SUKABUMIUPDATE.com - Curug Bibijilan yang terletak di Kampung Lebak Nangka, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata alam dengan air terjun bertingkat yang memukau. Lebih dari itu, tempat ini menyimpan sejarah panjang sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar.
Kepala Desa Kertaangsana, Ence Ruswandi, mengungkapkan bahwa sejak dahulu Curug Bibijilan menjadi tumpuan warga dalam memenuhi kebutuhan air bersih, terutama saat musim kemarau.
“Kalau sejarah Bibijilan itu dulunya hutan belantara. Orang tua dulu kalau butuh air ya ke sini, ke Bibijilan. Warga Kampung Lebak Nangka semuanya mengambil air dari sini karena di sini kan dulu susah air. Jadi kalau musim kemarau, semua ke Curug Bibijilan,” ujar Ence kepada Sukabumiupdate.com, Selasa (9/9/2025).
Baca Juga: Biang Banjir Cicurug Sukabumi Terungkap, Bak Kontrol Pecah dan Sampah Pemicunya
Keunikan Curug Bibijilan terletak pada sumber airnya yang tidak berasal dari aliran sungai, melainkan langsung muncul dari dalam Goa Siluman. Dari situlah istilah Bibijilan berasal, yang dalam bahasa Sunda berarti keluar atau memancar.
“Namanya juga Curug Bibijilan, karena sumbernya bukan dari sungai, tapi keluar langsung dari dalam goa (Goa Siluman),” tambah Ence.
Selain berperan penting dalam aspek budaya dan sejarah, Curug Bibijilan juga menjadi solusi kebutuhan air bersih warga melalui pompa hidran yang dibangun sejak lebih dari 20 tahun lalu oleh mahasiswa ITB. Sistem pompa tanpa listrik ini mampu menyalurkan air dari Curug Bibijilan ke beberapa titik pemukiman warga, seperti Kampung Cilengka RT 001/007, Kampung Lebak Nangka Rindu Alam RT 002/007, hingga RT 005/007.
Pompa hidran tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan sekitar 250 kepala keluarga (KK) dengan jaringan pipa besi, paralon, hingga tambahan selang HDPE. Kalau mengalami kerusakan, warga bersama pemerintah desa dan sejumlah donatur melakukan gotong royong untuk memperbaiki sistem tersebut.
“Alhamdulillah, dengan adanya pompa hidran ini masyarakat sangat terbantu. Dulu kalau musim kemarau warga harus berbondong-bondong ke Curug Bibijilan untuk mandi dan mencuci. Sekarang air sudah bisa mengalir langsung ke rumah-rumah warga, jadi akses lebih mudah,” jelas Ence.