SUKABUMIUPDATE.com - Kepala SDN Ciloma di Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi menyatakan dukungan terhadap Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) terkait penyesuaian jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB. Namun, ada kendala serius yang dihadapi terutama dalam hal akses transportasi.
Surat edaran bernomor 58/PK.03/DISDIK yang ditandatangani pada 28 Mei 2025 tersebut menetapkan bahwa seluruh satuan pendidikan di Jawa Barat, mulai dari jenjang SD hingga SMA/SMK, diwajibkan memulai aktivitas belajar pukul 06.30 WIB.
Kebijakan ini bertujuan untuk mendukung pembentukan generasi Pancawaluya yang menjunjung lima nilai utama yaitu Bageur, Cageur, Bener, Pinter, dan Singer, serta untuk meningkatkan daya serap peserta didik terhadap materi pembelajaran di pagi hari.
Baca Juga: KDM Atur Masuk Sekolah 6.30 Pagi, Lantas Jam Berapa Sih Idealnya? Simak Disini!
Kepala SDN Ciloma, Mumus menyatakan bahwa kebijakan tersebut mungkin tidak menjadi masalah besar bagi siswa. Dari 47 siswa, 40 di antaranya setiap hari menyeberangi Sungai Cikaso menggunakan perahu. Waktu tempuh mereka rata-rata hanya sekitar 20 menit.
“Artinya mereka bisa saya memulai aktivitasnya lebih cepat. Untuk jam masuk 06.30 WIB,” ujarnya kepada Sukabumiupdate.com, Senin (9/6/2025).
Suasana di SDN Ciloma, Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi . | Ist
Tantangan justru dialami oleh para pengajar, termasuk dirinya sendiri. Mayoritas guru tidak berdomisili di Kecamatan Cibitung. Kepala sekolah sendiri tinggal di Kecamatan Surade, sementara lima guru berstatus P3K berasal dari luar wilayah seperti Kecamatan Ciracap, Cicurug, Curugkembar, hingga Provinsi Banten.
“Untuk sampai ke sekolah tepat waktu sangat sulit. Kami harus menyeberangi Sungai Cikaso dari dermaga Cikaso ke SDN Ciloma. Perjalanan bisa memakan waktu 45 menit hingga satu jam, tergantung kondisi cuaca dan arus sungai. Jika hujan deras dan air naik, perahu tidak bisa jalan,” jelasnya.
Kondisi ini diperparah dengan lokasi penyimpanan perahu yang berada di Kampung Ciloma, sehingga harus menunggu jemputan dari seorang guru SMPN Ciloma, yang mengoperasikan perahu. Akibatnya, para guru sering datang terlambat meskipun seharusnya masuk pukul 07.15 WIB. Dengan adanya edaran baru, tantangan ini semakin berat.
Selama ini, sekolah masih bisa terbantu dengan kehadiran tiga guru honorer yang sudah mengabdi hampir 20 tahun lebih, yang tinggal di sekitar bantaran Sungai Cikaso Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, dekat paling 15 - 20 menit ke SDN Cilona. Mereka lebih mudah hadir tepat waktu karena jarak tempuh yang dekat.
“Guru honorer ini sangat berjasa. Dua laki-laki pak Latif, pak Sehabudin dan satu perempuan bu Yunita , usianya sudah di atas 40 tahun. Mereka bisa masuk jam 07.15 WIB. Tapi kalau mereka berhalangan hadir, anak-anak terpaksa menunggu kami datang,” tambahnya.
Latif Maulana, salah satu guru honorer di SDN Ciloma, menyampaikan bahwa ia mulai mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 2009. Sementara itu, dua rekannya yang merupakan pasangan suami istri telah bertugas sejak tahun 2005.
"Kalau rumah saya berada di Kampung Cikepel, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. Waktu tempuh menuju SDN Ciloma hanya sekitar 15 menitan dengan menyeberangi sungai," ujar Latif. Ia juga menjelaskan bahwa dua guru lainnya tinggal di Kampung Cibugel - Lingkungsari, yang juga berada di Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud.
Kepsek SDN Ciloma berharap pemerintah bisa memberikan solusi jangka panjang, salah satunya dengan mengangkat tiga guru honorer lokal tersebut menjadi P3K.
"Kami sangat berharap perhatian dari pemerintah Kabupaten Sukabumi, dari Provinsi Jawa Barat, terutama dari pak KDM, untuk mengangkat guru honorer menjadi P3K. Selain guru SD, guru SMP yang mengajar di wilayah Ciloma juga menghadapi kendala serupa. Jumlahnya ada sekitar 11 orang guru yang berangkat dari dermaga apung Cikaso Kampung Ciniti Desa Cibitung, menuju SDN dan SMPN Ciloma," pungkasnya.