Santri di Cikidang Sukabumi Diduga Jadi Korban Bullying, Orang Tua Lapor Polisi

Sukabumiupdate.com
Senin 04 Agu 2025, 21:22 WIB
Santri di Cikidang Sukabumi Diduga Jadi Korban Bullying, Orang Tua Lapor Polisi

Ilustrasi. Bullying pada anak. Sumber : pixabay/bully

SUKABUMIUPDATE.com - Seorang santri berinisial AAF (13 tahun), siswa kelas 2 SMP asal Kota Sukabumi, diduga menjadi korban bullying hingga kekerasan fisik yang dilakukan oleh kakak tingkatnya di sebuah pondok pesantren di Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi.

Ayah korban, Ricky Oktaviandi (42), menceritakan bahwa peristiwa ini pertama kali terungkap pada Sabtu 5 Juli 2025 malam. Saat itu, istri Ricky menerima pesan dari AAF dengan meminjam ponsel temannya di pondok meminta untuk dijemput.

"Anak saya WA sekitar jam 10 malam. Katanya enggak kuat, minta dijemput karena disiksa. Malam itu juga saya langsung ke Cikidang dari Kota Sukabumi, sampai sana jam 12 malam," ujar Ricky kepada sukabumiupdate.com, Senin (4/8/2025).

Setibanya di pondok, Ricky menemukan bahwa AAF telah dipisahkan dari asrama dan diamankan di rumah ustaz. Kepada Ricky, ustaz pondok mengatakan bahwa terdapat dua pelaku telah dipanggil dan mengakui perbuatannya.

Baca Juga: Warga Kecewa, Pembukaan Turnamen Sepak Bola HUT RI di Waluran Sukabumi Tanpa Kehadiran Pemcam

"Mereka ngaku, anak saya dicekoki obat campuran warung. Totalnya 20 butir, dari mulai paracetamol, bodrex extra, decolgen. Alasannya para pelaku ini katanya cuma iseng. Kejadianya hari jum'at tanggal 4 Juli 2025 sebelum Magrib," kata Ricky.

"Setelah itu habis magrib anak saya mungkin akibat efek dari obat itu, tidur, tidak bangun-bangun sampai akhirnya di bangunin sama santri perempuan. Dari situ mulai ketahuan akhirnya anak saya cerita ke santri perempuan itu karena cerita ke ustaz-nya anak saya nggak berani," sambungnya.

Tak berhenti di situ, Ricky mengatakan bahwa anaknya AAF mengaku sering mendapatkan penyiksaan sejak Januari 2025. Ia mengaku beberapa kali dipukul, disundut bara api dari lidi hingga mengalami luka bakar di tangan dan kaki.

Baca Juga: Hasil Polling Sukabumiupdate: 92% Warganet Nilai Supremasi Hukum Indonesia Sangat Buruk

"Anak saya nggak langsung cerita karena takut. Tapi setelah dijemput, dia nangis dan pada saat dirumah cerita semuanya. Katanya sering banget disiksa, sampai berapa kali. Luka bakarnya juga masih ada membekas," ucap Ricky.

Menurut Ricky, pihaknya sempat berupaya menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Namun kata dia, pihak pesantren dan keluarga pelaku tidak menunjukkan itikad baik.

"Saya bilang boleh damai, tapi anak saya harus dibawa ke dokter dulu harus di periksa karena udah dicekok obat sampai 20 butir, dan saya minta anak saya harus di pindahkan sekolah diri sana, karena anak saya sudah tidak mau balik lagi kesana. Tapi sampai sekarang belum dipenuhi," katanya.

"Pada tanggal 20 Juli 2025 mereka datang kerumah bawa surat pernyataan damai, minta saya tanda tangan. Saya tolak karena permintaan saya belum dipenuhi," jelas Ricky.

Baca Juga: Sopir Hilang Kendali, Kronologi Tabrakan Beruntun 4 Kendaraan di Bantargadung Sukabumi

Ricky juga mengaku kecewa karena dua orang pelaku masih berada di sekolah dan dipondok tersebut. "Saya kecewa karena pelaku masih mondok di sana. Gimana anak saya bisa kembali. Psikisnya sudah hancur dan trauma nggak mau kemana-mana, Bahkan pihak pesantren malah minta anak saya sekolah lagi disitu," ujar Ricky.

Kemudian pada 30 Juli 2025, Ricky melaporkan peristiwa yang di alami anaknya itu ke Unit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Sukabumi. "Saya juga udah laporan ke Polres Sukabumi. Anak saya juga udah divisum, sudah di periksa," tandasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini