaten Sukabumi, tepatnya di ruas jalan Karangtengah-Cireundeu penghuhung Kecamatan Nagrak dengan Kecamatan Cibadak. (Sumber Foto: Istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com – Warga Kampung Cireundeu, Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, merindukan hadirnya kembali transportasi umum di wilayah mereka. Sudah bertahun-tahun, jalur Karangtengah–Cireundeu yang membentang sejauh tujuh kilometer ini tak lagi dilintasi kendaraan umum.

Padahal pada era 1980-an hingga awal 2000-an, warga sempat menikmati layanan transportasi umum berupa “doyok” — sebutan lokal untuk mobil Kijang kotak yang difungsikan sebagai angkutan penumpang tidak resmi atau omprengan.

Kendaraan ini menjadi andalan warga dalam beraktivitas sehari-hari, mulai dari pergi ke pasar, bekerja, hingga mengantar anak sekolah. Bahkan, jejak terminal kecilnya masih ada sampai sekarang, meski sudah tidak lagi berfungsi.

“Dulu ada doyok, sangat membantu warga. Sekarang sudah tidak ada sama sekali. Sekarang kami kalau ke pasar atau ke tempat kerja harus naik ojek. Biayanya besar, sementara penghasilan kami tidak seberapa. Itu sangat memberatkan,” ujar Abah Oding (65 tahun), tokoh masyarakat setempat, Rabu (17/9/2025).

Baca Juga: Tikungan Cikidang Sukabumi Telan Korban, Guru Ngaji Meninggal usai Kecelakaan Motor

Karena tidak adanya angkutan umum, warga Cireundeu kini bergantung pada kendaraan pribadi dan ojek pangkalan. Kondisi ini menjadi beban ekonomi tambahan, terutama bagi pekerja harian dan buruh pabrik.

Dewi (35 tahun), seorang buruh pabrik di kawasan industri Cibadak, mengaku harus mengeluarkan ongkos hingga Rp30 ribu per hari untuk ojek.

“Pendapatan sebagai buruh sudah minim, ditambah harga bahan pokok makin naik. Transportasi jadi beban tambahan. Kalau ada angkutan umum, tentu lebih ringan,” katanya.

Warga berharap Pemkab Sukabumi atau pihak terkait membuka kembali trayek resmi angkutan umum di wilayah tersebut. Selain mengurangi beban biaya hidup, kehadiran transportasi umum dinilai bisa menggerakkan ekonomi lokal.

“Harapan kami sederhana, ada trayek angkot atau kendaraan umum yang melintasi wilayah ini. Itu saja sudah sangat membantu,” pungkas Dewi.

Berita Terkait
Berita Terkini