oleh: [email protected] (netizen)
New Normal sekarang menjadi istilah populer baru, setelah sebelum nya kita mengenal istilah-istilah social distancing, physical distancing, workfor home, PSBB, virus corona dan COVID-19. New normal ini secara simpledapat diartikan hidup dengan normal yang baru, dimana kita harus membiasakandiri dengan protokol kesehatan yang berlaku, dengan diberlakukan nya newnormal bukan berarti masyarakat bebas seperti sebelum adanya COVID-19.
Juru bicara pemerintah untuk penangan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan bahwa "Tidak menjadi suatu euforia baru bahwa kenormalan ini seakan-akan membebaskan kita untuk kembali beraktivitas seperti sebelum kejadian pandemi Covid-19,"Yuridi Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (31/5/2020).
Kita bisa memaklumi alasan pemerintah menerapkan new normal ini, dimana tujuan menyelamatkan ekonomi menjadi alasan yang paling utama. Jika kita melihat indikator asumsi dasar ekonomi makro 2020, ekonomi Indonesia anjlok sampai -2,3 persen di tahun 2020. Terlebih ada beban berat apabila pemerintah harus menutupi kebutuhan masyarakat karena aktivitasnya dibatasi dan lain-lain.
Penetapan pembatasan sosial dalam skala besar(PSBB)untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19 telah dilakukan di beberapa daerah sejak 10 April 2020, namun grafik positif COVID-19 di Indonesia terus meningkat.
Jika melihat bertambahnya kasus positif covid-19, maka penerapakan psbb ini tidak berjalan efektif, faktor disiplin warga sangat rendah, Sejauh ini, masih banyak terlihat kerumunan massa, bahkan toko non bahan pangan beroperasi seperti biasa.
Berlakunya PSBB di setiap daerah menghentikan roda perekonomian. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terkoreksi dalam.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dampak PSBB dan physical distancing yang makin meluas di Indonesia akan memperburuk pertumbuhan ekonomi di 2020. Berkaca pada penerapan physical distancing di Jabodetabek sejak Maret, ekonomi Indonesia tumbuh 2,97 persen lebih rendah dari target 4,4 persen.
Namun, dampak langsung PSBB akan sangat terasa bagi masyakarat yang bekerja di sektor informal. Pasalnya, di halaman 23 poin (i) Permenkes tersebut, pemerintah melarang driver ojol mengangkut penumpang.
Seharusnya pemerintah mencairkan stimulus terlebih dahulu kepada pihak yang terdampak sebelum menerapkan PSBB. Kemudian dengan diliburkannya kantor maka efeknya pada masyarakat kelas menengah bawah yang memiliki upah nya harian, contohnya pedagang asongan.
New Normal, konsep ini harus diperhatikan baik-baik dengan ekstra hati-hati dan mungkin sangat beresiko. Korea selatan, meski dinilai negara yang mempunyai disiplin tinggi, kenaikan penderita COVID-19 pasca pelongaran pembatasan sosial membuat masalah baru.
New normal yang diberlakukan 6 Mei lalu ternyata menimbulkan gelombang kedua di Korsel. Kluster baru muncul di kota terpadat, Seoul. Lalu pada hari Kamis(28/5/2020), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan 79 kasus infeksi baru dengan 67 di antaranya berasal dari daerah Seoul, sementara pada Jumat (29/5/2020) KCDC melaporkan ada 58 kasus baru di Korsel.
Para pejabat korea selatan mengatakan otoritas kesehatan semakin sulit melacak rute penularan untuk infeksi baru dan mendesak orang untuk waspada ditengah kekhawatiran COVID-19 gelombang kedua.
Jangan sampai Second Wafe menimpa masalah baru di Indonesia, dengan jumlah korban yang terus bertambah, para petugas dan fasilitas medis kita sudah kewalahan.
Umumnya masyarakat itu hanya butuh konsistensi peraturan dari pemerintah, apabila tempat ibadah ditutup maka apalagi konser dan sejenisnya. Apabila pasar ditutup begitu juga dengan mall dan sejenisnya. Jangan ada kebijakan yang tidak konsisten dan kontradiktif, mari pastikan, kebijakan apapun yang diambil pemerintah adalah kebijakan terbaik dengan segala pertimbangannya dan bukan lagi kebijakan coba-coba, karena resiko besar menanti kita semua.

New Normal, Ekonomi Vs Kesehatan Masyarakat

Editor :
Berita Terkini
Kematian Balita Raya Jadi Tamparan Keras, Ini Penjelasan dan Evaluasi Dinkes Sukabumi
Sukabumi 21 Agu 2025, 00:12 WIB

Bibi Ungkap Kondisi Keluarga Raya, Balita Sukabumi yang Meninggal karena Cacingan
Sukabumi 20 Agu 2025, 23:27 WIB

Kisah Kehidupan Raya, Balita Kabandungan Sukabumi yang Meninggal Akibat Cacingan
Sukabumi 20 Agu 2025, 22:48 WIB

BMKG Ungkap Pemicu Gempa Darat M4,9 di Bekasi yang Getarannya Terasa hingga Sukabumi
Jawa Barat 20 Agu 2025, 22:02 WIB

5 Alasan Mengapa Undangan Digital dari Invitanku Selalu Jadi Tren di 2025
Gadget 20 Agu 2025, 21:09 WIB

Gempa M4,9 Guncang Bekasi, Getaran Terasa Hingga Sukabumi
Jawa Barat 20 Agu 2025, 20:22 WIB

Rumah Panggung di Surade Sukabumi Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp100 Juta
Sukabumi 20 Agu 2025, 20:16 WIB

Perhatian Bupati Sukabumi, Lansia Diduga Derita Kaki Gajah Dirujuk ke RS Bandung
Sukabumi 20 Agu 2025, 20:06 WIB

Jabar Media Summit 2025 Siap Digelar di Bandung, Berikut Jadwal dan Cara Daftarnya
Jawa Barat 20 Agu 2025, 20:05 WIB

Sinopsis The Sun Gazer: Cinta dari Langit, Film Religi Tentang Pilihan Hidup dan Takdir
Film 20 Agu 2025, 20:00 WIB

Keluarga Raya Hidup Serba Terbatas, Orang Tua Diduga Idap Gangguan Mental Sejak Sebelum Menikah
Sukabumi 20 Agu 2025, 19:32 WIB

Rumah Teduh Ceritakan Awal Temukan Raya, Balita Sukabumi yang Meninggal karena Cacingan
Sukabumi 20 Agu 2025, 19:18 WIB

Empat Inovasi Apple dalam Pengendalian Waktu Layar Anak: Lebih dari Sekadar Batas Harian
Gadget 20 Agu 2025, 19:00 WIB

Evaluasi Bupati Sukabumi Soal Balita Meninggal karena Cacingan: Pemda Tidak Diam, Posyandu Hadir Termasuk Pemdes
Sukabumi 20 Agu 2025, 18:20 WIB

Matipun Repot! Warga Sukabumi Gotong Jenazah Menyeberangi Sungai, Jembatan Cibungur Putus
Sukabumi 20 Agu 2025, 17:50 WIB

TAMASYA, Kolaborasi PLN Indonesia Power UBP Pelabuhan Ratu dan BKKBN Jabar
Life 20 Agu 2025, 17:34 WIB

Lirik Lagu Love Splash Joy Red Velvet, Menikmati Keindahan Cinta di Musim Panas
Musik 20 Agu 2025, 17:00 WIB

Tak Hanya Banjir, Longsor Juga Sergap Tegalbuleud Sukabumi, Banyak Warga Terdampak
Sukabumi 20 Agu 2025, 16:49 WIB
