KDM Atur Masuk Sekolah 6.30 Pagi, Lantas Jam Berapa Sih Idealnya? Simak Disini!

Sukabumiupdate.com
Selasa 03 Jun 2025, 18:00 WIB
Ilustrasi sekolah - KDM terbitkan surat edaran jam Masuk Sekolah di Jabar Jadi 06.30 WIB | Foto : Pixabay

Ilustrasi sekolah - KDM terbitkan surat edaran jam Masuk Sekolah di Jabar Jadi 06.30 WIB | Foto : Pixabay

SUKABUMIUPDATE.com - Gebrakan-gebarakan dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat ini tengah menjadi sorotan publik. Salah satunya adalah rencana penyesuaian jadwal masuk sekolah di Wilayah Jabar.

Skema baru yang akan diterapkan, aktivitas sekolah mulai dari tingkat dasar hingga menengah akan berlangsung dari hari Senin hingga Jumat, dengan hari Sabtu dan Minggu sebagai hari libur.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, juga secara resmi telah menerbitkan Surat Edaran mengenai pengaturan jam efektif kegiatan belajar-mengajar di seluruh satuan pendidikan di wilayah Jawa Barat. 

Surat tersebut, yang ditandatangani pada 28 Mei 2025 dan bernomor 58/PK.03/DISDIK, menetapkan waktu masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB. Ketentuan ini mundur 30 menit dari wacana sebelumnya yang sempat mencuat, yakni pukul 06.00 WIB.

Dalam surat edaran tersebut mengatur bahwa seluruh jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMK/MAK, akan memulai aktivitas pembelajaran pada pukul 06.30 WIB setiap hari Senin hingga Jumat. 

Sedangkan hari Sabtu dan Minggu ditetapkan sebagai hari tanpa kegiatan belajar formal, dengan imbauan agar waktu tersebut digunakan untuk kegiatan keluarga atau aktivitas ekstrakurikuler yang berada di bawah pengawasan orang tua atau wali murid.

Kebijakan jam masuk lebih pagi ini disebut merujuk pada pengalaman Dedi Mulyadi saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta, di mana ia telah menerapkan model serupa.

"Dulu waktu jadi Bupati Purwakarta, saya Bupati pertama yang membuat hari belajar sampai hari Jumat, dan jam pelajarannya mulai pukul 06.00 pagi," ucap KDM. “Tidak apa-apa mulai pukul 06.00, tapi belajarnya kan sampai Jumat,” tambahnya.

Namun demikian, keputusan ini menimbulkan reaksi beragam di tengah masyarakat. Tak sedikit yang mempertanyakan, sebenarnya pukul berapa waktu masuk sekolah yang ideal bagi anak-anak? Apakah pukul 06.30 pagi merupakan pilihan terbaik dari sudut pandang kesehatan, efektivitas belajar, dan kesiapan siswa?

Jam Tidur Ideal bagi Remaja

Menurut American Academy of Sleep Medicine, remaja berusia 13 hingga 18 tahun sebaiknya tidur selama 8 hingga 10 jam setiap malam. Namun, berbagai faktor seringkali menyebabkan mereka kurang tidur. 

Beban tugas sekolah yang berat, jadwal kegiatan ekstrakurikuler yang padat, serta daya tarik media sosial yang sulit ditolak, semuanya berkontribusi terhadap terganggunya pola tidur remaja.

Memahami kebutuhan tidur tidak bisa dilepaskan dari pemahaman tentang jam biologis manusia, atau yang dikenal dengan ritme sirkadian (circadian rhythm). Ritme ini mengatur siklus tidur-bangun alami seseorang dan sangat memengaruhi performa mental maupun fisik, terutama pada usia remaja.

Jam Ideal Masuk Sekolah

Joseph A. Buckhalt, Ph.D., profesor psikologi pendidikan di Auburn University, telah menghabiskan lebih dari tiga dekade mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi kegagalan akademik dan keterampilan sosial anak usia sekolah. 

Dalam salah satu artikelnya yang membahas waktu ideal dimulainya sekolah di Amerika Serikat, ia memaparkan tiga aspek penting yang patut dipertimbangkan.

Pertama adalah aspek ekonomi. Banyak orang tua mengeluhkan bahwa jam masuk sekolah yang terlalu pagi justru menambah beban pengeluaran, seperti biaya transportasi tambahan karena harus berangkat di jam sibuk, serta kebutuhan sarapan dan bekal yang harus disiapkan lebih awal.

Kedua adalah aspek kesehatan. American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar sekolah tidak dimulai sebelum pukul 08.30 pagi. Rekomendasi ini sejalan dengan panduan dari American Academy of Sleep Medicine, yang menekankan bahwa kurang tidur pada anak dan remaja berdampak buruk terhadap kesehatan fisik, mental, serta performa belajar. Anak usia 6–12 tahun disarankan tidur 9–12 jam per hari, sementara remaja membutuhkan 8–10 jam.

Ketiga adalah aspek akademik. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara waktu mulai sekolah dengan prestasi dan perilaku siswa. Sekolah yang dimulai terlalu pagi dikaitkan dengan performa akademik yang lebih rendah dan peningkatan risiko gangguan perilaku.

Sementara itu Profesor Psikologi dari Fordham University, Tiffany Yip, Ph.D., mempublikasikan sebuah makalah penting di jurnal Pediatrics pada Mei 2022. Dalam kajian tersebut, Yip tidak hanya mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai studi sebelumnya, tetapi juga mengeksplorasi aspek yang jarang diteliti: dampak penundaan jam masuk sekolah terhadap siswa dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, khususnya mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari komunitas dengan status sosial ekonomi tinggi umumnya memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor seperti lingkungan tempat tinggal yang lebih aman, tingkat kebisingan dan polusi cahaya yang lebih rendah, serta rutinitas kerja orang tua yang lebih teratur.

"Orang tua dari komunitas ini juga cenderung lebih mendukung kebijakan penundaan jam masuk sekolah," jelas Yip. "Dalam analisis ini, saya mempertanyakan apakah kebijakan semacam ini justru dapat memperlebar kesenjangan antara siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda." ungkapnya.

Menurut American Academy of Pediatrics, waktu masuk sekolah menengah di Amerika Serikat yang rata-rata dimulai pukul 08.00 pagi dinilai terlalu pagi bagi remaja. Kurang tidur pada remaja dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan, termasuk kelebihan berat badan serta penurunan performa akademik.

"Meski tidur penting di semua fase perkembangan, remaja mendapat sorotan khusus karena kebutuhan tidur mereka bertepatan dengan perubahan biologis. Ritme sirkadian mereka bergeser, menyebabkan mereka cenderung tidur dan bangun lebih siang secara alami," jelas Yip. "Sayangnya, perubahan alami ini tidak selaras dengan waktu masuk sekolah yang berlaku saat ini."

Dalam makalahnya, Yip dan tim menganalisis data dari 28 studi yang mencakup hampir dua juta peserta, mayoritas siswa sekolah menengah pertama dan atas, serta sebagian siswa sekolah dasar. Hasilnya menunjukkan bahwa penundaan waktu masuk sekolah ke antara pukul 08.30 dan 09.00 pagi memberikan dampak positif terhadap perkembangan siswa.

"Secara spesifik, kami menemukan bahwa anak-anak tidur lebih lama dan menunjukkan penurunan suasana hati negatif. Gejala kecemasan, depresi, serta indikator psikologis negatif lainnya juga menurun ketika waktu masuk sekolah dimulai lebih siang," tegas Yip.

Lalu Epidemiolog di CDC, Anne Wheaton beserta timnya melakukan analisis sistematis (systematic review) atas 38 penelitian terkait kebijakan jadwal sekolah dan dampaknya pada remaja. Secara umum, ada kesepakatan dari para peneliti bahwa jam sekolah ideal itu mulai lebih telat – misalnya sekitar jam 8.30 atau 9.00 pagi. Hal ini memberikan waktu bagi remaja SMA agar tidur dengan layak dan bahkan punya waktu cukup untuk sarapan pagi, serta melakukan persiapan yang baik untuk sekolah.

Banyak studi yang dianalisis menunjukkan bahwa penundaan waktu mulai sekolah secara konsisten meningkatkan durasi tidur malam pada remaja. Peningkatan ini umumnya terjadi karena waktu bangun yang menjadi lebih siang. 

Bahkan perubahan kecil, seperti penundaan sekitar 30 menit, telah terbukti berdampak signifikan terhadap lamanya tidur. Selain itu, waktu masuk sekolah yang lebih siang juga dikaitkan dengan peningkatan kehadiran, pengurangan keterlambatan, lebih sedikit kejadian siswa tertidur di kelas, nilai akademik yang lebih baik, serta penurunan angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar.

Mengutip tulisan M. Fauzi Setiawan, M.Psi. di laman Inviahumania, ada faktor-faktor lain yang sebaiknya turut diperhitungkan oleh keluarga dalam menentukan jam dan pilihan sekolah anak.

Pertimbangan tersebut meliputi kondisi dan rutinitas keluarga secara menyeluruh, seperti jam aktivitas anggota keluarga, jarak tempuh ke sekolah, serta ketersediaan sarana transportasi. 

Selain aspek teknis tersebut, penting juga untuk memperhatikan karakter dan kebutuhan perkembangan anak. Apakah anak memerlukan lingkungan sekolah yang menekankan kedisiplinan, memberikan ruang ekspresi dan eksplorasi, menawarkan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam, atau kebutuhan lainnya?

Di atas semua itu, komunikasi dengan anak merupakan faktor kunci. Memahami preferensi, kekuatan, serta minat anak sejak awal, dan mengajak mereka ikut terlibat dalam proses memilih sekolah, akan membantu menumbuhkan motivasi. 

Ketika anak menjalani proses belajar dengan bahagia, maka orang tua dan pihak sekolah pun akan lebih mudah mendukung perkembangan mereka secara optimal.



Berita Terkait
Berita Terkini