SUKABUMIUPDATE.com - Puluhan kepala keluarga (KK) di Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, masih bertahan di tenda pengungsian pasca bencana tanah longsor yang melanda dua kampung pada Kamis malam, 6 Maret 2025, sekitar pukul 21.30 WIB.
Hingga kini mereka masih menunggu kejelasan pembangunan Hunian Sementara (Huntara) maupun Hunian Tetap (Huntap) meski sudah hampir 8 bulan berlalu sejak bencana yang membuat mereka kehilangan rumah.
Kondisi pengungsian dinilai semakin memprihatinkan. Cuaca yang tidak menentu membuat aktivitas warga terganggu, terlebih saat musim hujan karena jalanan berlumpur dan ketika cuaca panas terasa menyengat.
Baca Juga: Akses Jabar Banten Penghubung Sukabumi Lebak Tertimbun Longsor
Dikutip dari akun Facebook INFO Lengkong, seorang warga mengungkapkan, suhu di dalam tenda sangat panas pada siang hari, bahkan membuat sebagian pengungsi memilih tidur di bawah pohon untuk mencari keteduhan.
“Jadi sekitar jam 9, 10, 11, 12, jam 1 (13.00) atau jam 2 (14.00) deh, kalau masih panas banget gini, nggak kuat, pada nginep tuh yang di pohon-pohon di bawah, dibawah pohon,“ katanya dikutip Jumat (12/09/2025).
Ia juga menuturkan bahwa angin kencang kerap menghantam tenda mereka, sehingga terasa seperti sedang diguncang gempa. “Angin kencang luar biasa, kaya ada lini (gempa) gebuk, gebuk,” sembari menunjukan ke tenda yang terhantam angin.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa meskipun suplai air bersih cukup lancar, jumlahnya terbatas dan harus dibagi dengan banyak pengungsi lain. Antrian panjang untuk mendapatkan air biasanya terjadi menjelang magrib dan subuh.
“Air bersih Alhamdulilah lancar, kecil-kecil juga, namun tetep berebut antri dengan pengungsi lainnya, yang paling antri itu sekitar mau maghrib, atau mau subuh,” ujarnya.
Dalam video yang diunggah oleh akun INFO Lengkong, mengatakan jika kondisi itu sudah hampir delapan bulan lamanya. “Sudah hampir delapan bulan di tenda pengungsian, sampai saat ini belum ada kejelasan akan dibangunnya Huntara (Hunian Sementara),” tulis dalam video tersebut.
Menanggapi hal itu, Camat Lengkong, Ade Rikman, menjelaskan bahwa warga yang terdampak berasal dari Kampung Cirehong dan Kampung Cicau I RT 13/04, Desa Langkapjaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi. Hingga kini, sebagian besar korban masih memilih mengungsi karena rumah mereka terdampak, dan tidak mungkin bisa ditempati lagi.
“Di Kampung Cicau kurang lebih ada 5 KK yang berada di tenda, sedangkan di Kampung Cirehong ada 17 KK. Secara total ada sekitar 28 KK terdampak, walaupun ada sebagian yang bolak balik kembali ke rumahnya,” ujar Ade kepada Sukabumiupdate.com, Jumat (12/9/2025).
Menurutnya, lokasi dua kampung tersebut memang rawan bencana karena berada di pemukiman yang dikelilingi tebing pasir. “Selain rumah yang rusak, ada juga beberapa rumah lain yang kondisinya terancam,” tambahnya.
Pihak kecamatan bersama desa, kata Ade, telah mengusulkan bantuan ke Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial (Dinsos), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta berkoordinasi dengan relawan, kaitan penanganan Huntap. “Alhamdulillah ada respon menggembirakan dari yayasan dan relawan,” ungkapnya.
Untuk solusi Huntap, Pemerintah Desa dan Kecamatan sudah menyiapkan opsi relokasi bagi warga terdampak. “Kami sudah koordinasi dengan pemda terkait rencana pembangunan hunian tetap (huntap) di tanah desa di Kampung Pangulaan, dekat Lapang Langkapjaya,” jelasnya.
Ade menegaskan pihaknya terus melakukan pemantauan terkait perkembangan kondisi pengungsi maupun penanganan pasca bencana. "Mudah - mudahan akhir September 2025, sudah mulai ada progres. Minta doanya," tutup Ade Rikman.