Bangun Jembatan Bambu 40 Meter, Bukti Ketangguhan Warga Sukabumi Melawan Derasnya Sungai

Sukabumiupdate.com
Kamis 05 Jun 2025, 11:58 WIB
Proses pembangunan jembatan bambu oleh warga di perbatasan Kecamatan Jampangtengah dengan Lengkong, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Dokumentasi Warga

Proses pembangunan jembatan bambu oleh warga di perbatasan Kecamatan Jampangtengah dengan Lengkong, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Dokumentasi Warga

SUKABUMIUPDATE.com - Setelah hampir setahun hidup tanpa akses jembatan yang layak, warga Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah, dan Kampung Cigirang, Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, kembali membangun jembatan darurat dari bambu secara gotong royong.

Jembatan gantung yang menjadi urat nadi penghubung dua kampung itu awalnya dibangun melalui APBD Kabupaten Sukabumi pada 2015. Namun, pada 29 Juni 2024, jembatan tersebut hancur tersapu derasnya arus sungai. “Sejak itu, warga terus berupaya membangun kembali, tapi tidak pernah bertahan lama,” ujar Leni Sumarni, guru SDN Cibadak di Desa Neglasari kepada sukabumiupdate.com pada Kamis (5/6/2025).

Upaya pembangunan sempat dilakukan warga bersama relawan dari komunitas Jampang Peduli, influencer Willie Salim, dan beberapa LSM seperti Amal Produktif Indonesia. Mereka berhasil membangun jembatan permanen, namun sayangnya tidak bertahan lama.

“Sisa-sisa material jembatan permanen itu sempat digunakan oleh warga untuk membuat jembatan darurat dari besi dan sling, tapi hanyut lagi Maret 2025. Lalu kami buat dari bambu, tapi itu pun lenyap dibawa arus April lalu,” kata Leni.

Baca Juga: Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai Cikarang, Warga 2 Desa di Sukabumi Menanti Jembatan Baru

Saat tak ada jembatan, warga terpaksa menyeberangi sungai dengan berjalan di dalam air, mempertaruhkan keselamatan setiap hari demi bisa beraktivitas, termasuk anak-anak sekolah.

Akhirnya, pada 6 dan 7 Mei 2025, warga kembali membangun jembatan darurat dari bambu dengan gotong royong penuh semangat. Jembatan ini membentang sepanjang kurang lebih 40 meter dengan lebar sekitar 1 meter. “Pemerintah belum ada yang datang atau turun langsung melihat kondisi kami. Ini semua murni inisiatif dan jerih payah warga,” ujar Leni.

Adapun untuk kebutuhan konsumsi selama proses pembangunan, Leni menyebut ia bersama warga lain dan sejumlah dermawan turut menyediakan makan, kopi, hingga rokok bagi para pekerja. “Alhamdulillah, saya bersama orang-orang baik bisa bantu kebutuhan makan warga selama pembangunan. Semangat warga luar biasa,” katanya.

Hingga kini, jembatan bambu itu menjadi satu-satunya akses penghubung dua kampung, yang tetap berdiri berkat swadaya dan solidaritas warga.

Berita Terkait
Berita Terkini