SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah maraknya tempat wisata modern, Taman Rekreasi Cimalati (Tjimalati) yang terletak di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, tetap mempertahankan pesonanya sebagai tempat rekreasi keluarga yang mengusung nuansa alam dan sejarah.
Ana Dwiyana, staf Perumda Pesona Pariwisata yang mengelola Taman Rekreasi Cimalati, mengungkapkan bahwa pengelolaan tempat ini sudah berjalan sejak 2006, saat badan usahanya masih bernama PD Pesona. "Meski namanya berubah menjadi Perumda, sistem manajemennya tetap sama. Hanya pengelolanya saja yang berganti setiap lima tahun,” ungkap Ana kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (31/5/2025).
Sejumlah pembaruan dilakukan untuk tetap menjaga daya tarik taman rekreasi ini. Sejak Desember 2024, pihak pengelola mulai melakukan renovasi kolam renang. Salah satu perubahan mencolok adalah penggunaan material batu alam menggantikan keramik, demi menghidupkan kembali suasana heritage atau warisan sejarah. “Kita kembali ke zaman Belanda, konon katanya Presiden Soekarno pernah datang ke sini tahun 1930-an. Masih ada dokumentasi orang Belanda berenang di sini,” katanya.
Baca Juga: DPRD Sukabumi Soroti Izin Pembangunan Wisata Camping Ground Bukit Panenjoan Cibadak
Di tengah gempuran kolam renang modern, sambung Ana, Cimalati justru menonjolkan kesegaran air langsung dari mata air alami. Suhu air yang dingin ini pula yang membuat banyak pengunjung betah berlama-lama, bahkan menjadikannya lokasi favorit untuk botram atau makan bersama selepas berenang.
Ana menyebut, penataan taman juga mengalami peningkatan. Area yang dulunya terlihat semrawut kini lebih rapi, termasuk penataan lapak pedagang. Terdapat enam stand UMKM yang disewakan kepada warga sekitar, dengan prioritas untuk masyarakat lokal. “Sekarang mayoritas masih warga sekitaran Cicurug, meski belum semuanya dari Cimalati,” jelasnya.
Namun, kata Ana, di balik semua pembenahan tersebut, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah jumlah pengunjung yang menurun drastis pascapandemi. Menurut Ana, faktor ekonomi masyarakat dan kemacetan di sekitar lokasi, terutama saat Pasar Minggu ikut berperan. “Makanya sekarang promosi harus lebih gencar lagi. Kita juga butuh penambahan saung karena saat ramai sering tidak cukup,” tuturnya.
Baca Juga: Puncak Satia, Wisata Alam Baru di Kertaangsana Sukabumi dengan View Gunung dan City Light
Menurutnya, Cimalati juga tetap melibatkan warga lokal dalam operasional harian. Penjaga kolam, petugas parkir, hingga sebagian besar karyawan adalah warga setempat. “Kita 90 persen pekerjanya dari sini,” tuturnya.
Dari sisi hiburan, Cimalati sempat memiliki panggung musik permanen untuk pertunjukan setiap akhir pekan. Kini, pertunjukan musik tetap ada setiap hari Minggu, meski tanpa panggung permanen. “Sekarang sedang dibangun panggung rigging, sementara kita gunakan saung dulu,” katanya.
Meski pengunjung berkurang, Ana menuturkan Cimalati tetap menyediakan fasilitas menginap, termasuk penginapan berupa kamar dan bungalow dengan harga mulai dari Rp165 ribu hingga Rp1 juta.
"Tiket masuknya pun terjangkau, yaitu Rp25 ribu untuk hari biasa dan Rp30 ribu untuk akhir pekan dan hari libur. Rombongan juga mendapat potongan harga 10 persen," paparnya.
Baca Juga: Ella Skin Clinic Resmi Hadir di Sukabumi, Jadi Cabang ke-30 Nasional
Untuk menjaga kualitas air, Ana mengaku kolam dikuras tiga kali seminggu, yakni setiap Rabu, Kamis, dan Sabtu secara bergantian. "Strategi promosi juga terus dikembangkan, termasuk melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook," ucapnya.
“Sekarang memang zaman susah. Dampaknya terasa sekali dibandingkan sebelum COVID-19. Tapi kami berusaha terus bertahan dengan kekuatan yang kami punya: sejarah, alam, dan kedekatan dengan masyarakat,” pungkasnya.