Kemarau Basah Diprediksi hingga Oktober 2025, BMKG: Waspada Potensi Cuaca Ekstrem

Sukabumiupdate.com
Kamis 14 Agu 2025, 16:00 WIB
Kemarau Basah Diprediksi hingga Oktober 2025, BMKG: Waspada Potensi Cuaca Ekstrem

Ilustrasi - Kemarau Rasa Hujan: Waspada Cuaca Basah hingga Oktober 2025. (Sumber : Pexels.com/@Iurii Laimin).

SUKABUMIUPDATE.com - Curah hujan bulanan berdasarkan hasil prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menunjukan adanya anomali curah hujan yang terjadi sejak Mei 2025 dan akan terus berlangsung hingga Oktober 2025.

Kondisi ini ditandai dengan curah hujan diatas normal yang terjadi di beberapa besar wilayah Indonesia. Hal ini berarti wilayah yang seharusnya terjadi musim kemarau namun hujan disebut juga dengan kemarau basah.

Melemahnya Monsun Australia yang berkaitan dengan musim kemarau membuat suhu permukaan laut di selatan Indonesia tetap hangat, sehingga memicu terjadinya anomali curah hujan.

Baca Juga: BMKG: Cuaca 14 Agustus 2025, Sukabumi Waspada Hujan Lebat dan Angin Kencang

Sejumlah faktor lain, mulai dari skala regional hingga global, turut memengaruhi peningkatan tren hujan di beberapa wilayah. Faktor tersebut meliputi aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang tropis seperti Gelombang Kelvin, Mixed Rossby-Gravity, Rossby Ekuatorial, hingga gelombang berfrekuensi rendah.

Ilustrasi -    Prospek cuaca mingguan periode 7-13 April 2025: beberapa wilayah di Jawa Barat berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat dan potensi angin kencang.Ilustrasi - BMKG memperingatkan potensi terjadinya cuaca ekstrem di wilayah Indonesia yang bersamaan dengan terjadinya kemarau basah hingga Oktober 2025. | Freepik.com/@wirestock

Selain itu, adanya sirkulasi siklonik di sekitar Indonesia ikut memperkuat proses konveksi yang mendukung pembentukan awan hujan. Kombinasi seluruh faktor ini memicu meningkatnya curah hujan di berbagai daerah dalam beberapa hari terakhir, meskipun sedang berada di musim kemarau.

Lalu Apa Itu Kemarau Basah?

Kemarau basah merupakan kondisi dimana hujan masih turun secara berkala meski sudah masuk musim kemarau, ini disebut juga sebagai kemarau dengan sifat diatas normal. Musim kemarau basah ini ditandai dengan curah hujan tergolong tinggi walaupun frekuensinya berangsur-angsur menurun.

Dikutip dari laman BMKG, penyebab dari kemarau basah biasanya  dipicu oleh dinamika atmosfer regional dan global, seperti suhu muka laut yang hangat, angin monsun aktif, serta La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. 

Alhasil meski sudah masuk musim kemarau, hujan masih tetap turun. Selain itu, fenomena La Nina menuju fase netral, yaitu  pendinginan suhu laut di Pasifik tengah yang bisa meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, terlebih wilayah yang berada perairan hangat. 

Peringatan BMKG Cuaca Saat Ini

Dengan mempertimbangkan dinamika atmosfer terkini, masyarakat dihimbau untuk selalu waspada dan siap menghadapi potensi cuaca ekstrem. Suhu udara yang cenderung kering dan hangat berisiko meningkatkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, sehingga memerlukan perhatian lebih. 

Di sisi lain, beberapa wilayah di Indonesia diperkirakan akan mengalami hujan berintensitas sedang hingga lebat, yang berpotensi disertai angin kencang serta gelombang laut tinggi.



Berita Terkait
Berita Terkini